Davin

Prolog

     "Davin kumohon jangan lakukan."

     "Kumohon Alex, lupakan aku. Jika aku masih disini, tidak ada lagi kebahagian di  hidup kalian."

     Aku tidak tahu apa yang kulakukan ini benar atau salah. Aku hanya ingin Alex dan JiHoo dapat hidup normal kembali. Aku tidak mau jika rahasia selama ini yang aku tutupi rapat-rapat diketahui oleh mereka berdua.

     "Davin kemarilah, kumohon jangan lakukan. Aku akan menuruti perkataanmu. Aku janji."

     "JiHoo, turutilah apa yang kedua orang tuamu mau. Menikalah. Bangun sebuah keluarga."

     "Tidak!, Aku hanya ingin bersamamu." Teriak JiHoo lantang.

     "Alex. Tolong jaga JiHoo." Pintaku.

     "Daviiinnn."

     Kudengar suara teriakan mereka berdua. Entah apa yang kufikirkan sampai aku lebih memilih jalan ini. Semua mimpiku akan segera berakhir sekarang. Hidup ini terlalu berat untuk kujalani sendiri. Disaat aku memiliki Alex dan JiHoo yang mau menemaniku, tapi takdir berkata lain. Apa tidak bisahkan aku merasa bahagia walau sedetikpun.

     Mama, Papa kurahap kalian dapat bahagia mulai dari sekarang. Sandy tolong jagalah Mama dan Papa, jangan buat mereka kecewa untuk kedua kalinya.

     Aku masih bisa mendengar teriakan mereka berdua – Alex dan JiHoo. Apakah ini keputusan yang tepat. Entahlah.

     Masih bisa kurasakan tangan hangat Alex yang memegangi tangan kananku. Aku melihat wajah Alex yang sembab, air matanya masih menetes seakan tidak akan berhenti. Aku tersenyum kepada mereka berdua. 'Terimakasih' itulah kalimat terakhir yang kuucapkan kepadanya. Setelah itu pandanganku mulai mengabur. Apakah ini akhirnya.

***
Ini tulisan pertama saya. Mohon maaf jika ada nama, tempat, dan beberapa kesalahan dalam penulisan kata.

Cerita bertema GAY, LGBT dan jika ada readers yang tidak berkenan bisa meninggalkan cerita ini.

Jika ada kritik maupun saran, jangan segan untuk berkomentar atau langsung chat kepada author. Tolong berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak memprovokasi.
***

Love,

NO NAME