Part 5 - Pekerjaan Datanglah

149 6 2
                                    

Davin POV

Bosan, itulah yang aku rasakan saat ini. Selama 7 Jam 15 Menit akan kulalui dengan penuh kebosanan di dalam pesawat nanti.

"Huft, semangat Davin. Demi Alex dan Cita-citamu." Ya demi Alex - Aku bergumam pada diriku sendiri.

Kulangkahkan kakiku untuk masuk kedalam pesawat yang akan membawaku selama 7 Jam nanti. Ada perasaan gugup karena ini merupakan hal baru dan belum sempat terfikirkan dalam hidupku.

15A. Aku duduk terdiam melihat kearah jendela sambil memikirkan perkataan Mama sebelum berangkat.

"Jaga dirimu baik-baik disana, jangan sering pergi malam hari, makan yang banyak, jaga kesehatanmu, fokuslah belajar" Kata Mama

Bukannya mereka tidak ingin mengantarku kebandara. Tetapi aku yang melarang mereka, aku tidak ingin ada drama sedih sebelum aku berangkat nanti.

Entah sudah berapa lama Aku mulai melamun tanpa sadar sudah ada yang duduk di sampingku. Aku tidak begitu menghiraukannya sampai:

(Anggap percakapan menggunakan bahasa korea mulai BAB ini)

"Kau??" teriak orang itu.

Aku memejamkan mataku sejenak menahan rasa jengkel teringat kejadian tadi.

"Ne!" Jawabku sekenanya sambil tersenyum manis kearahnya -lupakan kata manis.

"Wah, perjalanku akan sangat membosankan kali ini. Sudah dibelikan tiket murah malah harus duduk didekat orang ini lagi." Ucapnya

Wah, wah, wah orang ini sudah bosan hidup rupanya. Inginku meninju wajahnya tapi tak bisa. Aku tidak ingin terlibat masalah saat ini.

Dan 7 Jam akan berlalu dengan penuh kebosanan.

*****

Tidak terasa sudah 3 hari Aku di Korea - tepatnya Seoul. Aku masih teringat saat pertama kali datang dan berputar-putar selama 2 jam penuh untuk mencari Asrama.

Untung ada seorang mahasiswa yang mau mengantarku kesini. Sial, kenapa aku tidak membaca informasinya kalau Kampus dan Asrama berada di daerah yang berbeda. Mana lumayan jauh lagi.

Dan hal pertama yang harus akulakukan sesampainya disini adalah mencari pekerjaan. Ya pekerjaan. Aku harus segera memperolehnya. Aku tidak akan menunda yang satu ini.

Sudah hampir 3 Jam penuh aku berputar-putar di daerah sekitar Asrama untuk mencari pekerjaan dan hasilnya Nihil. Tidak ada satupun yang mau menerimaku.

Kupikir akan sangat mudah mencari pekerjaan seperti di drama-drama korea. Yah, kenapa Aku jadi semakin bodoh.

Cafe terakhir di ujung jalan. Itu destinasi terakhirku hari ini. Semoga mereka mau menerimaku.

"Selamat datang di MyCute Cafe" ucap salah seorang pekerja.

Aku datang menghampiri salah seorang barista di sana.

"Ada yang ingin dipesan kak?." Tanya barista cantik itu. Hyeri nama yang tertera di nametag nya.

"Anu?." Bodoh apanya yang Anu. Kenapa aku jadi segugup ini bukannya aku sudah terbiasa kerja part time. Apa beda negara membuat suasana disini tampak asing ya. Lupakan!

"Apakah ada posisi kosong di Cafe ini?. Aku ingin ... " Tanyaku mantap.

"Maksudmu dihatiku? Ya semuanya masih kosong." Potongnya sambil tersenyum manis.

"Ne?"

"Ya' Hyeri Ssi. Pemuda itu menanyakan pekerjaan bukan mau melamarmu." Jawab pemuda dibelakangnya.

"Oh, Oke. Kalian berdua ikut aku!" Titahnya
"Kau juga Kim Taejo Ssi."

"Kenapa Aku harus ikut juga"
Bisa kulihat raut kesal lelaki yang di sebut Kim Taejo tersebut.

Kami bertiga -Hyeri, Taejo, dan Aku. Duduk berhadapan dengan posisi Aku menghadap mereka berdua.

Tidak ada satu katapun yang tertuju untukku. Mereka berdua hanya berdebat entah apa yang di perdebatkan.

Aku hanya duduk diam dan memainkan ujung tengah bajuku sambil memperhatikan mereka berdua.

"Kau diterima!." Kata Hyeri tiba-tiba sambil menunjuk kearahku

Semudah itukah?. Aku mengerjapkan mataku tidak percaya.

"Kau tidak perlu bingung, Keahlianmu boleh juga plus wajahmu sangat manis aku menyukainya." Kata Hyeri

"Kau selalu menilai orang dari wajahnya." Timpal Taejo

"Aku menerimamu salah satunya karena itu." canda Hyeri.

"Ya'. Kau serius?" Jawab Taejo tidak percaya.

"Tentu saja tidak, Bodoh!"

"Tapi dengarkan Aku, orang manis selalu memberi kita keberuntungan. Kau ingat ....(cerita flashback).....!!??"

Jika diperhatiakan mereka berdua seperti Devina dan Dimas yang selalu berdebat tentang hal sepele.

Aku jadi merindukan mereka berdua.

Aku menidurkan kepalaku pada meja dengan bertumpu pada kedua tanganku.

Kulihat lalu lalang kendaranan di luar jendela Cafe. Inilah pemandangan yang akan selalu kulihat setiap harinya.

Tunggu dulu, bukannya itu ...

TBC
****

Sudah 2 Tahun yang lalu cerita ini di up. Apakah masih ada yang membacanya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang