"YAK, DAEHWI-YA. LEE DAEHWI!" panggilan keras itu menggema dikoridor sepi yang menuju dorm wanna one yang baru. Sedang sang pemilik nama lebih memilih untuk menulikan telinganya dan lanjut melangkah cepat.
"Yak, Lee daehwi. Cakkaman." Ucap nya sambil menarik tangan daehwi yang sudah bisa ia jangkau.
"Waegeurae hyung?" Tanya daehwi seolah tidak ada yang terjadi dan tetap dengan senyum manisnya.
"Kenapa kau menghindariku? Sekarang tidak ada kamera yang sedang menshoot kita. Jadi tolong jangan hindari aku." Ucap Baejin sambil menatap kearah kekasihnya itu.
"Akan aku jelaskan. Tapi tidak sekarang. Please. Beri aku waktu hyung." Jawab Daehwi sembari melepas cengkraman Baejin.
"Kapan?" Tuntut Baejin.
"Hahh." Daehwi menghela nafasnya. "Kau mau jawabannya sekarang? Baiklah." Memberi jeda pada kalimatnya. "Aku mau kita berakhir. Tidak hanya saat didepan kamera, tapi hubungan kita juga berakhir. Aku ingin hubungan kita hanya sebatas member saja. Just it." Tuturnya.
"Wae?" Wajah Baejin mengeras dan memucat.
"Aku hanya sudah tidak mencintaimu lagi. Hanya itu tidak ada yang lain."
"Kau memutuskanku?"
"Ya." Jawab Daehwi tegas.
"Apa karna fansku?" Tanyanya. Baejin sadar jika fansnya terlalu sensitif melihat kedekatannya dengan kekasihnya itu. Dan yang akan terkena dampak buruknya hanya Daehwi.
"Ani. Aku hanya tidak lagi mencintaimu. Kau boleh marah, mencaci dan memukulku. Tapi setelah ini, tolong menjauhlah dari aku."
"Kau memutuskanku selelah satu tahun lebih kita bersama? Aku kecewa Daehwi-ya." Lirih Baejin.
'Aku juga hyung. Mianhe.' Batin Daehwi.
"Kau bilang aku boleh memukulmu?" Tanya Baejin dengan begitu sinisnya. Ia tak tau alasan sebenarnya Daehwi memilih berpisah, tapi sekarang ia benar-benar marah.
"Kau boleh memukulku. Lakukan agar amarahmu sedikit berkurang. Jangan tunjukan pada yang lain. Hanya padaku saja. Jangan membuat hyungdeul khawatir. Okay?" Lirih Daehwi.
"Kkeurae." Wajah datar Baejin kembali. Tangannya mengepal. Ia marah. Ia kecewa. Pada Daehwi, pada fansnya yang menyumpahi Daehwi, dan pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi kekasihnya sendiri.
"Daehwi-ya, mianhe."
BUG
Baejin meninju perut Daehwi untuk meluapkan amarahnya. Sekali, dua kali, hingga pukulan ketiga Daehwi jatuh terduduk dilantai sembari meringis memegangi perutnya.
Sakit, tetapi tidak sesakit yang Baejin sekarang rasakan. Daehwi mengakui itu. Jadi dia tidak apa. Berusaha tidak apa-apa. Dengan perlahan ia membawa tubuhnya berdiri. Berusaha tidak meringis saat perut atasnya terasa begitu sakit dan nyeri. Ia tidak apa-apa. Harus tidak apa-apa. Untungnya Baejin hanya memukulnya diperut, bukan di wajah. Besok jadwal masih terlalu padat dan ia tidak ingin membuat semua orang menghawatirkannya.
"Ayo kita kembali." Lirih Daehwi sembari berjalan menuju dorm mereka. Dan Baejin masih memandang punggung rapuh yang mendahuluinya itu. Tangannya mengepal erat. Giginya bergemeluk dan matanya memanatap tajam.
BRAK
Baejin meninju dengan sekuat tenaga tembok disebelahnya. Membuat buku buku jarinya memerah dan berdarah. Daehwi menoleh dengan kaget.
"Yak, hyung, apa yang kau lakukan? Jangan menyakiti dirimu sendiri." Pekik Daehwi sembari berlari menghampiri mantan kekasihnya. Rasa sakitnya terlupakan begitu saja.
Ia menggenggam jemari Baejin dengan hati-hati dan melihat lukanya."Mianhae. Ini salahku. Tapi kumohon jangan sakiti dirimu hyung. Pukul aku lagi saja. Asal jangan sakiti dirimu." Daehwi menangis.
"Ayo kita obati hyung." Ucap Daehwi sambil menarik tangan Baejin dan membawanya kedalam dorm mereka.
Setelah membuka pintu, Daehwi langsung bergegas mengambil kotak obat yang ada di almari dapur. Sedangkan Baejin hanya memandang Daehwi dengan begitu datarnya. Entahlah.
Daehwi mendekatinya. Menyuruhnya duduk disofa dan mengobati tangannya dalam diam. Selanjutnya hanya keheningan yang tercipta diruangan ini. Karna hanya mereka yang berada di dorm. Sedangkan yang lain masih ada jadwal.
"Mulai malam ini, aku akan tukar kamar dengan jihoon hyung. Aku akan tidur dengan woojin hyung." Lirih Daehwi membuka percakapan.
Baejin hanya diam sambil menatap datar kearah Daehwi.
"Aku, melakukan ini untuk kebaikan kita. Kuharap hyung bisa menerimanya. Aku sudah berfikir matang untuk mengakhiri hubungan kita. Masa depan kita masih panjang. Dan aku tidak mau menjadi batu yang akan menghalangimu untuk meraih mimpimu. Aku juga harus menggapai mimpiku. Maaf jika aku seperti mempermainkanmu hyung. Maaf. Tapi ini sudah keputusanku, bukan karna alasan lain apalagi fansmu hyung." Jelas Daehwi panjang lebar.
Baejin hanya diam. Ia berdiri sekarang dan melangkah menuju kamarnya dan daehwi. Membuka pintunya dan membanting kekeras ia bisa. Ia marah sekarang.
Daehwi hanya memandang nanar punggung Baejin yang meninggalkannya sendiri.
-~-~-~-~-~-~-
Tbc(?(
Gaje ya? Maaf, aku sudah lama buanget gk nulis wkwkkww. Kalau diitung sih sejak aku masih jadi author 2Min di tahun 2014 apa 2015 ya? Lupa hhehehhee.Hal yang paling bisa ngebuat aku seneng jadi author itu ketika ngebaca komenan dari pada reader*emang ada yang baca?
Vote comen yaaaaa.
Btewe kenapa aku manggil jinyoung pake baejin, karena lagi jatuhcinta lagi sama Woo jinyoung micheochi. Hwhwhhwwhw
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Star
FanfictionDeepHwi fanfiction Warning: Yaoi alias Boys Love Jinyoung Daehwi