Stalker GUY

2 1 5
                                    

Lorong-lorong yang saling bersambung lama kelamaan membuat penat kakinya. Luasnya tak seberapa. Namun berjalan segini jauhnya cukup membuatnya jengah, saking tak sampai-sampainya. Padahal kelasnya ada di ujung wilayah sekolah. Namun paksaan dari wali kelasnya membuatnya mau tak mau pergi menuju ke arah perpustakaan yang juga berada di ujung sebrang kelasnya. 'Dasar guru bejat, cih'.

Bagaimana tak melelahkan?? Sekolahnya berukuran 1 KM persegi. Ah.. Mungkin benar, jaraknya tidak begitu jauh. Tapi wanita itu yang batu. Batu, hampir tak pernah berpindah dari tempatnya. Datang ke sekolah, belajar lalu pulang. Saat pelajaran, duduk di kursi ketiga dari baris di samping jendela. Tepat di barisan menghadap guru. Saat istirahat, duduk di kursi ketiga dari baris di samping jendela, tepat di barisan menghadap guru, ditemani oleh makanan bekal. Sedangkan berbeda saat bel pulang sekolah sudah berbunyi, dia akan duduk di kursi ketiga dari baris di samping jendela, tepat di barisan menghadap guru, terus disana, menunggu semua orang pulang dengan earphone yang berbunyi nyaring. Cukup nyaring hingga lagu yang sedang dimainkan terdengar oleh orang lain. Cukup batu, ya??

Tapi sepertinya kok tak sampai-sampai ketujuan. Apakah dia tersesat? Semoga saja tidak. Soalnya kalau tersesat, dia benaran gak tau bagaimana jalan pulang, tadi saja niatnya mau bertanya ke pengurus perpustakaan kemana jalan pulang kalau sudah sampai. Nah ini, sampai ke perpustakaannya saja belum.

" Wow, " keluh seseorang dibelakangnya," Cepat sekali tersesatnya. "

Membuatku semakin ingin cepat-cepat memilikimu lalu menyimpanmu untukku sendiri, batinnya sambil tersenyum kecil.

" AaaaAaahhhHhhhhh... " Hela wanita itu tiba-tiba, mengagetkan orang dibelakang dari niatnya.

Tanpa perlawanan, ia segera duduk di lantai dan menyudut di tembok lalu mulai memasang earphonenya-lagi, sudah tak peduli ia tersesat atau tidak.

'H-He-hei.. Jangan cepat nyerah gitu dong... Kamu membuatku juga ingin cepat menyerah', walaupun tersenyum kaku, hatinya benar-benar mengeluh.

Lama pula ia menunggu wanita itu bangkit, tapi ternyata nggak bangkit-bangkit. Benaran menyerah, dia. Akhirnya, dengan langkah pasti, ia mendekati pujaan hatinya, dan berdiri didepan wanita itu. Si wanita, yang notabenenya sedang menunduk mendengarkan lagunya, mendongak begitu sebuah bayangan menaungi pandangannya dari cahaya.

Ya, tentu saja ia tak tahu siapa yang menaunginya. Cahaya yang jatuh dibelakangnya laksana lighting yang membuat orang itu benar-benar gelap seluruhnya. Tapi keren juga, jadi keliatan seperti malaikat jatuh, fallen angel, kotor, berdosa, tapi indah. Eum, menggelikkan juga mendengar kata-katanya sendiri.

" N-nugu??" Wanita itu tersedak ludahnya. Tentu lelaki itu tak akan mengerti.

" Siapa?? " Lelaki itu terdiam. Auranya pekat.

Baru saja dia ingin bertanya lagi, lelaki itu sudah menarik tiba-tiba lengannya. Ia harus berdiri, terpaksa, kalau tidak ia malah akan terpeleset memalukan dan jatuhnya ia akan terbaring laksana orang bodoh. Dan akibat tarikan yang tiba-tiba itu, hpnya yang ada digenggaman terlempar begitu saja. Kasihan. Hpnya itu usahanya menabung selama hampir berbulan-bulan.

" Ah.. " Begitu ia sudah berdiri dengan seimbang dua kakinya, ia langsung menunduk ke arah hpnya terlempar.

" Ha- Hapeku.. " Jemarinya menggapai hpnya yang tergeletak, pecah, terburai.

" Ow.. Perlahan sayang-" Tangan lelaki itu, seolah sudah profesional, menggapai jemari mungil sang wanita, menyelipkan jarinya begitu pas lalu mendorong tangan mereka ke arah dinding. Wanita itu juga ikut terdorong ke dinding. Sejujurnya kalau dia tak lemah, mana mau dia ikutan terdorong, sayangnya dia lemah, amat lemah.

Wanita itu melotot ke arah sang lelaki. Bukannya apa, lorong disini sangat sepi. Tidak ada kelas, hanya ada ruangan-ruangan tak berpenghuni penuh debu dan satu ruangan osis yang tak terpakai namun tetap dikunci. Inginnya terlihat seram, apadaya lelaki itu kebal terhadap hal-hal seperti itu dan malah menganggapnya imut.

Sang lelaki tersenyum miring, tampan. Beneran cocok sebagai fallen angel. Ia berjalan beberapa langkah kedepan, membuat lawannya terdesak ke belakang, makin merapat ke dinding.

" Shh, shh... Sayang, " Lelaki itu menenangkan pujaan yang ada didepannya dengan desisan pelan nan lembut.

" Tenang dan lihat aku, " Melihat wanita itu menundukkan pandangannya, ia meraih rahang sang wanita lembut dan mengangkatnya agar menatapnya lagi.

" Jangan pernah menghidariku lagi, " Ia mendekatkan bibirnya ke telinga sang wanita, membuatnya bergetar merinding, " Besok-besok tatap aku dimata... Karena... Aku... Akan segera menjadikanmu, milikku, seutuhnya. "

Ia menjauhkan kepalanya dan menatapnya dimata," Mengerti?? ".

Setelah itu seolah-olah tak terjadi apapun ia tersenyum dan mengusap puncak kepalanya sayang.

" Perpustakaan ada di sebelah kanan ujung lorong ini, oke?? Jangan belok ke kiri!! Kamu cuma bakal kembali ke sini lagi berkali-kali, ngerti??! " Takut-takut, ia mengangguk pelan.

Akhirnya lelaki itu meninggalkan wanita tadi, tercengang hingga perlahan merosot di dinding. Kehilangan kata-katanya begitu saja

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amethyst CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang