terlambat | ten

116 36 107
                                    

Penyesalan selalu datang di akhir, bukan?
Sebenarnya penyesalan datang di awal, memberikan tanda kepada kita. Hanya saja kita terlalu bodoh untuk peka.

_______________________________________________


Tok Tok Tok!

Tok Tok Tok!

Kali ini suaranya lebih nyaring dari sebelumnya.

"Ah, sialan. Siapa sih subuh-subuh begini yang berani mengganggu jam tidurku." Umpat Ten.

Ia berusaha mengabaikan suara ketukan pintu itu.

Tapi, suara ketukan itu kembali terdengar.

Dengan langkah terpaksa, akhirnya Ten bangun dari tidur cantiknya, eh tidur gantengnya dan berencana menggiling orang itu.

"Iya tunggu sebentar" Teriak Ten.

Ceklek!

Samar-samar, seorang gadis terlihat dan langsung memeluk Ten dengan erat.






Ten POV

EH!

Fera? Apakah benar ini Fera?

Aku tersenyum kecil dan membalas pelukan Fera dengan erat. Ku tenggelamkan wajahku kedalam leher Fera. Berusaha keras untuk tidak meneteskan air mata.

Jangan menangis, bodoh. Malu dilihat Fera.

"Boo, kalau kamu mau menangis, silahkan saja." Ucap Fira sambil terkekeh.

Ah, Boo? Aku rindu panggilan itu. Panggilan kesayangan dari Fera yang dia berikan padaku saat kita masih anak-anak.

Tentu saja aku juga memiliki panggilan untuknya.

Aku memanggilnya Tayo. Singkatnya sih Ay.

"Ay, ini beneran kamu kan?"

Masih di dalam pelukannya, aku bertanya. Lebih tepatnya memastikan apa benar dia Fera.

Atau hanya ilusiku saja.

Tak lama Fera mengelus pelan rambutku.

Ah, dia nyata. Aku semakin mempererat pelukannya. Tak ada niatanku untuk melepaskannya.

Ya, walaupun aku tau sebenarnya Fera sudah mulai kesesakan.

"Iya Boo, ini aku. Fera."

Fera melepaskan pelukan kita.

Sejujurnya, aku masih ingin memeluknya.

Biar ku jelaskan, Gadis cantik di depan ku ini adalah mantan pacarku. Sekaligus teman kecilku. Kami putus 2 tahun yang lalu.

Waktu itu orang tua Fera bercerai. Hak asuh jatuh ke tangan Papahnya. Dengan terpaksa, Fera harus ikut Papahnya pindah ke luar negeri.

Hubungan kita baik-baik saja. Tapi kami tak pernah berhubungan lagi lewat ponsel.

Ya, karena kita sama-sama sibuk. Fera sibuk kuliah. Dan aku, sibuk mengerjakan skripsiku.

Sampai hari ini, dia datang di hadapanku. Seperti mimpi. Aku tak tau alasan kedatangannya yang tiba-tiba.

Tapi dia sukses hampir membuat jantungku copot!





Tapi boong.







Saat ini kita sedang duduk santai di sofa ruang tengah sambil menonton. Lebih tepatnya menonton film favorit kita.

Fifty Shades Of Grey










T E N : N O T H E R O E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang