boleh tidak, suka dengan oppa sendiri?
————
pagi ini, seperti biasa.
ia membangunkanku tepat waktu.
sangat tepat waktu.panggil saja namjoon. oppaku.
maksudku, oppa tiriku.appa dan eomma ku sudah bercerai lima tahun yang lalu. saat itu aku sedang menginjak bangku junior high school.
lalu singkatnya, aku ikut dengan eomma dan tiga tahun kemudian eomma menikah lagi dengan appa namjoon oppa.
"oppaa... aku masih mengantuk"
"bangunlah.. nanti terlambat"
"ani.. lima menit lagi" mintaku.
tanpa kata-kata, ia menarik lenganku dan membuatku terduduk di kasur.
"fighting" katanya sambil mengecup pipi kiriku.
"haaishhh" kataku walau dalam hati senangnya bukan main.
ia hanya tersenyum dengan kedua lesung pipit dengan kedalaman lima meter miliknya.
"oppaa.. sudahlaahh jangan senyumm" kataku merengek
"oppa salah?"
akupun geleng-geleng. tidak salah memang.
haishhh kau gilaaaa
–––––
"bekalnya sudah di dalam tas" katanya
aku mengangguk.
ia sangat perhatian.
setelah selesai bersiap untuk ke sekolah, aku masuk ke dalam mobil dengan namjoon oppa sebagai supirnya.
–––––
[dalam perjalanan]
dua minggu lagi kau pergi.
artinya, kita akan berpisah dalam waktu yang lama.
namjoon oppa akan melanjutkan studinya di Jepang untuk waktu yang lama. sangat lama.
"berapa tahun oppa?"
"hm?"
"ke Jepangnya"
"lima tahun kurasa"
omo! lama sekali...
apa harus aku nyatakan sekarang?
hm.. jangan–––––
[dua hari kemudian]
hari ini minggu.
"kajjaaa" suara yang tak asing ditelingaku setiap pagi.
"stttt"
"lari pagi yuk"
aku sedikit membuka mata, "capek ah"
"kerjaanmu makan tidur. capek?"
"hmmm"
lagi-lagi, ia menarik lenganku sampai aku terduduk.
"aku belum siap oppaaa"
"siapa bilang?"
aku melihat kakiku.
sudah ada sepatu terpasang.
"kajja" ajaknya
"no!"
"anak kecil". ia mengacak-acak rambutku lalu pergi keluar dari kamarku
–––––
baiklah, aku memutuskan untuk ikut lari dengannya.
lebih tepatnya, jalan di belakangnya saat ia sedang berlari.
aku sangat tidak suka dengan lari.
mungkin karena aku tidak tipe orang yang suka lari dari kenyataan ㅋㅋㅋㅋ
–––––
[usai lari pagi]
"jangan rindu oppa" katanya.
"bagaimana jika aku rindu?"
"via telfon saja" katanya sambil membawakan milk tea ku ke meja cafe yang kita datangi.
"aku ke sana saja"
"aniyoo... kau sudah senior high school"
"aku bisa belajar saat di sana"
"gaboleh"
sedih.
hanya itu yang kurasakan.
"oppa"
"nee?"
"apa tanggapanmu jika ada adek menyukai kakaknya?"
"suka?"
"ne.."
"jangan-jangan kamu"
"aniyoooo" timpalku
"imposible. tidak mungkin mereka bisa menikah"
"wae?"
"mereka satu keluarga"
"apa itu perbuatan dosa?"
"oppa tak tau"
semakin sedih.
aku memilih memendamnya saja walau aku tau aku akan menyesal jika tidak mengatakannya.
saranghae oppaa...
hanya bisa menyatakan dalam hati.
cukup? sangat tidak.