Wajah Regi sudah seperti benang kusut. Video yang sedang ia lihat mengingatkan kembali pada kejadian kemarin di kantin kampus. Regi ingin sekali membenamkan wajahnya di pasir pantai. Ia merasa ternodai. Oke, ini berlebihan. Intinya, Regi benar-benar malu.
Kemarin, Regi akhirnya mengabulkan keinginan Anjani, si cewek aneh bin ajaib untuk menyatakan cinta pada Galang. Regi yakin tidak akan ada masalah, karena Galang pasti tidak peduli atau bahkan bergidik ngeri saat ada cowok yang bilang cinta padanya. Toh, Galang kan lurus plus sudah punya kekasih, wanita terfamous sekampus. Pasti Regi akan ditolak mentah-mentah atau diusir pergi. Selesai deh. Regi tidak akan berurusan lagi dengan Galang.
Namun seluruh imajinasi dan dugaannya berbanding terbalik dengan kenyataan.
Ini tidak seharusnya seperti ini.
Regi meradang. Sedang Anjani tertawa riang.
"Sialan!"
Kemarin Jani memberitahu kelanjutan hukuman yang akan ia terima. Jani ingin Regi menyatakan cinta, meminta Galang menjadi pacarnya saat itu juga. Regi yang cuek, urakan, dan tak kenal malu itu sedikit ragu sebenarnya. Bagaimana tidak, Galang sedang makan di kantin bersama teman-temannya. Dan kantin sedang tak sepi. Mau ditaruh dimana wajah Regi? Bisa-bisa Regi yang lurus selurus galah dikira belok alias humu sama warga sekampus. Aduh, Regi tidak mau.
"Oke. Gue ajak dia ke tempat lain dan ngomong berdua."
Jani menggeleng. "Disana. Saat ini juga." Jari telunjuknya mengarah ke kantin.
"What?!" Regi melotot tak percaya. "Maksud lo gue harus nembak dia di kantin?!"
"Hahaha. Seru, kan, Den?" Bukan menjawab, Jani malah meminta jawaban pada orang lain. Seseorang yang ia panggil 'Den' itu merangkul bahu Regi sambil tergelak. "Lo kalah telak, Yang. Udahlah, ikutin aje kemauan kanjeng Mami."
Regi mendengus seraya melepas kasar rangkulan Aden, sahabatnya yang sedari tadi tidak henti tertawa di atas penderitaannya.
"Lo ngomong gampang, ya, Nyet. Coba lo ada di posisi gue. Yakin, batang idung lo gak bakalan nampak lagi di kampus. Dan satu lagi, jangan panggil gue 'Yang'."
"Ya kan nama lo emang Yayang." Aden kembali terbahak. Kali ini Jani pun ikutan geli.
"Jadi gue sekedar bilang cinta doang, kan?" tanya Regi mengacuhkan ledekan dua orang yang masih tertawa itu.
"Ya nggak lah. Lo ngajak dia pacaran. Bilang aja gini, 'Lang, aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Jani memperagakan adegan tidak senonoh di depan Regi, membuatnya ingin muntah seketika.
"Najis."
Jani dan Aden lagi-lagi tergelak.
"Cuma ungkapin doang, Gi. Kalaupun elo nembak dia, peluru lo gak bakal mempan. Inget, dia udah punya cewek," jelas Jani agar Regi lebih berani.
"Betul itu," timpal Aden tanpa rasa salah dan dosa.
Regi mendengus kesal mengacak rambutnya berantakan.
"Yaudah sono. Capcus. Kelamaan, takutnya si Galang keburu cabut." Jani mendorong-dorong Regi paksa.
Dengan perasaan campur aduk, Regi pun berjalan menghampiri target incarannya.
***
Galang baru saja berniat memasukkan bakso bulat itu ke dalam mulutnya hingga kode lirikan Aji menggagalkan niatnya. Galang menelaah arah mata Aji yang menunjuk ke belakang, alisnya naik turun dengan bibir yang digerak-gerakkan sebagai petunjuk arah. Galang cengok. Tidak mengerti kenapa ia memiliki teman seaneh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayang Regi (BoyxBoy)
General Fiction(Beberapa chapter di unpublish. Jika ingin baca lanjutannya silahkan download aplikasi Fizzo. Buat akun, lalu masukkan kode undangan A51530651. Cari akun Chumybam_ lalu pilih cerita yang akan kalian baca) ________ Semuanya gara-gara bola. Bagaimana...