Title : Thursday
BLLength : 1.874 words
Keyword : Lucid Dream
Pro : Death Chara
Summary :
Kamis kala itu, aku menemukanmu. Sekaligus kehilanganmu-o0o-
Jika dan hanya jika cuaca dapat lebih bersahabat meskipun terbalut mendung pekat di senja Kamis yang penuh ketidakteraturan ini, Minghao mungkin sudah menikmati kudapan tanpa sadar telah menghabiskan berlembar jurnal untuk diedit.
Sayangnya, Kamis ini masih sama seperti Kamis sebelumnya. Ia masih saja berkutat dengan jurnal. Minghao masih mengoleksi barang-barang kuno dan hanya akan membiarkannya mendekam membosankan di lemari kaca. Ia juga tetap merebus mi instan, meminum susu kedelai setiap pagi, menyisihkan baby kailan di ujung piring, mengoleksi buku bekas, mencuci baju dengan tangan, bahkan tak jarang nama penanya, Eisha, muncul di rubrik koran harian yang dikhususkan untuk membahas masalah politik yang terkadang ia sendiri tak mengerti bagaimana otaknya bekerja menulis kalimat sok kelas tinggi dan sok tahu seperti itu.
Akan tetapi, Kamis sore ini, yang seharusnya dapat Minghao lalui seperti Kamis pada umumnya, harus berantakan begitu ponselnya berdering nyaring. Lagu lawas dengan genre rock yang menggebu-gebu terdengar begitu memekakkan telinga, dan ia sudah cukup hapal dengan si penelepon tanpa harus melirik layar ponselnya.
"Halo, aku sedang bercinta dengan jurnal kirimanmu, omong-omong. Ada tugas lain yang harus kukerjakan?"
Namanya Zitao. Atasannya di kantor redaksi tempatnya bekerja. Yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri.
"Akan ada kecelakaan menjelang petang di jalan Toronto dekat gereja di persimpangan sana. Kau bisa meliputnya, kan? Kau tahu Wonwoo sedang cuti dan aku tak memiliki pilihan selain dirimu."
Kerutan tercipta begitu banyak bersamaan ritme suara Tao yang rapat seolah tak memberi jeda bagi Minghao untuk menyela.
"O, oke. Tapi apa kau bilang tadi? Akan ada kecelakaan? Bukan berarti kau,"
Tao langsung menyemprot saat tahu apa maksud ucapan Minghao.
"Tentu saja tidak! Sudahlah, lebih baik kau bersiap saja."
Meski masih dilanda kebingungan, Minghao tetap saja memberesekan pekerjaannya dan berpindah menuju kamar untuk berganti pakaian, hingga sadar bahwa Tao belum memutuskan sambungan teleponnya dan terus bergumam di ujung sana.