GLAVA 1

45 2 1
                                    

Baju berserakan, sampah bekas sisa makanan berhamburan dimana-mana, begitulah keadaan apartemen milik Laura sekarang. Menghabiskan malam bersama lelaki yang berbeda sudah menjadi kebiasaan baginya meski hanya sebatas blowjob. Justin, lelaki blasteran amerika dan indonesia yang berprofesi sebagai teman sesama model sudah menjadi teman tidur Laura selama beberapa bulan terakhir ini. Dan dia juga merupakan lelaki yang Laura ijinkan untuk menjamah tubuhnya. Pasalnya, baru kali ini ia merasakan Justin tidak membosankan ketika di ranjang, dibanding dengan pria manapun.

Tentu saja Laura sadar kalau dirinya tidak sedang jatuh cinta, atau lebih tepatnya tidak merasakan apapun saat tubuhnya bersentuhan dengan Justin, apalagi hatinya dan debaran jantungnya pun biasa saja ketika berhadapan dengan lelaki itu.

"Seperti biasa, kamu selalu menakjubkan ketika di ranjang." kekeh Justin pelan, tangan kanannya terulur merapikan rambut Laura yang menyentuh kening. Bola mata Hazelnya terus memperhatikan Laura tanpa berkedip seakan gadis disampingnya dewi dari Surga.

Laura tersenyum sekilas sebelum beranjak bangun, "Sudah berapa kali aku mendengar kamu terus mengucapkan kata itu semalaman, dan rasanya aku mulai bosan."

"Lantas apa aku salah? Toh apa yang aku bicarakan memang benar. Kamu tak pernah berhenti membuatku bosan." Justin menyusul Laura yang kini hendak masuk ke dalam kamar mandi. Sayangnya tangan Laura lebih cepat mendorong pelan tubuh Justin agar tidak masuk.

"Hentikan gombalanmu. Sebaiknya kamu bersiap untuk jadwal pemotretan nanti." ucap Laura sebelum menutup pintu, tak lupa dia mengedipkan sebelah matanya, "Dan jangan ganggu waktuku, aku ingin mandi dengan tenang." teriak Laura kencang agar Justin berhenti menganggunya. Dia tidak mau lelaki itu ikut masuk karna akan menghabiskan waktu lama untuk mengodanya, yang ujungnya akan berakhir diatas ranjang.

Seusai mandi Laura tidak menemukan keberadaan Justin dikamar. Ketika hendak mengambil pakaian, Laura melihat selembar kertas kecil tertempel di depan walk in closet miliknya.

"Sebaiknya aku kembali ke apartemenku sekarang sebelum manager menyebalkan itu menemukan keberadaanku disini. Nikmati harimu, jangan lupa untuk makan sebelum melanjutkan aktivitasmu. Aku pastikan akan merindukanmu seharian ini."

Tanpa sadar sudut bibir Laura sedikit terangkat membentuk senyum. Oh, betapa manisnya lelaki itu. Selalu bisa membuat hati Laura berbunga layaknya ABG gila yang baru kasmaran meski tak ada cinta didalamnya.

Kerja sampingan sebagai seorang model ternama membuat Laura sedikit paham mengenai karakteristik lelaki. Justin terkenal playboy dengan ketampanan luar biasa, tak heran jika dia sering menjadi sorotan paparazi untuk sebuah bahan gosip. Sebulan ini Justin dikabarkan telah berganti pasangan 3 kali dengan teman sesama profesi. Tentunya Laura tidak bisa begitu saja memberikan kepercayaan pada lelaki itu meski mereka telah melakukan hubungan intim sekalipun.

Setelan kemeja putih berlengan panjang dipadukan dengan celana jeans denim membuat Laura menyungingkan senyum lebar. Rasanya sudah lama sekali semenjak terakhir kali dirinya dituntut dalam hal berpakaian. Stella, manajer Laura selalu memperingati jika Fashion dalam dunia model sangat dijunjung tinggi dan tentu saja Laura paham hal itu. Hanya saja ia merasa tak nyaman memakai pakaian yang sudah dipilihkan oleh Stella. Bukan ciri khas Laura sekali.

Merasa sudah siap untuk pergi, Laura menyambar clutch bag miliknya lalu beranjak keluar menuju dapur seakan tak peduli lagi dengan keadaan kamarnya yang terlihat seperti kapal pecah.

Dilihatnya diatas meja sudah tersiap segelas susu putih dan roti bakar yang Laura tahu buatan Justin. Tanpa pikir, Laura langsung mengambil susu itu lalu meneguknya. Dan untuk roti, Laura membawanya untuk dimakan sembari jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang