Disc © Hajime Isayama
RivaMika
{Rivaille/Levi x Mikasa)...
Musim semi yang cerah. Bunga Sakura bermekaran, menghiasi dunia dengan warna merah mudanya. Angin berhembus sepoi-sepoi menerbangkan dedaunan. Anak-anak kecil bermain dan berlari. Tawa-tawa bahagia terlukis di wajah manis mereka.
Awan seputih kapas itu serasi dengan langit sebiru lautan. Burung-burung saling bersiul bahagia dengan pagi yang cerah ini.
Hari Minggu yang cerah. Cocok sekali jika dihabiskan dengan orang terkasih. Orang terkasih ada banyak macamnya. Seperti orangtua, sahabat, maupuh kekasih hati.
Dunia hari ini berwarna-warni. Setiap warna tersendiri menguar dari dalam diri setiap orang. Warna merah, kuning cerah, jingga, dan biru tosca. Setiap orang punya warna mereka hari ini. Tapi di sana, di salah satu bangku taman. Seorang pria berstelan hitam duduk termenung. Warna hitam pekat menguar dari dalam tubuhnya.
...
Hari yang cerah ini ternyata sama sekali tidak cerah untuk seorang Levi Ackerman. Stelan hitamnya sudah menjelaskan semuanya. Tuhan tidak adil padanya. Lagi-lagi dirinya harus kehilangan orang yang sudah dipercayanya untuk menjaga hatinya.
Sungguh, Levi benci sekali. Sudah ke-berapa kalinya ia dikhianati cinta?
Entahlah, tak terhitung jumlahnya.Di awal musim semi yang cerah ini, ia awali berjalan-jalan ke pemakaman. Kekasihnya, Hanji Zoe baru saja meninggal. Padahal 3 hari lagi mereka akan menikah. Betapa menyedihkannya dirinya.
Kecelakaan kemarin hanya merenggut nyawa wanita manis berkacamata itu. Yang Levi pikirkan, kenapa Tuhan tidak merenggut nyawanya juga? Bukankah Tuhan sangat membecinya, hingga dirinya tak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya.
"Huft."
Levi membuang napasnya lelah. Berdiri dan berjalan menjauh dari tempatnya duduk tadi. Kepalanya terus-terusan menunduk, mengabaikan setiap wanita yang menatapnya penuh damba.
Memasuki Lamborghini hitamnya, dan mengendarainya secepat yang ia bisa.
"Kenapa? Kenapa lagi?!" rutuk Levi geram. Tatapannya sendu, kedua tangannya mencengkram kemudi erat. Setetes air mata yang sangat jarang jatuh dari kedua mata setajam elang itu kini membasahi wajah tampan itu.
"Aku lelah,"
...
Seorang wanita dengan T-shirt putih, dan trousers hitam itu keluar dari sebuah apartemen. Sebuah topi dan kacamata hitam dipakainya untuk menghindari sesuatu yang tidak kita tahu. Langkahnya menuju sebuah parkiran di mana sebuah sepeda gunung terparkir apik di sana.
"Sialan wanita itu, dia kira aku mau langsung bekerja apa? Rugi sekali," gumam wanita itu lalu duduk di jok sepeda dan mengayuhnya cepat.
Sebuah senyum manis terlukis di wajah cantiknya. Angin berhembus sepoi-sepoi menyapa kulit mulusnya. Jepang memang tempat yang bagus untuk musim semi. Beruntung sekali dirinya mendapat kontrak kerja di Jepang saat musim semi. Matanya beredar kemana-mana meneliti pemandangan yang ia lalui. Tak fokus pada jalan yang harus menjadi fokusnya.
Tikungan, berbelok. Menyeberang dan ...
Tin tin
"Aaaa!!!"
BRUK
Si wanita--Mikasa-- duduk meringis menahan sakit yang mendera kakinya yang tertimpa sepeda, keluar sedikit darah di bagian betisnya--bencana--.
Seorang pria keluar dari dalam mobil yang menabrak Mikasa. Menghampiri Mikasa yang masih berkeluh-kesah dengan sakitnya itu. Hendak marah, tapi melihat raut kesakitan dari wajah orang yang di tabraknya membuatnya iba.
"Kau tak apa?" tanyanya membuat Mikasa menoleh dan menatap sinis pria tampan di depannya. Well, siapapun setuju dengan pemikiran Mikasa ini.
"Tidak apa-apa? Tuan, apa kau punya mata? Kakiku berdarah ... aku tidak baik-baik saja!" cercah Mikasa emosi membuat Sang Pria pun tersulut emosinya.
"Aku bertanya baik-baik, Nona. Kenapa kau malah membentakku?"
Mikasa tertawa sinis, "kau itu laki-laki 'kan? Harusnya kau bisa tau tanpa perlu bertanya begitu."
Sang pria--Levi-- membuang pandangannya kesal.
"Begitu, terserah apa katamu. Aku pergi," ucap Levi membuat Mikasa membuka mulutnya lebar-lebar.
"Hey hey, kau harus tanggung jawab dulu. Kenapa langsung pergi? Aku bagaimana?" ucap Mikasa menghalangi Levi yang hendak masuk ke dalam mobilnya. Badan langsingnya yang pendek sebelah karena kaki kanannya yang terluka tak bisa di luruskan itu berdiri di depan Levi.
Levi menatap datar Mikasa, "tanggung jawab? Rasa ibaku padamu sudah menghilang tepat saat kau menoleh dan menatapku. Aku tidak suka wanita bar bar."
"Bar bar katamu?! Aku hanya meminta pertanggung jawabanmu saja,"
Levi melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya pada Mikasa masih sama.
"Kau ingin berapa?" tanyanya sambil mengeluarkan beberapa uang dari dalam dompetnya. Mikasa melempar pandangan tak suka dengan apa yang di lakukan oleh pria di depannya ini.
"Mau menyelesaikan semuanya dengan uang? Dasar orang kaya! Uang tak bisa menyelesaikan semuanya," ujar Mikasa membuat gerakan Levi terhenti. Malah menatap Mikasa dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Kau menyindir dirimu sendiri?"
Mikasa tergelak. Dia lupa, dirinya juga orang kaya.
"Setidaknya aku tak mengandalkan uang," elak Mikasa mempertahankan harga dirinya.
"Terserah."
Setelah itu Levi menerobos masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Mikasa yang terus-menerus menggerutu.
"Dasar orang kaya sombong! Kau pikir aku butuh uangmu? Aku bisa mengobati lukaku tanpa uangmu itu, tauk!" teriak Mikasa menunjuk-nunjuk lamborghini yang melaju cepat.
Benci sekali Mikasa.
Sedangkan Levi di dalam mobil memasang raut wajah kusam. Malas berurusan dengan wanita yang mengesalkan itu.
...
Dasar orang nggak tau diri! Awas saja jika sampai bertemu lagi. Aku membencinya!
Tbc.
Semoga ada yang nunggu ya 🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
SNS 6 || A Lost Dream ~RivaMika~
FanfictionHal yang paling menyakitkan di dunia ialah kehilangan orang yang kau cintai untuk kesekian kalinya. ... Dia, Levi Ackerman. Pria tampan berkharisma yang menjadi dambaan setiap wanita. Pria mapan kaya raya yang bergelimangan harta. Pria dingin minim...