[Part 1]

3 1 0
                                    

Sepasang mata berbinar kembali mencoba meraih bahagia di ujung lupa. Di taman kota, di toko bunga, di sepanjang jalan yang pernah tertempuh kaki berdua. Dahulu, kau yang selalu menghadirkan senyum untukku. Entah saat ragamu bisa kusentuh atau hanya senyummu yang mengangan dalam mimpi. Segalanya padamu aku gila. Apalagi jika tanpamu, aku lebih gila lagi. Aku masih ingat kata-katamu bahwa cinta sejati tak akan bertemu dengan cara yang mudah. Anganku menangkap elok parasmu.

Kau adalah rupa yang kubait dalam puisi-puisi di malam rinduku. Menghadirkan hangat dalam selimut hujan. Kudengarkan ribuan ceritamu tentangnya. Segala kurangnya yang pernah melukai hatimu. Kau datang padaku membawa luka dan kubasuh wangi mawar goresan luka tersebut. Perlahan-lahan kulihat semakin samar dan kau pulih. Pulihmu adalah bahagiaku.

Waktu berjalan tanpa bisa sedetikpun kuhentikan. Memberi warna dalam setiap kisah di hidupku. Sang waktu menfhadirkan kamu sebagai teman yang selalu kurindu. Selalu ada dalam setiap kepayahan yang kulalui. Keluhmu tentangnya semakin berkurang. Dan aku senang, sebab kini pada cerita-ceritamu hanya ada aku tokoh utamanya. Suatu hari kau membawaku terbang ratusan sayap malaikat. Kau ajak aku mengelilingi dunia di malam hari. Menghangat malam dengan peluk paling indah.
"Kau tahu siapa yang selalu aku pikirkan ketika aku akan tidur di malam hari?" kau bertanya padaku.
Aku tersenyum dan berharap itu adalah aku.
"Benar. Bidadari di depanku inilah yang selalu jadi hantu yang paling kurindu setiap malam."
"Apa? Hantu? Aku berarti hantu bagimu?"
"Iya hantu yang manis. Gak bikin takut sama sekali. Malah suka jika terus-terusan dihantui.

Kutangkap indah senyummu. Senyum yang ingin kumiliki selamanya. Tuturmu menghadirkan salju musim semi sehingga memerah kedua rona pipiku. Dingin namun menghangatkan. Kadang aku merasa jatuh sangat dalam padamu. Ketika kulihat dalam-dalam kedua matamu, mereka mengatakan ketulusan yang sangat. Namun, ada yang mengganjal di hatiku. Aku merasa kau tak akan sepenuhnya memberikan hatimu padaku. Sebab senyumnya masih terlihat menggantung di bayang-bayang binar matamu. Sesekali kau sesak kemudian menghela napas panjang dan bertanya hal-hal yang semakin membuatku bingung.

" Apakah kau percaya bahwa cinta sejati itu tidak datang dengan cara yang mudah?" Kau bertanya padaku.
"Mungkin saja. Karena dengan cara sulit, sebuah hubungan akan bisa bertahan. Namun, tergantung pasangan kita. Jika ia menghargai pertemuan yang sulit tersebut, maka seharusnya ia mengerti dan akan terus mencoba apa yang tidak mudah itu." jawabku sekenanya.
Kamu hanya tersenyum saat itu kemudian menyeruput latte kesukaannmu lagi. Aku pasti memberikan jawaban yang salah. Kau diam beberapa saat. Kemudian melanjutkan.
"Lalu apakah kamu menghargai pertemuan kita?"
"Aku menghargainya. Sejak awal kau datang di hidupku membawa juta peluhmu serta kesakitan raga dan jiwamu yang pilu itu. Aku menghargainya. Kau mengajarkan aku banyak hal. Tentang hidup, tentang cinta beserta patahnya. Segalanya."
Kau menghela napas panjang lagi dan mencoba meraih tanganku. Saat itu hujan. Hujan di luar, namun dinginnya sampai ke hatiku. Membeku ragaku bak batu. Kau genggam erat tanganku lalu tersenyum padaku. Tingkahmu yang tak kumengerti sama sekali apa maksudnya. Kita hanya saling pandang kemudian mencipta rekah senyum yang sama. Memandang hujan yang membuyar kerumunan orang. Kini hangat menyelimuti tubuhku. Bersamamu segalanya menjadi seimbang.

Malam terus menua. Sedang kita menikmati masa hijau kasmaran. Tak peduli gelap atau dingin. Padahal hujan di luar sudah reda. Kau bilang tak mau pulang, jika belum mengatakannya. "Katakan saja," kataku. Namun kau bilang kau belum siap. Kita masih pada posisi yang sama sejak satu jam yang lalu. Tanpa ucap hanya suara hembusan napas berdua yang menemani. Tiba-tiba kau beranjak menjauhiku. Melepaskan genggamanmu. Perlahan beku tanganku. Sangat dingin. Kau kini duduk di depanku. Memandang ke sana ke mari dengan gelisah. Kemudian kau mengatakannya.





To be continued...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kau Yang Sepenuhnya Ingin Kubunuh Dalam KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang