Ting!
Tertera jelas nama kontak seseorang yang membuatku tersenyum tanpa sadar.
Azrril Purnama
Morning Fan!
Selamat Berjuang!
Doaku menyertaimu :)Rentetan pesan yang mampu membuatku membara di pagi ini. Dengan cepat ku balas pesan dari seseorang tersebut.
Fanny Marsyabel
Thanks Ril.
You are my moodboster :))Azrril Purnama
Jangan lupa berdoaFanny Marsyabel
Tentu :)Azrril Purnama
Jangan gugup.
Semangat cantik!Fanny Marsyabel
Aku jelek.Setelah selesai mengirim pesan tersebut, kumasukkan ponselku pada saku celana. Kemudian berlari kecil menuju rak sepatu, kuraih sepatu pantofel hitam yang sudah bertengger manis di rak sepatu.
"Fan, lo udah siap?" tanya Kayla, teman seperjuanganku yang menginap semalam di rumah.
"Iya ini pakai sepatu" balasku dengan memasukan kaki kanan pada sepatu.
"Tuh udah dijemput Rangga di depan" katanya yang membuatku terkejut.
"Kok gue?" tanyaku tak terima.
"Iya lah, masa tukang sayur" jawab Kayla.
"Key, gue udah pesen Go-Jek, Rangga buat lo aja deh" pintaku dengan terburu-buru lari.
"Hello Fan! Stop!" teriak Keyla yang sengaja aku abaikan.
"Fan! Heh! Budek!" panggilnya dengan menarik lenganku yang berhasil memberhentikanku.
"Apa sih? Gue udah telat, gak ada waktu buat berdebat masalah cowok itu" tukasku.
"Dengerin dulu bodoh!" katanya yang tak mau kalah.
"Apa?" tanyaku dengan malas.
"Lo satu lokasi sama Rangga, jadi lo harus terima jemputan dia, kalo lo gak mau telat. Abang Go-Jek nya belum datang. Jadi biar gue sama Abang Go-Jek nya. Dan lokasi lo lebih jauh dari lokasi gue. Udah sana cepat, Rangga udah nungguin lo dari tadi" jawabnya panjang lebar.
"Gue nggak nyuruh dia buat jemput" jawabku malas.
"Udah sana cepat atau lo akan terlambat ujiannya" sahutnya.
"Ya" balasku dengan memutar bola mata.
Lima belas menit kemudian, aku bersama Rangga sampai di tempat lokasi. Kita berjalan berdampingan dalam diam. Saat sudah di pertigaan, kita pun berhenti dan berbicara sedikit.
"Pulangnya gak usah nunggu gue" kataku yang merupakan kalimat perintah.
"Tapi kan Fan.." balasnya yang langsung aku potong.
"Gue bisa pulang sendiri" sahutku dan langsung meninggalkannya dengan mulut terbuka yang pasti akan membantah.
"Fan!" panggilnya lagi.
"Apa?" setelah dengan kembali berbalik.
"Semangat ujiannya" katanya yang berusaha membuatku terkesan, namun itu gagal mengingat perilakunya yang sudah membuatku kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
eL Di eR
Teen FictionKamu adalah orang asing yang berhasil mempermainkan emosiku