satu -01-

73 5 0
                                    

Pembawa Teks Pancasila

...

Kau pernah menahan nafas? Berapa menit? Ataukah berapa detik?

Sulit,
Berat!

Kita pernah mencobanya, namun gagal dan selalu begitu. Seperti halnya yang Ghesa rasakan, dua tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan semuanya, Ghesa tidak memiliki alat untuk mencabut semua paku yang menancap dihatinya, hingga sampai paku itu berkarat, Ghesa tetap tidak bisa.

Kisahnya sudah tidak ada lagi, namun semua seolah kenangannya tidak bisa dicegat ketika hilir mudik mengelebati fikiran Ghesa.

Ghesa payah? Katakan saja, Ghesa Queena Wijaya memang sangat payah, terlebih seperti saat ini, lembar jawabannya masih putih bersih belum ternodai coretan pulpen atau bahkan pensil. Itu artinya Ghesa sedang blank materi farmakognosi yang sudah dihafalnya semalaman lenyap seketika digantikan bayangan cowok atletis yang dilihatnya saat upacara pagi tadi.

Disana, dia bertugas memberikan teks pancasila pada pembina upacara yang kalau tidak salah namanya Pak Sudirman, hanya itu namun karena sinar matahari yang menyorot langsung sesekali dia menyeka peluh keringat didahi.

Dan saat itu pula, pandangan mereka bertemu, manik berwarna cokelat terang ketika terkena cahaya seolah membius Ghesa untuk tidak mengalihkan pandangannya,

Meski jarak lumayan jauh, Ghesa dapat melihat dari barisan peserta upacara paling depan, dia menaikan sebelah alisnya

Ghesa kepergok!
Untuk kedua kalinya,

Yang pertama saat kumpulan ekstrakulikuler PMR, dia sedang menerangkan materi pada anak kelas X yang baru seminggu menjadi keluarga besar SMK Bhineka

Untuk pertama kalinya Ghesa menyesal tidak sedari kelas X saja dia mengikuti PMR, ngomong ngomong PMR, Ghesa baru bergabung namun anggota baru kelas XI tidak disatukan dengan kelas X.

"Ghesa, kamu melamun dipelajaran saya, itu artinya sepulang sekolah kamu datang ke perpus dan bereskan buku pelajaran Farmakognosi dan Ilmu resep yang berceceran tak sesuai, dan satu lagi, waktu ulangan akan habis dalam 10 menit kedepan"

Ghesa mengerjap, tersadar fikirannya telah melanglang jauh, tatapannya berhenti pada lembar jawaban yang masih kosong, mata bulatnya terbelalak kemudian erangan kesal terdengar seantero kelas yang hening membuat penghuninya merasa terganggu dan menyerukan "sttt..." serempak.

Fine, Ghesa sudah gila sampai sampai nekad belum memgerjakan soal, fokus Ghesa, fokus... Pikir Ghesa

Dalam waktu kurang dari 10 menit, Ghesa mampu menyelesaikan soal, jangan tanyakan apakah Ghesa pintar atau tidak, tentu saja ya, Ghesa si juara 1 paralel semenjak zaman SD.

Terlebih materi farmakognosi yang sudah ada diluar kepala, kelemahannya hanya satu dia tidak bisa melupakan orang yang telah menyakitinya, dia pergi tanpa sepenggal kabar hingga saat ini ketika dirinya sangat membutuhkan sosoknya.

Bel istirahat kedua terdengar lebih nyaring dari bel saat pergantian jam pelajaran, riuh suara anak kelas XI Farmasi 2 didominasi anak anak yang saling bertanya apakah jawaban ulangan barusan benar atau tidak

"Ghesa, lo lagi shalat gak?" dia Resta, cewek berbadan mungil yang hobinya mengintip kelas sebelah semenjak ada murid baru dikelas tersebut, ngomong izin ketoilet namun melipir kearah kiri padahal kamar mandi terletak diarah kanan, melewati 6 kelas dari kelas Ghesa yang jelas jelas untuk mengintip cowok yang diketahui bernama Barry,

"Gue lagi gak shalat, kantin yuk" Ghesa kemudian menarik lengan Resta, namun cewek itu mematung. Ghesa mengikuti arah pandangan Resta, tatapan nya jatuh pada Barry.

Ghesa menghela nafas, "Barry, nama lo Barry kan? Sini!" Ghesa memanggil cowok itu tanpa peduli pada jantung Resta yang sudah jempalitan,

"Apa?"

Cuek, kesan pertama Barry dimata Ghesa. Mending kak Kalvi, baik hati dan tidak sombong

''Itu si Resta, temen gue mau ngomong katanya" Resta melotot sedangkan Ghesa nyengir tak berdosa.

"Eum, i... Itu, gu... Gue. Ah sial gue gugup" ujar Resta pada akhirnya

''Eh?" Barry mengerjap bingung, Ghesa tepok jidat,

"sorry, Bar gue baru inget kalo dia bukan temen gue, bayy" Ghesa pergi meninggalkan Resta juga Barry

"Sorry, sebenernya gue gak mau ngomong sama lo, itu mah cuma alibi biar gue deket sama lo- eh, aaargh Mamah dulu pas hamil Resta mamah ngidam apa sih kok anaknya bego banget'' Resta berlari menyusul Ghesa setelah sadar jika yang barusan dia katakan sudah melenceng jauh dari ekspetasi yang mana dia akan terlihat anggun didepan Barry, lah ini sebaliknya.

Ini gara gara Ghesa, Resta berasumsi kemudian memanggil Ghesa dengan cara yang tentunya mengundang perhatian orang

"GHESAAAA"

Tanpa Resta sadari, kelakuannya barusan membuat cowok dengan rambut cepak itu tak hentinya tersenyum

{---}

''Kok bisa kak?" Ghesa mengernyit bingung ketika otak nya tak juga konek dengan apa yang dikatakan cowok dihadapannya, salahkan wajahnya yang lebih enak dipandang.

"Sebenernya kamu tuh dengerin kakak gak sih, ini kakak udah tiga kali balikan ngejelasin ke kamu, mulut kakak sampe berbusa gini tapi kamu gak nangkep apa apa" Kalvi mulai kesal namun ucapan Ghesa setelahnya membuat Kalvi merona

"Abis muka kakak ganteng, kan bawaannya pengen liatin mulu"

Shit! Gue baper

Kalvi menghela nafas, mengembuskan secara kasar berusaha menghilangkan jejak rona yang mungkin sudah menyebar hingga ke telinga. "Tenang aja kak, Ghesa gak bakalan bocorin kesemua orang kalo kakak baper sama Ghesa''

Kalvi mendelik sedangkan Ghesa nyengir sepuluh jari dan kemudian tanpa dikomando mereka berdua berkejaran diperpustakaan yang mana tanpa mereka sadari hari sudah lebih dari sore untuk pelajar pulang.

Dering ponsel menandakan waktu maghrib yang kemudian disusul suara adzan rupanya mampu membuat Ghesa terdiam, yang mengakibatkan Kalvin berusaha nge'rem mendadak agar tidak menabrak Ghesa.

Gelagat aneh Ghesa membuat Kalvi tak bisa menahan tawanya, " tenang aja, disini gak ada hantu, jadi gak usah takut, mending kita keluar, shalat, terus kakak anterin pulang deh"

"Bisa aja bikin anak orang baper" Ghesa mencubit pinggang Kalvi namun urung karena Kalvi lebih cepat tanggap

Cahaya diperpustakaan tak kalah terang dari mini market disebrang jalan, pantas saja Ghesa tidak menyadari jika sudah sore.

Bahkan Ghesa tidak memberi tahu orang tuanya, "KAK KALVIN, SEKARANG GIMANA DONG, GHESA GAK BILANG SAMA MAMAH KALO BALIK SORE, PASTI GHESA KENA HUKUM"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LovaquinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang