Melihatmu, Sama Halnya Melihat Udara

8 1 0
                                    

Dan akhirnya kamu telah bersamanya. Kau menikah satu hari setelah hari ulang tahunku. Begitu kebetulan kah? Kenapa tidak tepat di hari ulang tahunku saja? Mungkin ini semua dibentuk agar aku tak pernah melupakan hari kebahagiaannya. Tentunya bukan hari kebahagiaan untukku.

Kamu, yang sampai saat ini belum pernah kulihat secara langsung dalam jarak satu jengkal pandangku. Kamu yang sampai saat ini belum pernah berbicara langsung denganku. Inginku menjadi yang pertama dan terakhir bagimu. Namun kamu terlalu jauh, kamu terlalu hebat. Dan aku hanya mampu melihatmu dari belakang. Hingga sekarang aku masih disini berteman dengan harap. Dan tamparan itu kini menerpaku.

Setidaknya kamu tahu bahwa aku ada. Kau mengundangku untuk menghadiri pernikahanmu. Aku terharu sekaligus malu. Malu karena kamu mengundang seseorang yang hanya dikenal lewat dunia Maya. Kenapa kita tidak pernah berkenalan secara langsung?

Aku bahagia pada hari dimana kita pernah berjanji untuk bertemu. Lucu memang, kita hampir bertemu dirumah kakakmu. Aku senangnya bukan kepalang. Aku akan bertemu denganmu sekaligus kakakmu?

Semua hal sudah aku persiapkan, mengenai lagu kita dan musik kita. Tapi nyatanya? Aku masih dengan kebiasaanku, menunggu kabar darimu tanpa pernah mengabarimu terlebih dahulu.

Hilang sudah semua kesempatanku untuk mengenalmu dengan benar. Hilang sudah untuk aku mengetahui bagaimana ketuk langkah kakimu, harum deras rambutmu, dan bisikkan mu pada telinga ku yang berulang-ulang. Ya, ini masih tentang kamu.

Tentang kamu yang hanya pernah bisa aku lihat dia langkah dari kakiku yang menetap.
Izinkan aku mencintaimu, seperti kelak kamu mengajarkan diri sendiri untuk mencintai anakmu. Sesuatu yang kuharap dari hasil pertemuan cinta kita nanti. Kita? Aku sadar, kau kini telah dengannya. Aku tidak berhak untuk mendekatimu lagi. Aku hanya bisa mendoakan mu di sini. Semoga kau bahagia dengannya dan buah hatimu nanti. Hal yang pernah aku impikan dan tak akan pernah aku dapatkan.

Entah sampai kapan aku tidak bisa melihatmu. Orang selalu bilang entah sampai kapan untuk bisa melihat seseorangnya kembali. Sedang aku bertemu pun belum pernah, apa aku pantas untuk menyebut kapan kita akan bertemu lagi?

Selama mengenalmu, mengenalmu adalah satu hal yang selalu menjadi lebih positif dalam menjalankan hidup ini, mengenalmu selalu mengajarkanku bahwa untuk bisa mendapatkan seseorang sepertimu, aku harus lebih memantaskan diriku terlebih dahulu. Kau yang begitu kuat, pantang menyerah, pintar dan hebat dalam mengelola masa depanmu.

Aku menjadi terpicu untuk bisa sepertimu. Setidaknya untuk menjadi dekat dengan apa yang telah kamu ukirkan. Semoga suatu hari kita bisa bekerjasama menjadi seorang teman dalam satu pekerjaan.

Aku tidak mengharapkan kamu kembali kepikiranku. Aku hanya mengharapkan kamu tersenyum ketika melihatku nanti, dan kemudian kamu membicarakan tentang sebuah project lagu kita dahulu. Sungguh sangat membahagiakan jika nanti kamu mengingatkanku akan hal itu, dan dengan sungguh-sungguh kau memberitahukan padaku bahwa kamu ingin mewujudkan hal yang kau impikan dahulu. Sesuatu hal yang ingin pernah kita lakukan.

Sampai saat ini aku masih menunggu, menunggu tentang apa yang ingin aku ketahui selama ini. Semerdu apakah saat kamu tertawa? Semanis apakah senyum sederhana kamu nanti?

Akan aku coba untuk sedikit demi sedikit untuk mengurangi kamu dalam kadar ingatanku. Waktu adalah penyembuh yang aku percayai. Dan keikhlasan adalah jalan menuju hal itu. Meski terasa berat, akan tetap kujalani. Daripada aku harus melihat diriku jatuh kedalam jurang masa lalu. Sesuatu yang tak pantas aku masuki dan untuk apa? Kita adalah manusia yang berhak bangkit dari keterpurukan. Kita masih bisa melangkah!

Meski kenyataan ini terlalu pahit untukku, tapi inilah kenyataannya. Sehebat apapun kamu merencanakan sesuatu hal, tetap Allah yang menentukan. Ikhtiar haruslah tetap berjalan, tanpa pernah putus dan mundur. Pasrahkan lah semua keputusan kepada-Nya. Kamu hebat telah menjadi apa yang kamu maui.

Apa kabar peluk terhangatku? Masihkah kamu kini merasa kedinginan pada malam yang sepi? Tentu tidak bukan? Aku pun tidak, sebab ketika aku sedang merindukan aku yang dulu pernah sangat merindukanmu membuatku merasa hangat pada malam-malam yang kini aku lewati tanpamu didalam pikiranku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melihatmu, Sama Halnya Melihat UdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang