"Tanpa butuh banyak detik, aku jatuh cinta!"
Tiba-tiba saja waktu yang mempertemukan kita dalam maya. Tidak lama kita sepakat bertemu untuk saling meyakinkan perasaan dan wujud kita masing- masing. Percakapan pertama membuatku yakin bahwa kita akan cocok kedepannya. Kamu bercerita tentang dirimu dengan budayamu sendiri, dan aku mendengarkan sembari membalasmu dengan budayaku.
Walaupun kita sering berdebat akan pendapat kita masing-masing, perlahan-lahan aku belajar mempelajari dan menerima semua keasinganmu. "Kuharap kau mau menerimaku juga". Ada banyak hal yang tidak pernah kuduga telah kutemukan di dalam dirimu. Kita sangat berbeda, sangat!. Dulu pernah berharap mendambakan seorang pendamping hidup yang memiliki kesamaan denganku, agar kita bisa melakukannya bersama. Tetapi Tuhan mengirimkan kamu, manusia yang memiliki senyum yang indah. Ia menakdirkan kita berbeda, layaknya air dan minyak. Perbedaan itu bukan penghalang bagi kita untuk bersama, dan kita tahu itu.
Aku ekstrovert, kamu interovert. Aku mudah melihatkan bentuk emosi diwajahku, kamu mampu menyembunyikan emosi itu. Aku selalu optimis, kamu selalu pesimis dengan keadaan. Aku Mei, kamu Maret. Aku jarang makan, kamu sering makan. Aku suka keramaian, kamu suka kesunyian. Aku tradisional, kamu moderen. Aku senang seni, kamu senang teknologi. Aku suka green tea, kamu suka coffee. Aku Suka bernyanyi, kamu suka bermain game.
Tapi kita juga memiliki beberapa kesamaan. Sama memiliki golongan darah AB, senang berdiskusi, senang anak kecil, dan kita memiliki mimpi yang sama untuk membantu dan membahagiakan orang lain. "Kenapa tidak, aku tak memilihmu?" Kulihat masa depan dimatamu, kulihat kebaikan disenyumanmu, dan kulihat pengorbanan dihatimu.
Hari itu rabu 26 Juli 2016, Hari pertama kita bertemu. Ada sedikit rasa canggung untuk memulai percakapan, kucerminkan dalam sikapku yang malu untuk berbicara padamu, mungkin karena kamu seorang dokter dan aku seorang mahasiswa biasa. Kali ini kamu mendominasi percakapan. Sembari memperhatikanmu berbicara, aku memperhatikan semuanya, hidung, kulit, dan caramu berkedip. "Kamu sempurna!".
Tidak berselang beberapa menit percakapan itu, kita memutuskan untuk memulai aktivitas pertama kita dengan menonton film, aktivitas favorite kita beberapa bulan kedepan. Di dalam ruangan berukuran 3X4 itu, kita mengakrabkan satu sama lain. Kuhirup aroma tubuhmu dan disitu pertama kalinya tubuh kita saling berdekatan tanpa adanya sekat. Hidungku dan hidungmu, bibirku dan bibirmu melekat, Kita menikmati setiap sentuhan, setiap hembusan nafas, bahkan aku mampu merasakan setiap detak jantungmu yang semakin cepat karena keagresifanku. Detik demi detik, menit demi menit, dan masa demi masa kita nikmati, hanya kamu dan aku.
Hari itu juga kita belum meresmikan hubungan layaknya sepasang kekasih. Timbul rasa khawatir, mungkin ini semua hanya kenikmatan kita yang sesaat. "I asking you, so you give me". Dengan cepatnya saat itu, aku langsung jatuh cinta kepadamu, aku sepakat untuk menjalin hati. Sungguh kejadian yang tidak pernah direncanakan, bukan karena apa yang kita lakukan, tapi yang kurasakan. Saya tidak membutukhan teori penetrasi sosial untuk sedekat ini denganmu. Kita telah melalui tahap pembukaan diri secara akselerasi, inti dari segala bentuk pengembangan hubungan.
YOU ARE READING
EX - IN TROVERT
Kurzgeschichtencerita ini adalah sebuah kisah nyata yang menceritakan tentang kontradiksi yang dialami oleh pasangan ekstrovet dan introvert.