bag 1

25 2 0
                                    

Aku membagikan kisah ini bukan untuk apa-apa melainkan untuk kalian semua mengambil pelajaran.
Kalian semua bisa memanggilku vivie, anak semata wayang dari keluarga menengah atas. Aku tidak menyebut diri ku kaya karna nyatanya kami hidup berkecukupan seperti sekarang ini, karna hanya aku satu-satunya anak mereka.
Kisah ini pertama dimulai ketika aku berlibur ke tanah kelahiranku, tanah kelahiran ayahku juga tepatnya.
Saat itu usiaku masih sebelas tahun baru tamat sekolah dasar dan aku liburan seorang diri, keluar kota beda pulau dan menggunakan pesawat.
Jangan katakan orang tuaku tega, karena nyatanya aku memang semandiri itu untuk ukuran anak tunggal yg seharusnya dimanja.

Disitulah ditempat itu aku pertama kali melihatnya. Namanya andika, teman bermain abang sepupuku, tetangga berapa rumah nenek ku.
Pertama kali aku melihatnya yg terlintas dikepalaku adalah anak kampung kumel. Katakan lah aku sombong, karna memang seperti itu kenyataannya.
Aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku dikota yang setiap harinya aku keluar rumah hanya untuk ke sekolah, les, belanja dengan bunda, atau liburan sekeluarga.
Aku jarang keluar bermain dengan teman-teman sebaya dikompleksku, alasannya karna aku hanya tidak suka, bagiku lebih baik siang aku tidur siang, sore membantu bunda, dan malam belajar.
Jadi tidak heran aku cukup bersih untuk ukuran anak seusiaku. Dan melihatnya yg seperti itu, jangan salahkan aku kalau berfikir dia bukan levelku.
Kalian bisa membayangkan anak kampung yg hari-harinya berseliweran di sawah atau mencari rumput untuk kerbau, yang setiap harinya bermain dengan tanah dan matahari. Tak perlu aku jelaskan kan betapa dekilnya dia.
Dan aku tidak tau menyebutnya sial atau apa. Tapi ya, dia menyukaiku.
Tentu aku tau, aku memiliki pemikiran yg cukup dewasa walau usiaku masih kanak-kanak.
Tapi ya memang sedikit menggelikan, melihat anak seusia kami sudah mengerti suka-sukaan. Memang usianya lebih tua dariku setahun, tapi 12 tahun tetap masih anak kecil bukan?
Aku risih melihatnya yg menatapku malu-malu, yg intens kerumah nenek ku dengan alasan bermain dengan abang sepupuku. Demi tuhan, aku melihatnya yg selalu mencuri lihat kedalam rumah seperti mencari-cari, dan ketika ku tatap balik dia langsung mengalihkan pandangan dan salah tingkah. menggelikan, batin ku kala itu. Bisa kalian bayangkan kan sepongah apa diriku.
sampai sepupu-sepupuku mengetahui kalau dia menyukaiku, dan mengejekiku, dan aku kesal benar-benar kesal.
Sampai ketika malam terakhirku disana dia menjumpaiku. Benar-benar kerumah nenek bukan dengan alasan bermain dengan abang sepupuku seperti biasanya.
Aku cukup terkejut ketika melihatnya yg bisa dibilang cukup rapi untuk malam itu. Dia yg biasanya hanya memakai kaos dan celana pendek kusam, malam itu memakai kemeja dan celana jeans hitam. Dia tersenyum kaku ketika melihatku datang.
"Hai", sapanya canggung.
Aku duduk di kursi sebrang dengan canggung pula. Jujur walaupun aku tidak menyukainya tapi aku tidak sejahat itu untuk mengusirnya.
Aku tersenyum tipis srbagai balasan untuk sapaannya.
"Kudengar besok kamu akan kembali kekota ya? Maaf lancang, tapi aku ingin memberikan ini untukmu, ku harap kamu suka kalaupun tidak kuharap kamu mau menerimaanya, dannn hati-hati dijalan", dia mengucapkan kalimat sepanjang itu dalam satu tarikan nafas seperti teks yg memang sudah disiapkan dan dihapal sebelumnya tanpa memberikanku kesempatan untuk menyela ataupun menjawab.
Kulihat kotak berukuran sedang yg dibungkus dengan kertas kado pink bunga2 yg ada digenggamanya, dengan pelan kuambil.
"Terimakasih", ucapku sambil tersenyum tipis.
"Hmmm..... kalau begitu aku permisi ya, hmm..... vie selamat malam".
aku baru pertama kali melihat laki2 salting dan itu sungguh lucu.
"Iya, selamat malam juga" balasku.
Kulihat dia berjalan keluar tanpa menoleh kebelakang sedikitpun, dan setelah dia benar-benar tidak kelihatan lagi akupun masuk kedalam rumah.

"Sidika gelem karo koe nduk, dari cilikan dulu, dia ngeliat foto kamu yg di ruang tamu itu, tanya ke nenek siapa itu mbah ayu ya", kata nenek yg tiba2 muncul.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan nenek.
"Vivie tidur ya nek" Pamitku, dan langsung masuk kekamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Judul standar - Tulis judul sendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang