"Terkadang saat kamu berusaha mencari makna yang kamu temui hanyalah kesemuan belaka. Ya, kamu dengan sejuta pesonamu selalu bisa membawaku ke dalam kebimbangan"
Angi setengah berlari menaiki tangga kostnya untuk menghindari hujan badai yang diluar prediksi perkiraan cuaca. Namun sependek apapun tangga yang dilaluinya tetap saja membuatnya basah kuyup. Tanpa menoleh kiri dan kanan Angi membuka pintu kostnya dan menguncinya kembali dari dalam.
Tangannya membuka kancing kemejanya dengan gerakan tergesa-gesa agar air yang di bajunya tidak membasahi lantai. Angi berlari menuju kamar mandi sambil membawa bajunya yang sudah basah itu. Tanpa berlama-lama di kamar mandi Angi segera keluar dengan memakai handuk dan berjalan ke arah lemarinya untuk memilih baju yang nyaman dipakai untuk tidur. Ia berjalan ke arah meja riasnya dan membuka handuk yang menggulung rambutnya bermaksud untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Dengan telaten Angi mengeringkan rambutnya.
Selesai dengan urusan rambutnya, Angi bergerak menghampiri tempat tidurnya. Ia ingin segera tenggelam di dalam mimpi untuk menghilangkan penat di seluruh tubuhnya dan juga kepalanya selama satu hari ini.
Saat hendak membaringkan tubuhnya ia ingat bahwa hpnya masih di dalam tas. Secepat kilat Angi berlari ke arah pintu masuk kost dan mengambil tasnya serta mengeluarkan benda berbentuk pipih itu dari dalam tas. Sambil berjalan kearah tempat tidur, Angi memeriksa hpnya. Angi membuka aplikasi whatsapp dan menemukan ratusan chat dari beberapa group chat yang diikutinya. Tanpa membuka group chat tersebut Angi mematikan hpnya dan berniat untuk tidur.
Baru saja matanya menutup dan tiba-tiba hpnya berbunyi. Seketika mata Angi terbelalak. Ia sadar bahwa nada dering yang didengarnya kali ini adalah nada dering khusus untuk orang itu. Ya, Angi tidak mungkin bisa lupa, bahwa nada dering itu adalah musik penghantar tidurnya pada waktu dulu. Rasa kantuk yang mendera Angi seketika hilang.
Dengan ragu Angi mengambil hpnya dan tampak di layar hpnya tertulis nama orang itu. Angi menatap layar hpnya lamat-lamat, meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah lihat. Angi mengerjapkan matanya dan membaca layar hpnya sekali lagi, ya ia tidak salah. Ia membaca nama orang itu dengan jelas. Masih belum bisa menyembunyikan rasa terkejutnya nada dering itu berbunyi lagi, menandakan pesan baru dari orang tersebut. Dua pesan sekaligus.
Angi menimbang antara membuka pesan tersebut atau tidak. Egonya berkecamuk. Rasa penasarannya meningkat. Hingga akhirnya Angi menekan pop up pesan dari orang tersebut. Mata Angi terbelalak membaca pesan tersebut. Tangannya mengepal kuat. Tanpa membalas pesan tersebut Angi melemparkan hpnya ke tempat tidur dan memilih menutup matanya.
^~^
Angi mengumpat didalam hatinya. "Sial." Perkara pesan dari orang itu membuatnya insomnia tadi malam. Pukul tiga dini hari baru ia dapat mengantuk dan tertidur.
Sekarang sudah pukul 07.25 berarti hanya lima menit lagi sebelum jam finger berakhir. Angi mempercepat langkahnya, berharap kakinya yang pendek dapat menempuh waktu lima menit agar sampai di tempat finger. Jam menunjukkan pukul 07.30 saat Angi menempelkan jari jempolnya di mesin finger.
"Ahhh, hampir saja." Gumam Angi dengan nafas terengah-engah.
"Tumben telat neng??" Sahut ibu Tari
"Hehe, iya bu, terlambat bangun."
"Ya udah cepetan atu neng, ganti baju. Nanti terlambat operan shiftnya.
"Ehh, iya-iya bu. Mari bu." Sahut Angi ramah pada ibu tari tersebut. Angi bergegas ke loker para perawat dan mengganti bajunya di sana. Tanpa menunggu lama ia menuju ke ruagan perawat. Tampaknya semua orang sedang menanti dirinya.
"Maaf, saya terlambat." Ucap Angi dengan perasaan bersalah.
"Ini pertama kalinya kamu terlambat. Jadi saya maafkan. Kamu itu ketua tim jadi harus mampu memberikan contoh yang benar." Sahut Bu Lyla selaku kepala ruangan di ruangan mereka.
"Makasih bu" sahut Angi dan segera mengambil tempat sebelum memulai operan.
"Hello, good morning. Anibody miss me??" Tanpa menoleh pun semua orang di ruangan itu pun tahu bahwa itu adalah dr. Shamy.
"Hai pelangiku yang selalu muncul sehabis hujan. Miss me??" Shamy langsung menatap Angi dengan mendekatkan wajahnya. Angi gelagapan.
Belum sempat Angi menjawab, Yoan langsung menjawab. "dr. Shamy? Kok udah pulang aja sih? Mana oleh-oleh?"
"Hmm, don't worry. Setiap orang punya bingkisan masing-masing." Sahut Shamy sambil menunjuk ke arah kotak besar yang di nurse station, namun tidak menjauhkan wajahnya dari Angi. Angi hanya menunduk saja tanpa berkata apa-apa.
"I know wajah kalian sudah bosan dengan rentetan status pasien yang harus diisi dan tugas lainnya. So, this is it. Oleh-oleh dari korea." Semua langsung bertepuk tangan.
"Dok, kok gak sekalian bawa oppa-oppa ganteng sih. Langsung Song Jong Ki juga gak papa dok." Si penggila korea Yoan langsung beraksi.
"Ssttt, kegantengan gue kan udah melebihi Song Jong Ki masih aja lo nyari Song Jong Ki."
"Huhh, dokter memang ganteng, tapi kalah sama Song Jong Ki."
Merasa tidak terima dengan ucapan Yoan, Shamy pun menjauhkan wajahnya dari Angi dan berdiri sambil melihat ke arah Yoan.
"Ehh dengar ya, cowok-cowok korea yang lu puja-puja itu cuma karna make up doang makanya keren. Aslinya mah keren gue lah." Shamy mengangkat dagunya dan melipat tangannya di dada.
"Yoan, cukup. Kita masih operan. Dr. shamy silahkan keluar dulu ya. Kami mau operan dulu."
"Ohh, iya sorry ibu karu. Sahut Shamy. I'll go. Bye-bye pelangi sehabis hujan." Sahutnya sambil mengedipkan matanya kepada Angi. Angi hanya tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.
"Ciee, yang dapat salam khusus dari dr shamy. Udah, gas teruss. Gak usah direm lagi." Yoan masih sempat menggoda angi sambil menyikut lengannya
"Apasih yo. Kita lagi operan tau." angi berbisik sambil melotot.
^~^
Angi membuka lokernya untuk mengganti bajunya. Matanya berhenti pada selembar kertas kecil yang di tempel di tutup lokernya.
"Aku selalu merindukan senyum itu."
Hanya lima kata itu. Tanpa ada nama pengirim pun Angi tau siapa yang mengirimkannya. Angi mengambil kertas kecil itu dan menyelipkannya pada buku yang ada di lokernya.
"Ehemm, yang dapat surat dari secret admirer. Udah, langsung terima aja kenapa sih An, kan orangnya berkualitas." Suara cempreng Yoan yang tiba-tiba muncul.
"Yoan.. Kebangetan deh, tiba-tiba muncul dengan suara cempreng lagi."
"Ahh, suara gue itu khas loh An, bukan cempreng."
"Iya, iya. Khas, bukan cempreng. Aku udah selesai nih, aku duluan ya."
"Idih, main pergi aja, tanpa jawab pertanyaan gue lagi." Sungut Yoan. Angi hanya tersenyum melambaikan tangan.
Saat membuka pintu Shamy yang sudah tidak memakai jas putihnya sudah menunggu.
"Nunggu siapa dok? Ini kan bukan loker dokter."
"Ya kamu lah!"
"Aku?" Angi menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu. Siapa lagi coba? Makan yok. Aku laper."
"Maaf dok. Saya mau langsung pulang."
"Dok dik dak duk. Panggil Shamy aja. Ini udah di luar jam kerja. Gak usah pake saya saya. Pake gue-lo juga gak apa apa, atau aku-kamu aja kali ya." Shamy mengeluarkan jurus senyumnya yang paling memikat.
"Tapi kan dok.."
"Tuh kan, udah ayok cepat. Kita makan." Shamy menarik tangan Angi tanpa mempedulikan tatapan orang. Angi hanya menunduk malu karena ditatap para perawat lainnya dan mencoba menyamai langkah Shamy yang menurutnya dua kali lipat dari langkahnya sendiri.
Angi tahu, setelah ini hidupnya tidak akan setenang dulu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak untuk Pelangi
RomanceKisah cinta Pelangi tidak seindah sajak-sajak cinta yang selalu muncul di loker Pelangi. "Bahkan rembulan pun enggan melihat sejoli yang sedang merajut asmara itu. Seakan-akan semesta pun turut merestui." Beberapa part akan diprivate. 😊😊 Happy r...