prologue

457 10 2
                                    

"Bun, kalau ada seseorang yang sangat kita percaya membohongi kita, kita harus bagaimana?" tanya seorang anak kecil yang baru selesai menangis, air mata masih tampak jelas di pipi nya.

"Wira nakalin aku lagi, Bun. Katanya dia mau belikan Jani eskrim, tapi malah dia makan sendiri. Jani kesal." Ucapnya lagi dengan berapi-api.

Bunda tersenyum, ia mengelus rambut sebahu anaknya dengan sayang. "Laki-laki itu yang dipegang dua hal. Ucapan dan janjinya. Jika dia mengingkari salah satu diantara keduanya, ia melukai dua hal, yaitu kepercayaan dan harga dirinya."

Jani begong. Sibuk mencerna apa maksud dari ucapan bundanya tersebut. Lalu ia merajuk kesal. "Aahh bunda... Jani gak ngerti!"

Bunda tertawa, "Ingat ucapan bunda yang ini, ya. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu pasti paham apa maksud bunda."

Jani mengangguk, walaupun masih berusaha keras untuk mencerna apa maksud bundanya.

Tak lama bel rumahnya berbunyi, disusul gesekan kunci gembok yang membuat pagarnya berbunyi. Jani keluar, ia menutup telinga sambil memasang wajah sebal. "Berisik!" katanya.

Didepan pagar, terlihat seorang anak laki-laki yang sedang menenteng sekantung eskrim. Wajahnya terlihat memelas. Seperti siap melontarkan kata yang sudah Jani hafal diluar kepala.

"Mau apa kamu?!" sergah Jani galak.

"Kamu mau maafin aku gak?" Wira memelas, ia mengangkat sekantung eskrim yang ia bawa. "Aku bawa eskrim buat kamu." ucapnya.

Jani membuang muka, tapi sesekali ia memandang kantung eskrim yang tampak menggoda minta dimakan. Tapi Jani gengsi. Masa semudah itu memaafkan Wira yang sering menjahilinya?

Disisi lain, Wira melihat gerak-gerik Jani, ia ia tertawa tanpa suara. Lalu memasang wajah tampak putus asa sambil menurunkan tangannya yang sedari tadi memegang kantung eskrim.

"Yaudah kalo gamau. Aku pulang aja." ucap Wira sambil berbalik. Ia menahan tawanya, sambil menghitung dalam hati.

"...1"

"...2"

"ti—"

"Yaudah aku maafin." Ucap Jani sambil bergegas membukakan pagar dan merebut kantung eskrim ditangan Wira.

Jani segera membuka bungkusan eskrim yang sedari tadi menggodanya, disisi lain, Wira terkekeh dibuatnya.

Jani langsung mendelik, "Kamu ngetawain aku?" ucapnya galak.

Wira langsung mengatupnya mulutnya. Berusaha untuk tidak terlihat seperti orang yang sedang menahan tawa. "Nggak, Jan. yaampun. Kita 'kan baru aja baikan." ucap Wira memelas.

Jani menatap Wira, gantian menatap kantung eskrim yang kini sudah beralih ditangannya. "Eskrim nya kurang banyak." Ucap Jani.

Wira mendengus, padahal ia harus menghabiskan seluruh uang jajannya hari ini untuk menyogok Jani agar tidak marah.

wattpad quotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang