Part 1

8 1 0
                                        

     "Jangan marah-marah terus dong, dek. Nanti kamu cepet tua loh"
     "Emangnya kenapa kalo aku cepet tua? Nggak suka??"
     "Emang ada yg bilang nggak suka?"
     "Ga ada sih, tapi itu kan ngegambarin banget kalo abang ga suka"
     "Ish, inilah kan. Aku ga ada bilang ga suka kok"
     "Udahlah bang ngaku aja"
     "Enggak loh dekkuu, kamu berasumsi aja nih"
      Aku senyum-senyum sendiri membaca chatku dengan Bang Rian. Sebenarnya setiap kami chattingan, tidak ada hal berarti yang kami bicarakan. Selalu berisi perdebatan-perdebatan tak penting, namun lucu, menurutku. Ah, aku tak peduli. Yang penting namanya selalu muncul di notifikasi LINE ku.
      Beberapa minggu ini ia hadir lagi mengisi hari-hariku. Rasanya aku ingin cepat bangun pagi untuk bisa melanjutkan chatku bersamanya, dan tidur amat larut agar bisa berlama-lama mengobrol dengannya. Apapun topiknya, aku selalu suka. Yang penting ia selalu membalas pesanku.
     Kehadirannya seolah menyingkirkan rasa takut yang pernah ada saat dulu menyakitiku. Melupakan fakta bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain saat ia masih merespon chatku. Menumbuhkan harapan bahwa kali ini aku bisa mendapatkan hatinya. Aku merasa yakin.
      "Tidur dek, jangan keseringan begadang"
      Aku tersipu membaca pesannya.
      "Bagaimana aku bisa tidur bila aku mendapat pesan yang malah membuatku senyam-senyum tak karuan" gumamku dalam hati.
     "Iya bang, sebentar lagi"
     "Duh, bandel banget sih kalo dibilangin. Anak kecil nggak boleh tidur malem-malem"
     Aku menggumam lagi. "Aku kan sengaja tidur larut supaya bisa lebih lama bertukar pesan sama abang"
     Sebenarnya dalam hati aku menyadari aku terlalu berlebihan. Sudah menjadi bucin alias budak cinta, kata anak-anak jaman sekarang. Tapi aku tidak peduli. Yang penting malamku terasa hangat dengan adanya dia.
     "Abang sendiri juga begadang terus. Nanti sakit loh. Kan kasian jomblo kalo sakit nggak ada yang ngurusin"
     "Yaa kamu lah yang ngurusinnya"
     Deg!
     "Dia nggak pernah kayak gini" ujarku. Aku merasa aku mengalami sedikit kemajuan daripada pendekatanku 2 tahun lalu. Biasanya, dia akan mengalihkan pembicaraan. Tapi kali ini dia menanggapinya dan seolah memberikan sebuah... kode? Aku tak tahu. Dan aku tidak sadar satu kalimat itu menimbulkan sedikit lagi harap di hatiku. Bahwa aku bisa memilikinya. Aku merasa yakin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 14, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terlalu BerharapWhere stories live. Discover now