Second

233 38 14
                                    







Teman yang sesungguhnya adalah teman yang selalu ada ketika senang maupun sulit.

Itu yang banyak orang katakan. Aku tidak begitu memperdulikannya awalnya. Karena menurutku teman adalah seseorang yang kita kenal. Bukan dalam arti yang bisa membagi segala senang dan susah. Tapi hari ini aku sadar akan suatu hal tentang teman.

Yaitu kepedulian.

Yaitu Byun Baekhyun.

Lelaki berparas imut nyaris cantik. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa mendapatkan kulit yang begitu mulus dan jari yang begitu lentik untuk ukuran seorang pria. Dan lagi, aku tidak habis pikir mengapa di setiap ucapannya selalu ada bahan tawaan. Seolah mulut pria berperawakan mungil itu tercipta seperti mesin joke.

Dia datang pagi ini lengkap dengan wajah khawatir yang begitu jelas dari matanya yang ber-eyeliner. Sebenarnya dia termasuk satu-satunya teman yang dekat denganku. Awalnya aku mengira itu karena dia pandai bergaul dan bersikap sama pada semua. Namun hari ini aku mengetahui perbedaannya.

"Aku tidak akan repot-repot merasa khawatir apalagi sampai menjenguk mereka jika bukan teman dekatku. Hei nona Sema, aku memang pandai berteman tapi aku juga pilih-pilih dalam berteman dekat."

Ya, dia memang pemilih yang sempurna. Itu sebabnya klien banyak yang mengantri padanya.

"Ya.. Ya.. Terbukti dengan jumlah klien yang kau dapat di setiap weekend datang." Aku menjawab malas dan dia hanya mendelik sebal.

"Eiy, kita memang harus memperlakukan klien sebagai teman. Agar mereka lebih leluasa dan kita mendapatkan project."

Nyatanya aku tidak pernah bekerja seperti itu.

Aku hanya memperlakukan mereka semacam kebutuhan. Mereka membutuhkan dan aku menyediakan kebutuhannya. Hanya semacam itu.

"Omong-omong.. Kau sakit hingga masuk rumah sakit seperti ini karna masalah itu?"

Dan dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui masalahku dengan Sehun secara tidak sengaja.

"Kenapa kau berfikir seperti itu?"

"Karena kau bertingkah seperti gadis patah hati yang gagal move on."

"Sialan. Aku juga manusia yang bisa terkena sakit."

"Dan sakit itu membutuhkan penyebab."

"Penyebabnya yang pasti karena daya tahan tubuhku menurun."

"Dan itupun harus memiliki alasan nona Park."

"Sial. Baek, jika kau ingin mendebat, pulang saja sana."

"Eiy, nona Park yang sensitif. Oh ya, bukannya mantan kekasihmu bekerja di rumah sakit ini kan?"

Aku hanya mengangguk. Hal ini yang aku hindari dari kemarin tapi kedatangan Baekhyun dan kepergian Chanyeol oppa untuk mengambil pakaian ganti membuatku harus mewaspadai bahwa pasti ada bahasan yang menuju kesana.

Dan aku hanya mengangguk sekilas sambil mengambil potongan buah apel yang Baekhyun bawa dan ia kupas. Baik sekali bukan?

"Aku bisa membantumu untuk membalas dendam, berpura-pura menjadi kekasihmu dan tampil mesra di hadapannya."

"Uhuukk"

Aku tersedak.

Astaga.. Pemikiran pria ini menggelikan sekali. Tenggorokannku sampai perih karena terbatuk.

"Reaksimu berlebihan sekali."

Dan dia sempat-sempatnya mendelik padaku karena reaksiku. Aku tidak percaya ini.

For a Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang