Camping ke Cibubur- ini yang bikin aku senyum dari tadi. Baru pertama kali loh aku kesini. Disini teman-temanku ada yang tidur, joget-joget kayak orang gila, ada yang main game, nangis-nangis gaje, bahkan ngeluarin kepala sama kedua tangannya di jendela sambil teriak "Cibubuuurrr....yeeeaaayy". Untung jalanan sepi. Kalau nggak mah bisa....^^!
Semilir angin menerpa wajahku dengan lembut dan membuat rambut ikalku sedikit bergoyang. Aku menganggukkan kepala dan mengetukkan kakiku mengikuti irama lagu dari headset.
"Mau gak ang?"
Terdengar pelan suara temanku yang duduk di samping, ada sebungkus ciki potatos di tangannya yang di sodorkan kepadaku. Aku melepas headset.
"Boleh,"
Aku tersenyum. dan,
Sreett
"Tapi gue minta sebungkus yahh," kataku yang mengambil ciki itu sekaligus bungkusnya. Seneng banget kalo udah ngisengin temen.
"Yaelah...ngambil kira-kira napa? gak semuanya juga kali," jawabnya yang merenggut kesal.
Temanku yang satu ini nih namanya Dimas, kadang baik kadang ngeselin. Tapi banyakan ngeselinnya sihh.
"Kan lo gak bilang, mangkannya gue ambil semua."
"Dasar maruk."
Aku memeletkan lidah.
"Lo liat si Farul gak?" tanyaku kepadanya. Sepertinya dia masih marah tuh gara-gara ciki kesukaannya aku ambil semua. Hahaha.
Dimas hanya melirikku sebentar. "Noh di belakang lagi tidur."
"Ohhh,"-aku berjinjit dan melihat ke kursi belakang-"Dia kan punya penyakit tumor."
Wajah Farul temanku nih kocak banget kalo lagi tidur. Wajah keringetan, mungkin karena di sini gerah. Mulut mangap tapi, Eh? gak salah lihat nih? ada lalat nemplok di bibirnya(?). Ada sungai lagi yang ngalir di sudut bibirnya (iler). udah gitu ngorok. mending kalau pelan. kenceng beud.
Ah aku iseng ahh, aku gulung kertas terdekat yang ada di kursi. Lalu sedikit arahkan ke mulutnya yang mangap kayak goa. Mulai melempar dan...,
GOL
Nambah deh ke rupawanan wajahnya saat tidur.
"Ya ampun ang, kasian tau si Farul." dimas geleng-geleng kepala.
"Tapi emang bener si Farul punya penyakit tumor?" lanjut dimas.
"Iya... masa lo gak percaya, dia kan punya penyakit tumor alias tukang molor," jawabku sambil menaikkan sebelah alis.
Kasian banget nih orang percaya banget ama aku. Hahaha.
"Sial...gue kira apaan, bisa aja lo ang." Dimas tertawa terbahak bahak.
Aduh, kayaknya ada yang mau keluar nih (buang angin atau kentut). Perut aku mules banget lagi. Pasti gara-gara kena angin terus, jadi masuk angin deh. Tapi kayaknya aku harus bilang dulu ke Dimas, gak sopan lah aku kan di sebelahnya.
"Eh Dimas, gue mau kentut nih," ujarku seraya berbisik.
"Yaudah kentut aja, tapi bunyi gak?" Dimas tengok kanan kiri memastikan gak bakal ada yang denger suara kentutku.
"Ya gue gak taulah, udah yah gue gak tahan nihh. Daripada masuk lagi."
Preeeeetttt. Preet. Preet.
"Sial lo, bau sih nggak. Tapi bunyinya gak gede gitu juga kali," ujar Dimas khawatir karena banyak yang melihat kearah dia dan aku.
Emang sih banyak yang ngeliat, tapi banyak juga yang,
Preeettttt. Pret.
Brooobot. Brobottt.
Dat. Dut.
Beeeeeessss.
Aauuoooooo.
Terdengar suara sahut-sahutan kentut lainnya. Dengan nada dan irama yang berbeda. Kayaknya pada ahli nih memainkan irama kentut. Wkwkwk.
Yang tidur aja sampai pada bangun, apalagi si Farul. Dia bangun dengan wajah kaget plus melongo dan terbatuk-batuk karena kertas yang aku lempar ke mulutnya tadi.
Farul POV
"Sialan, siapa yang naro ni kertas di mulut gue?"
Farul POV end
Arala POV
"Cibubuuuuuuurrrr,"
Hahaha. Seneng banget aku pergi ke Cibubur. Dari tadi ngeluarin kepala sama tangan gak memuaskan rasa penasaran membayangkan kalo udah nyampe disana. Yuuhhuuuu.
Preeettttt. Pret.
Brooobot. Brobottt.
Dat. Dut.
Beeeeeessss.
Aauuoooooo.
"Eh suara apaan tuh?"
Aku penasaran banget. Masuk kedalem lagi ahhh.
JEDUKK
"Sial..siapa sih yang naro jendela disini? kurang kerjaan banget."
Arala POV end
Back to Ang POV
"Eh busetttt...konser kentut nihh?" suara temanku yang paling bawel dan bacotnya gede bernama Lily.
"KALIAN YAH... GAK SOPAN SAMA GURU" suara Bu Vani.
Bu Vani lanjut berkata, "Kalau mau kentut tuh bilang permisi du-"
Duuuuuutttt. Prepek. Pek.
Aku dan teman-teman yang lainnya kaget.
"Hehehe, maaf...ibu juga kentut," Bu Vani nyengir.
Semuanya Bersorak. "Yah ibu...sendirinya juga kentut...hahahahhahah"
"Emang cocok lo Ang jadi pemimpin kentut, hahaha," ujar Dimas.
"Sial lo Dim."
Tawa pun mengisi kekosongan di bus yang akan berangkat ke Cibubur ini.
°°°°°
Note : Mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya, judul sama isinya gak nyambung. Maaf, sebenarnya KeJam itu Kentut Berjama'ah. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
We Faust
Short Storyhanya dua buah cerpen :3 dan kalo misalnya gue dapet ide ya gue tambahin :D © by SunfLavend. 2014-We Faust Don't copy paste, please!