"Iva, jaga adikmu yah. Ibu mau ke pasar."
"Tumben bu aku gak di ajak, malahan suruh jaga Oly."
"Ribet kalo bawa Oly mah, pasti beli mainan."
"Tapi ibu jangan lama-lama yah."
Kami berbisik-bisik. Kulihat Oly masih sibuk dengan mainan barunya yang tadi baru ia beli saat melihat temannya yang punya mainan baru. Namanya juga anak kecil, kalo lihat temannya bawa sesuatu pasti dia juga mau.
Oly menoleh ka arah kami berdua. Ups. Ketahuan gak sih(?). Ibu langsung pura-pura benerin kerudung, lalu aku benerin kacamata dan menumpukan tangan untuk melihatnya.
"Oly main apa sih? kakak boleh ikutan gak?" Aku coba mengalihkan perhatiannya. Mata coklatnya dengan bulu mata lentik itu terus menatap Ibuku.
Oly mengerjap beberapa saat.
Oly langsung berdiri seraya mengangkat tangan dan menggerakkan keduanya meminta gendong ke arah Ibuku.
"Ibu mau kemana? mau pergi yah? Oly ikut," katanya yang sekarang melompat-lompatkan tubuhnya, membuat rambut hitam panjangnya bergoyang.
"Ibu tidak mau kemana-mana kok," jawab Ibu dengan senyum lembut.
Tapi ia segera melirikku seakan-akan berkata Alihkan perhatiannya.
"Benar Oly, Ibu tidak mau kemana-mana. Lihat...Ibu sedang memperhatikan Oly yang bermain kan tadi kan? Ibu senang karena melihat Oly senang dengan mainan baru, ayo main lagi dengan kakak," sahutku mencoba mengalihkan perhatiannya lagi.
"Tapi kenapa Ibu sudah rapi dengan memakai kerudung begitu? pasti mau pergi," kata Oly yang cemberut. Aihhh bibir merahnya lucu sekali. Ia memang manis.
Tapi Oly juga selalu peka sama perubahan-perubahan, seperti ekspresi kita, gerak mata kita, dan penampilan kita. Makanya ia tau Ibunya mau pergi.
"Tidak kok, Ibu hanya ingin meminta pendapat pada kakak apa baju dan kerudung barunya bagus tidak?"
Aku melirik Ibu yang juga melirikku.
"Eh Ehmm, iya. Ibu ingin meminta pendapat kakakmu. dan ia bilang baju Ibu sangat bagus,"-Ibu sedikit memutar tubuhnya-"jadi...apa menurut Oly baju Ibu bagus?"
Oly terdiam. Sepertinya ia melihat kegugupan Ibunya. dan itu benar-benar membuatku dan Ibu berharap-harap cemas.
Beberapa detik dalam keadaan seperti itu.
Mata Oly berbinar senang. "Benar, bajunya sangat bagus. Oly juga belikan yah bu. Warna biru yang bentuknya kayak baju putri."
"Oke, Oly pasti akan sangat cantik." Ibu mencubit pipinya gemas.
"Ibu pergi dulu yah."
"Eh? tuh kan Kak Iva...Ibu mau pergi. Ayo kita ikut," ujar Oly yang menarik ujung lengan bajuku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menunjuk Ibuku. Owhh mata puppy eyes nya bikin aku jadi kasian. Eitss. Tapi Ibu kan sudah memintaku untuk tidak menuruti perkataan Oly untuk ikut pergi ke pasar. Oke fix. Aku akan memikirkan cara.
Aku mulai berakting. Ahayyy.
Kutatap Oly dengan lembut. "Oly tidak usah ikut, Ibu kan ingin membayar baju barunya dan memesan gaun untuk Oly. Kalo Oly ikut, sama saja bukan surprise."
"Supais itu apa?"
"Surprise Oly, bukan Supais. Surprise itu kejutan. Jadi, Oly pasti akan terkejut melihat betapa bagusnya gaun Oly nanti," ujarku yang masih berakting.
Ya ampun. Apa sebegitu bagusnya aktingku sampai-sampai ia tidak menyadari ekspresiku ini dibuat-buat(?).
Ibu hanya ingin ke pasar beli sayuran saja udah ribet begini. Apalagi Ibu pergi ke mall yang sampai enam jam lebih. Bisa-bisa harus nyiapin berbagai macam bujukan supaya ia percaya lalu lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Faust
Short Storyhanya dua buah cerpen :3 dan kalo misalnya gue dapet ide ya gue tambahin :D © by SunfLavend. 2014-We Faust Don't copy paste, please!