[00] Siapa dia ....?

59 2 5
                                    

Di dalam kuil dengan lantai kayu, Shoiji Saiko berdiri dengan wajah terbelalak melihat apa yang terjadi di depannya. Dalam hitungan detik setelah memasuki reruntuhan kuno misterius yang seharusnya diselidiki tersebut, seketika lebih dari seratus prajurit yang dipimpinnya mati dengan tidak berarti.

Kematian mereka terlalu tidak berguna, tidak bermakna, dan tidak ada alasan khusus di dalamnya. Hanya dengan memasuki kuil raksasa yang tiba-tiba muncul di daerah kekaisaran tersebut, para prajurit dan rekannya dibantai habis oleh makhluk yang berdiri menatap ke arahnya dari kejauhan.

Terus lurus sejauh mata memandang di dalam kuil yang teramat luas itu, melewati ratusan pilar-pilar kayu, dan melewati lampu-lampu lentera redup yang digantung pada setiap pilar, tepat di ujung sana terlihat seorang gadis dengan ekspresi datar menatap dengan begitu kejam.

Walaupun itu tidak terlalu jelas, tetapi Saiko tahu kalau gadis di ujung sana yang telah melakukannya. Gadis berambut hitam di ujung sanalah yang telah membunuh semua orang yang masuk ke dalam kuil bersamanya. Hanya dengan satu ayunan tangan, sebuah tebasan tak kasat mata dalam jangkauan luas seketika membunuh semua rekannya.

Awalnya Saiko tidak tahu dari mana gadis itu datang, tetapi hawa membunuh yang tiba-tiba dirasakan seketika memberi peringatan bahaya padanya yang membuat dirinya sempat menghindar. Meskipun begitu, dirinya merasa mati karena tidak bisa menyelamatkan satupun rekannya dan hanya dirinya yang selamat.

Di atas lantai penuh darah merah segar, pria tersebut berjalan tertatih gemetar menuju gadis berpakaian gadis kuil tersebut. Meskipun dia mengenakan Hakama merah dan Haori putih seperti layaknya seorang pendeta kuil, tetapi hawa kematian lebih jelas terasa dari gadis tersebut.

Tanpa membiarkan Saiko melangkah lebih dekat, gadis itu kembali mengangkat tangan kanan dan mengayunkannya ke arah ahli pedang tersebut. Seketika sebuah distorsi ruang terjadi, dan tanpa Saiko sadari tubuhnya tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian secara horizontal.

Bagian atasnya bergelimang ke atas lantai, sedangkan tubuh bagian bawahnya ambruk ke belakang. Darahnya mengalir, organ dalamnya keluar berceceran. Dirinya tidak sempat menjerit ataupun berteriak kesakitan, hal itu terjadi terlalu cepat. Saat kesadarannya mulai menghilang, sebuah kilas balik kehidupannya seketika terlihat.

Hari-hari penuh latihan, dedikasi terhadap kekaisaran, pengabdian, keluarga, adik, dan waktu-waktu bersama rekan-rekan, semua hal itu terlintas di kepala Saiko dengan amat cepat. Dengan segenap tenaga yang masih tersisa, dia mengulurkan tangan kanannya ke depan dan berharap untuk tetap hidup. Tapi, itu sama sekali tidak berarti. Kematiannya sudah dipastikan.

Saat sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, sekilas Saiko melihat gadis yang tadi menyerangnya telah berdiri di depannya yang terletak lemas di atas lantai kayu.

Dia berlutut di atas lantai penuh darah sampai Hakama yang dikenakannya ternoda, kemudian menyentuh bagian belakang kepala Saiko. Saat itu, kesadaran pria tersebut dipaksa untuk tetap terjaga oleh kekuatan aneh.

"Akkkhhhhhhh!!!"

Rasa sakit dari tubuhnya yang terpotong seketika semakin menjadi-jadi. Itu sangat menyakitkan, bahkan kesadaran seakan melayang ke angkasa jika tidak di tahan oleh kekuatan aneh gadis itu.

Itu bagaikan sebuah penyiksaan, Saiko terus menjerit menahan rasa sakit selama setengah jam lebih dengan kesadaran yang tak kunjung hilang. Saat itulah hal aneh terjadi, tubuhnya yang terbelah menjadi dua bagian telah tersambung kembali tanpa dirinya sadari, yang terpotong hanya seragam militernya saja.

Saat rasa lega sedikit mengisi Saiko, tanpa peringatan sama sekali gadis itu mengangkat tangan kanannya kembali dan memotong tubuh Saiko menjadi dua bagian dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Pria itu menjerit lagi, kemudian gadis itu kembali menyentuh bagian belakang kepala Saiko dan memaksa kesadarannya tetap terjaga. Itu terus terulang bukan satu atau dua kali, bukan belasan kali, bukan puluhan kali, tetapi sampai ratusan kali.

Seiring berjalannya waktu, Saiko berhenti menjerit dan hanya terdiam saat tubuhnya dipotong dan merasakan rasa sakit yang luar biasa mengisi dirinya. Setelah ke 673 kali tubuhnya dipotong dan dipulihkan, sorot mata dan ekspresi Saiko mulai sedikit demi sedikit mirip dengan gadis tersebut.

Ketika gadis itu hendak memotong tubuhnya untuk ke 674 kali, pria itu langsung berdiri dan menahan tangannya sebelum selesai di ayunkan. Dengan tatapan tajam dan dingin, Saiko berkata, "Kau ... ini apa?"

Gadis itu tidak menjawab. Tanpa memedulikan Saiko sama sekali, dia memotong tangan kanan Saiko yang memegang tangannya, kemudian melangkah mundur. Walaupun tangannya putus, Saiko hanya diam menatap gadis itu dengan sorot mata yang terlihat mati.

Ditengah suasana hening yang ada diantara mereka, gadis itu membuka mulutnya dan berkata, "Mengapa ... aku tidak bisa membunuhmu?"

[Catatan: Haori adalah jubah untuk kimono, sedangkan Hakama adalah semacam celana panjang longgar yang memiliki lipatan, sering digunakan oleh pendeta kuil/ Miko]

ReanimationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang