PROLOG

289 47 0
                                    

Kamu abadi dalam kenangan.

"Argh!" jeritnya tertahan.

Gadis itu - Fiona namanya - lebih akrab disapa Yona, ingin meluapkan emosinya, namun sadar ia ada di sekitar kampus dan mungkin akan menjadi pusat perhatian jika benar-benar mengikuti egonya.

Gadis itu - Fiona namanya - lebih akrab disapa Yona, ingin meluapkan emosinya, namun sadar ia ada di sekitar kampus dan mungkin akan menjadi pusat perhatian jika benar-benar mengikuti egonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Fiona)

Fiona mencoret kalimat 'kamu abadi dalam kenangan' yang baru saja tanpa sadar ia tulis di bawah hasil lukisannya, dan lagi-lagi goresan pena itu menghasilkan gambar sesosok laki-laki yang sering menganggu pikirannya.

"Wake up Fiona! Kenapa Sergio terus yang lo lukis?"

Itu suara Nara yang baru saja bergabung dengannya, tak sengaja mengintip hasil lukisan Fiona, "Kalau misalnya ngelukis malah mengingatkan lo ke Sergio mending ganti hobi aja deh." sungut Nara yang masih kesal.

Lalu Gwen yang berdiri di samping Nara itu hanya menyenggol lengan temannya, "Lagipula hobi melukis Yona itu udah ada jauh sebelum mengenal Sergio." kata Gwen.

"Gue tahu tapi malah mengingatkan ke si cowok itu tahu gak sih!" balas Nara.

Fiona merobek kertasnya dan mengumpalnya kemudian ia berikan pada Nara yang tengah mengoceh itu, "Gini yang lo mau?"

Nara berdecak sebal, namun tetap menerima gumpalan kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah dengan kasar.

"Udah gak usah ngomongin Sergio lagi." Gwen tahu kalau Nara masih akan terus memarahi Fiona soal Sergio, maka dari itu ia cepat mengalihkan pembicaraan, "Ke kantin aja yuk?"

"Ayok, gue laper banget!" Seru Nara dan langsung menarik Fiona menuju kantin.

"Ayok, gue laper banget!" Seru Nara dan langsung menarik Fiona menuju kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gwen)

(Nara)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nara)

☆☆☆

Ketika Fiona menginjakkan kakinya di rumah, ia melihat mobil lain yang terparkir di halaman depan, kemungkinan tamu dari Alin - sang mama, ia terlalu malas untuk menyapa, kalaupun melewati begitu saja Alin tetap akan memanggilnya.

Alhasil Fiona melangkahkan kakinya ke tempat lain di samping rumah utamanya, satu ruangan yang berdiri kokoh itu awalnya akan dijadikan gudang, namun gadis itu menginginkannya untuk dijadikan sebuah ruangan khusus untuk menyimpan semua alat melukisnya, termasuk beberapa karya yang tidak dipublikasikan itu di susun rapi dalam satu ruangan.

Fiona ingat betul kunci ruangan ini ada di dalam kamarnya ketika dirinya sudah berada di depan pintu, tapi melihat pintunya sedikit terbuka membuatnya membelalakkan mata, Fiona melebarkan pintunya, sebelum benar-benar masuk ia menyapu pandangannya, tak ada siapapun di sini.

Ruangannya tetap rapi, namun kanvas yang belum tercoret cat air itu berkurang satu, setahu Fiona tersisa tiga kanvas miliknya, kemudian ia menemukan satu kanvas di easel atau stand yang biasa digunakan Fiona melukis dan kursi di depannya.

"Itu juga, tadi gak di situ posisinya." gumamnya.

Ketika ia menghampiri easel, kanvas itu sudah berisi coretan cat air, lukisan abstrak namun Fiona sebagai orang yang menyukai seni itu terkagum melihatnya.

"Mama, Papa gak ada yang bisa lukis, ini siapa yang buat?"

Di ujung kanan bawah lukisan terdapat inisial H yang membuatnya semakin binggung.

Teringat ada tamu di rumahnya, Fiona keluar ruangan, detik itu juga tamunya pergi dengan mobil yang tadi terparkir di halaman rumahnya.

Alin ada di luar melihat kepergian tamunya sambil melambaikan tangannya, setelah mobil itu benar-benar keluar dari pekarangan rumahnya, Fiona menghampiri Alin dengan cepat.

Tampaknya ia agak menyesal jika tidak bertemu pemilik lukisan itu, "Ma, siapa yang masuk ke ruangan aku tadi?"

"Oh tadi itu anaknya temen mama, jangan marah ya, soalnya mama kasian dia takut bosen temenin mamanya kesini jadi mama bukain ruangan kamu, aman-aman aja kan?"

"Aman, cuma aku penasaran aja, dia sempat ngelukis juga di kanvas aku."

"Oh ya? Gimana lukisan Hansel?"

Jadi Hansel namanya.

"Bagus." jawabnya singkat.

☆☆☆

(Hansel)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Hansel)

Welcome to short story (not a) Second Choice, cerita ini berdiri sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan ceritaku yang lain, semoga suka♡

(not a) SECOND CHOICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang