01 - Hinata

21.8K 1.2K 44
                                    

++ Vote, WAJIB ++
++ Komen, Gak maksa ya ++
:
:
:

Jangan panggil thor
Panggil Moe, aja

:
:
:

Lima tahun bukanlah waktu sebentar dalam hubungan asmara yang belum terikat jalinan pernikahan. Dalam kurun waktu yang cukup lama itu pula belum tentu ada jaminan untuk sampai pada jenjang pernikahan.

Itulah kisah hubungan yang terjadi antara Shikamaru dan Hinata. Pria tampan yang terkenal jenius itu akhirnya melepas Hinata untuk pergi dari hidupnya. Meskipun terasa sangat sangat berat, tapi ia harus melakukannya. Ini demi dua nyawa yang sudah dipilihnya.

"Apa itu keputusan akhirmu, Shika-kun?" wanita dengan helaian rambut biru gelap itu bertanya pelan. Kedua tangan miliknya saling meremas kuat untuk mengurangi rasa sakit di dalam hatinya.

Mereka sedang berada di taman saat ini. Taman kecil yang berada di puncak gedung Konoha Hyundai. Sama-sama berdiri menatap langit senja yang mulai menggelap.

Nara Shikamaru, pimpinan yang selalu terlihat tegas itu kini nampak kacau dengan keputusan final yang ia buat sendiri, "Aku tidak punya pilihan lain, Hinata." katanya, lalu menghela napas berat, "Dia hamil anakku, aku tidak mungkin meninggalkannya." lanjutnya lagi.

"Begitu ya." senyum kecut kemudian menghias wajahnya, "Ternyata akhirnya aku yang kalah." Hinata menundukkan kepalanya. Ia ingin menangis, tapi ia akan sangat terlihat bodoh jika melakukan itu.

Shikamaru adalah seorang laki-laki yang telah beristri. Dan dia akan sangat terhormat jika lebih memilih istrinya kemudian meninggalkan selingkuhannya.

Dari awal, jalan yang dipilih Shikamaru memang salah. Ia rela menikah dengan anak pengusaha asal Suna untuk memperbaiki perusahaannya yang tengah merosot jauh.

Hinata sudah ingin mundur saat itu, tapi kemudian Shikamaru memberinya janji yang sangat manis. Meskipun awalnya Hinata ragu, tapi akhirnya Shikamaru mampu meyakinkannya.

Shikamaru memberikan janji yang membuat Hinata terus berharap akan ada kebahagiaan untuk mereka nantinya. Meskipun terdengar sangat jahat, tapi Hinata rela menunggu Shikamaru hingga dua tahun lamanya sebelum pria itu menceraikan istrinya.

Dua tahun ia rela tersakiti. Dua tahun ia terus berharap pada janji yang Shikamaru berikan. Tapi beginilah akhirnya, Hinata harus pergi meninggalkan kehidupan pria yang sudah lima tahun memiliki hatinya.

"Maaf." ujar Shikamaru pelan. Ia menarik tubuh Hinata untuk ia peluk. Pelukan yang masih sama hangatnya seperti yang sudah-sudah, "Maafkan aku, Hinata. Maafkan aku."

Hinata membalas pelukan Shikamaru. Hatinya seperti ditusuk oleh ratusan jarum, tapi ia tak mampu untuk menangis. Ini adalah pelukan terakhir yang mungkin saja Hinata dapatkan dari orang terkasih itu. Dan setelah ini, Hinata berencana akan menghilang dari kehidupan sang pria.

"Aku mengerti." Hinata mengusap pundak Shikamaru, "Kau sudah belajar untuk menjadi orang yang bijaksana, Shika-kun. Jujur saja ini sangat menyakitkan, tapi aku bangga padamu."

Shikamaru mengeratkan pelukannya. Bukan hanya Hinata yang tersakiti, ia juga sama. Shikamaru meletakkan nama Hinata pada tempat yang sangat spesial dihatinya, tapi perlahan-lahan tempat itu didobrak paksa oleh kebaikan dan perhatian istrinya.

Ya, Shikamaru mencintai dua wanita yang sama lembutnya. Sabaku Temari adalah wanita yang memiliki sifat sama dengan Hinata. Jadi tidak heran jika pria Nara itu jatuh cinta pada istrinya sendiri.

Shikamaru tidak ingin melepas kedua-duanya, tapi itu konyol. Karena tidak satupun manusia didunia ini yang rela cintanya dibagi. Meskipun ada, yakinlah bahwa itu tidak benar-benar dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Maka dari itu ia harus rela melepas salah satunya. Karena jika terus berlanjut, bukan hanya Hinata, Temari juga akan tersakiti jika tahu hubungan gelap suaminya.

"Kau pasti bisa mendapatkan yang lebih dari aku." satu titik air mata Shikamaru jatuh mengenai kemeja kerja milik Hinata. Pria yang selalu terlihat santai itu ternyata bisa menangis.

Hinata memaksa melepas pelukan Shikamaru. Berganti dengan wajah mereka yang saling memandang, "Tentu saja. Aku pasti bisa mendapatkan yang lebih baik darimu, Shika-kun." katanya dengan nada bercanda. Ia juga tersenyum setelah itu, seolah-olah hatinya tidak merasakan apa-apa.

Shikamaru merasa sangat jahat, ia juga tertekan dengan cinta Hinata yang masih melekat padanya, tapi ia tidak boleh menarik kembali ucapannya. Mereka harus putus, karena itulah yang terbaik untuk masa depan mereka masing-masing.

Akhirnya setelah langit sudah gelap, mereka meninggalkan taman atas. Shikamaru menawarkan diri untuk mengantar Hinata pulang, tapi wanita itu menolak dengan alasan ingin jalan-jalan dulu. Dan Shikamaru tidak memaksa, mungkin saat ini Hinata butuh waktu untuk sendiri.

:
:
:

++ o(╥﹏╥)o ++

:
:
:

Ruangan besar yang di dominasi oleh warna pink itu kini terlihat sangat berantakan. Tisu berserakan dimana-mana, bungkus makanan ringan serta kaleng minuman yang telah kosong isinya juga berserak.

Haruno Sakura, artis cantik yang juga seorang model itu duduk di tengah tempat tidurnya. Matanya sembab karena sudah berkali-kali menangis.

"Lihat matamu, Sakura. Ya ampun, sudah berapa lama kau menangis seperti ini?!" teman akrab Sakura -Yamanaka Ino, bersuara frustasi melihat raut kusut orang di depannya.

"Ini lebih baik dari pada aku membunuh wanita itu, Ino." kata Sakura dengan nada marah. Ia menarik beberapa lembar tisu untuk mengelap air hidungnya.

"Prasangkamu belum terbukti kan? Kalian putus karena dia melihatmu berciuman dengan Shino beberapa waktu lalu. Mungkin saja dia ingin balas dendam, lalu sengaja mencium sekretarisnya tepat saat kau datang."

"Tidak mungkin." Sakura kembali menangis, "Kalau hanya sekedar ciuman dan hanya sekali, aku tidak masalah. Tapi mereka pulang bersama, bergandengan tangan, jalan-jalan ketempat romantis. Bahkan wanita itu pernah singgah di apartemennya. Apalagi namanya kalau bukan selingkuh." lanjutnya lagi.

"Kau mengikutinya?" dahi Ino berkerut heran.

"Aku harus melakukannya untuk memastikan. Dan dugaanku benar, mereka berpacaran."

Ino menghela napasnya, "Kalian baru putus tiga hari. Hubungan kalian mungkin masih bisa diperbaiki. Kau harus tanya baik-baik padanya. Jangan emosi, jika kau emosi kau tidak akan dapat jawaban apapun." sebagai seorang sahabat, Ino merasa itulah saran paling bagus yang harus ia berikan pada Sakura.

"Tapi dia sulit dihubungi."

"Aku yang akan bicara langsung padanya. Kau hanya perlu menyusun beberapa pertanyaan dan melatih emosimu agar tidak meledak-ledak."

Mendengar itu Sakura mengangguk setuju. Ia tidak boleh kalah begitu saja. Harus ada penjelasan yang sangat jelas, kenapa hubungan mereka harus kandas di tengah jalan.

:
:
:

++ CONTINUE ++

:
:
:

NOTE : Holla, aku bawa ff baru lagi nih. Yasih idenya pasaran banget, tapi ya semoga aja suka. Banyak yang vote, banyak yang komen juga (walaupun gak mungkin wkwkwk).

Oke siplah. Itu aja.



See You
Hildegard Moe

👇 pencetin

HART [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang