SEPULUH JUTA

9.3K 698 8
                                    

Nena yang pingsan dengan pelipis berdarah, langsung dibawa keruang kesehatan.

"Heeyy!! Mau dibawa kemana itu si Marni, dia sudah menggoda suami saya," teriakan lantang si ibu berhasil membuat suasana kantor yang semula riuh mendadak hening.

Krik-krik

"Ma, Marni?" Tanya Siska dengan ekspresi yang sulit dijabarkan.

"Iya. Si Marni itu selingkuh dengan suami saya Mba, dia chat sayang-sayangan dengan suami saya." Curhatan si ibu sama sekali tidak membuat Siska iba, gadis itu menggeleng tidak percaya.

"Dia itu Serena bukan Marni!!" Teriak Siska sewot.

"Loh, kok namanya ganti?"

"IBU SALAH ORANG!!" Bentak Siska marah, tidak terima sahabatnya itu jadi sasaran cemburu buta si ibu.

"Tapi saya lihat kok, cewek itu pernah satu mobil dengan suami saya." Si ibu masih tidak mau kalah, kepalang malu, masa iya salah orang juga. Begitu pikirnya.

"Aduh mama ini bikin malu saja, Serena itu sekretaris baru Papa, Ma!" Seorang bapak paruh baya dengan kepala botak di bagian depan yang baru saja datang, langsung memarahi istrinya. Siapa lagi jika bukan Pak Handoyo. Beliau langsung menyeret istrinya keluar.

"Heh sinting, gue bakal laporin lo ke polisi, dasar lo nggak waras! Lepasin gue Don, biar gue jambak tu jambul katulistiwa si ibu sinting. " Siska yang masih tidak terima hendak berlari menerjang si ibu yang ternyata istrinya Pak Handoyo. Namun Doni dan rekannya yang lain langsung memegangi gadis itu.

"Sabar Sis Sabar!"

"Gila itu ibu-ibu bego banget, nggak lakinya nggak bininya sama-sama nggak waras!" Cerocos Siska masih tidak terima.

***

Keesokan harinya, Siska mendapati Nena baru saja datang untuk bekerja. "Na, kok Lo udah masuk aja, emang udah nggak apa-apa?" Tanyanya sembari mensejajari langkah Nena.

"Masih pusing sih, tapi nggak masalah kok, " jawab Nena meyakinkan sahabatnya. "Eh, lo tahu nggak siapa si ibu yang kemaren nyerang gue? Harusnya divisum nih jidat gue, gue laporin polisi tuh ibu-ibu barbar." Nena ingat kejadian kemarin yang masih menyisakan luka dan denyutan nyeri di pelipisnya.

"Dia istrinya Pak Handoyo."

"Hah?" Nena menghentikan langkahnya menatap sahabatnya penuh tanda tanya.
Siska hanya mengangguk.

"Ngapain bininya Pak Handoyo nimpuk jidat gue pake bakiak dia, gue salah apaan coba?"

"Wedges Na."

"Apalah, itu." Nena melanjutkan langkahnya. Lalu Siska dengan sabar menceritakan kejadian kemarin.

"Ooh jadi dia ngira gue itu selingkuhan lakinya? Dih napsu juga enggak gue sama tuh aki-aki. " Nena tidak habis pikir.

"Iya, lo si. Gue pengen cerita dari semalem eh Hp lo nggak aktif."

"Tas gue ketinggalan di klinik kantor, siapa sih yang kemaren nganterin gue pulang? Kok tas gue nggak dibawa?"

"Si Bimo," jawab Siska, Nena hanya menanggapi dengan oh tanpa suara. "Eh, gimana Na rasanya digendong sama Ceo ganteng?"

"Hah? ma, maksud lo?"

"Ih kemaren kan lo digendong sama Ceo ganteng, pas lo pingsan itu, ya ampun Na, gue juga rela ditimpuk pake sepatu kalo hadiahnya digendong sama Ceo ganteng," Siska menghentak-hentakan kakinya dengan bergelayut manja di lengan Nena yang tampak masih bingung, terkadang tingkah Siska ini tidak sebanding dengan usianya.

"Jadi yang waktu gue jatoh itu—"

"Iya, lo jatoh ke pangkuan dia."

"Masa sih?" Nena merasa tidak yakin dengan cerita Siska, meskipun sama sekali tidak ada gurat kebohongan dari kata-katanya itu. Jangan-jangan ni anak ngadalin gue lagi. Begitu pikir Nena.

OH MY BOSS (Completed Di Noveltoon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang