Chapter 2 "Who Are You"

14 1 0
                                    

Ka Young POV.

2 jam berlalu. Jarum menunjukan ke angka 9. Pelajaran bahasa inggris pun berakhir. Anak-anak kembali ke kamar inap mereka masing-masing. Sementara aku harus ke kantor guru karena Mam. Stephanie memanggilku.

"Apa perlu aku temani?" Tanya Joon Hong kepadaku.
"Aniyo. Aku bisa pergi sendiri. Kau tidak usah khawatir." Jawabku.
"Ya sudah. Suasana di sekolah seperti ini, sebaiknya kamu langsung ke kamarmu karna pembunuhnya belum tertangkap. Aku duluan ya." Ucap Joon Hong yang tampak mengkhawatirkanku.
"Ne, ajussi." Ucapku bercanda.

Joon Hong mengelus kepalaku dan pergi. Aku pun berjalan menuju kantor guru.

"Cogiyo. Mam, ada apa memanggilku?" Tanyaku.
"I want you to join the English competition. Due your speaking is the best from other, I choose you to represent our school. Would you?" Tanya Mam padaku.
"I don't think so. But, I say thank you for Mam believe me I appreciate it and I will try show my best." Jawabku.
"Okay. Do your best. You are so my lovely student." Ucap Mam bangga kepadaku.
"Thank you, Mam." Balasku dengan senyum.
"For your friend Park Soo Young, I'm so sorry about that. Be patient." Ucap Mam memelukku.
"Thank you, Mam. I will do my best." Ucapku membalas pelukannya itu.

Mam. Stepahnie sangat menyayangiku, mungkin karena aku murid terbaik dalam pelajarannya makanya dia begitu baik padaku. Tapi karena aku murid kesayangannya aku tidak ingin mengecewakannya. Aku pun berjalan kembali ke kamarku. Sekolah begitu gelap dan sunyi. 5 menit berjalan aku merasa ada sesuatu yang aneh di belakangku. Aku menoleh ke belakang tapi tidak ada apa-apa. Saat aku mengembalikan badanku ke depan.

"Ahhh..." Teriakku terkejut dan terjatuh ke lantai. Aku melihat Soo Young dengan muka yang menyeramkan di depanku. Aku menggelengkan kepalaku dan memejamkan mata. Sekali lagi aku melihat Soo Young dari sosok belakang dan berjalan lurus ke arah lorong kelas kami. Sepertinya Soo Young ingin menunjukan sesuatu. Aku dengan tidak takut mengikutinya. Seketika Soo Young berhenti tepat di depan kelas kami dan menghilang. Aku merasa bingung, tapi tidak lama aku mendengar suara seorang namja di dalam kelas. Tiba-tiba aku gemetaran dan dengan perlahan membuka pintu kelas.

"Aish... Jinjja! Karena wanita itu aku jadi repot seperti ini." Ucap namja itu yang mengenakan sweater hitam dan topi.

Aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku melihat dia memegang pisau dan seragam yang terdapat bercak darah.

"Jika kau tidak melihatku memakai obat-obatan waktu itu Soo Young, kau tidak akan bernasib seperti ini." Ucapnya lagi sambil melihat pisau yang dipegangnya.

Seketika aku merasa ketakutan dan tanganku gemetaran. Ternyata yang membunuh Soo Young adalah Woo Shin.

"Buk..." Ponselku terjatuh.
"Siapa itu?" Tanya Woo Shin kaget segera ke arah pintu.

Aku pun berlari sekuat tenaga menghindari Woo Shin. Woo Shin mengejarku.

"Ka Young! Berhenti disitu. Ka Young!" Seru Woo Shin.

Aku terus berlari. Aku masuk ke perpustakaan dan menyembunyikan diri di situ. Woo Shin datang dan aku bisa mendengar nafasnya.

"Sebaiknya kau keluar. Kau tidak akan bisa bersembunyi dariku." Ucapnya sambil melihat pisau yang dipegangnya itu.

Aku begitu ketakutan dan berharap seseorang datang menyelamatkanku. Langkah kaki semakin keras aku mendengarnya.

"Ka Young-ssi. Neo Eodiseo?" Suaranya semakin dekat.

Aku semakin ketakutan dan memutuskan untuk segera lari.

"Mati kau sekarang!" Ucap Woo Shin mengejarku.

Aku pun terjebak di sudut lorong.

"Kau tidak bisa lari lagi sekarang. Benar-benar kau dan Soo Young hanya bisa menyusahkanku saja. Masalah Soo Young selesai malah kau muncul sekarang." Ucapnya.
"Selesai katamu? Kau adalah pembunuh! Aku akan memasukkanmu ke penjara dimana tempat yang cocok untuk seorang pembunuh sepertimu." Balasku.

Woo Shin mencekikku dan mendorongku ke lantai.

"Temanmu yang memulainya duluan." Teriaknya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang kepadamu? Apa aku bunuh saja kau biar kalian sama-sama mati?"
"Wae? Kenapa kau tega membunuh Soo Young? Kesalahan apa yang Soo Young lakukan sehingga dia pantas mati?" Teriakku dengan seru tangisan.
"Heh... Waktu itu Soo Young sedang berjalan pulang sehabis bekerja. Sedang dia tidak sengaja melihatku bersama teman-temanku memakai obat-obatan. Setiap di sekolah aku begitu takut dan benci melihatnya. Aku berpikir apakah dia akan melaporkannya kepada sekolah. Aku menghampirinya suatu kali tapi dia terus menghindar. Dan aku ingat dia mengancamku "Jika kau terus seperti ini, aku benar-benar akan melaporkanmu." Saat dia berbicara seperti aku begitu marah karna ancamannya. Sungguh dia memiliki nasib buruk. Satu-satunya jalan adalah dengan kematiannya maka aku akan tenang dan tidak merasa terancam.

"Kau, kau sungguh tega. Dasar kau pria berengsek. Kau yang pantas mati bukan Soo Young. Orang sepertimu akan dihukum oleh Tuhan." Seruku.
"Tutup mulutmu. Nasibmu sekarang akan seperti Soo Young."

Woo Shin mencekikku. Aku tidak bisa bergerak karena kehabisan nafas. Saat ia akan menusukan pisau ke badanku. Joon Hong datang menolongku. Mereka berkelahi. Aku pun tidak menyadarkan diri lagi.

"Ahh... Dimana aku? Kenapa aku ada disini?" Ucapku yang bingung melihat sekeliling.
"Kau sudah siuman?" Ucap Joon Hong yang ternyata duduk di sebelah tempat aku berbaring.
"Oh. Joon Hong-ssi, aku dimana ini?" Tanyaku bingung.
"Kau di rumah sakit. Kau pingsan saat Woo Shin mencekikmu." Jelas Joon Hong.
"Oh iya. Aku ingat aku pingsan saat kau dan Woo Shin berkelahi. Bagaimana dengan dia?" Kataku sambil membangunkan diri.
"Dia sudah di penjara sekarang dan dia dikeluarkan dari sekolah." Jelasnya padaku.
"Hah. Syukurlah. Akhirnya pembunuh Soo Young tertangkap." Ucapku sembari menyandarkan badan ke dinding. "Tapi pasti orang tua Woo Shin sangat shock dan khawatir."
"Ne. Tapi mau bagaimana lagi. Woo Shin harus dihukum atas perbuatannya." Ucap Joon Hong. "Ah, ini aku bawakan bunga kesukaanmu." Joon Hong menyodorkan 2 tangkai bunga tulip kuning.
"Gomawo." Ucapku tersenyum. "Ternyata kau masih ingat saja bunga kesukaanku."
"Semua tentangmu aku ingat. Apa yang kau lakukan dari kecil, masa lalumu, sesuatu yang kau sukai atau tidak sukai aku masih ingat semuanya." Ucapnya.
"Iya yah. Kita berteman sejak kecil, aku hampir melupakannya." Ucapku menghirup aroma bunga tulip itu. "Apakah kuliah kita juga bisa tetap berteman seperti ini? Kau akan kuliah di Amerika." Ucapku sedih.

Tiba-tiba saja Joon Hong memegang tanganku dan menciumku. Aku begitu terkejut dan tidak bisa berkutip. Tapi hatiku merasa sangat tenang.

"Aku tidak ingin berteman denganmu." Ucapnya.
"Huh? Terus kenapa kau menciumku tadi?" Balasku yang agak kesal kepadanya.
"Aku tidak ingin kau menjadi temanku tapi aku ingin kau menjadi kekasihku." Ucapnya memelukku.
"Oh?" Balasku dengan flat face.
"Aku sudah menyukaimu sejak dulu. Aku hanya menahan perasaan ini selama 6 tahun ini. Eotteokhae?" Tanyanya.
"Mmm..." Gumamku mengangguk-angguk. Aku tidak menyangka kau seperti ini." Ucapku memeluknya kembali. "Gomawo untuk semuanya."

THE END

KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang