Dalam keindahan musim gugur, dua jiwa bertemu dan terhubung melalui cinta pada seni dan pesona alam. Meski salah satu dari mereka menyimpan kenangan pahit dari masa lalu, hadirnya sosok yang penuh ketulusan membawa harapan baru. Bersama, mereka bela...
"In the rustling leaves and soft whispers of the autumn breeze, a mystery unfolded, waiting to be discovered by those with a yearning heart."
🍂🍁🍂🍁🍂
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suho memulai harinya seperti biasa. Alarm berbunyi pada pukul enam pagi, membuatnya terbangun dari tidur yang tak benar-benar nyenyak. Ia bangkit dari tempat tidur, meregangkan tubuhnya dan menghela napas panjang, kemudian berjalan menuju dapur untuk membuat kopi hitam. Rutinitas ini tidak pernah terlewat. Bahkan, dia hafal setiap langkah yang harus diambil dari kamar tidur ke dapur, setiap gerakan saat ia mengisi air ke mesin kopi, hingga menunggu aroma kopi yang mulai memenuhi apartemennya yang mewah namun terasa dingin.
Setelah menyeruput kopi sambil memandang pemandangan kota Seoul yang mulai sibuk dari jendela, Suho mempersiapkan dirinya untuk pergi ke kantor. Jas, dasi, dan kemeja yang tergantung rapi di lemari sudah siap sejak malam sebelumnya, dipilih dengan warna-warna netral yang mencerminkan kesederhanaan dan profesionalitas. Suho memang dikenal sangat rapi dan disiplin. Rekan-rekannya di kantor selalu melihatnya sebagai sosok yang hampir tanpa cela, seorang arsitek muda yang selalu tampil sempurna dan tak pernah terlambat. Namun, di balik ketenangan itu, ada perasaan hampa yang menggerogoti dirinya.
Saat tiba di kantor, ia disambut oleh tatapan hormat dari para juniornya dan anggukan sopan dari rekan-rekan sejawat. Setiap orang tampaknya ingin berada di dekatnya, mengagumi kesuksesan dan ketenangan yang ia tunjukkan, tetapi Suho sendiri merasa tak terikat dengan siapapun. Tidak ada yang benar-benar mengenalnya. Bahkan, di saat-saat tertentu, ia merasa bagaikan seorang asing di dunia yang ia ciptakan sendiri.
Di ruangan pribadinya yang luas, Suho menghabiskan sebagian besar harinya dengan tenggelam dalam tumpukan desain, blueprint, dan daftar proyek yang harus diselesaikan. Rapat-rapat dengan klien, presentasi kepada pemegang saham, dan diskusi dengan tim arsitek lainnya menjadi kesehariannya yang tak pernah berubah. Setiap jeda, ia mengambil napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberinya alasan untuk tersenyum. Namun, yang ia temui hanyalah refleksi dirinya sendiri di kaca, sosok yang tampak sempurna namun terasa begitu kosong.
Di salah satu jam makan siang, seorang teman lama, Baekhyun, menelepon dan mengajak Suho bertemu. Baekhyun bekerja sebagai seniman freelance, seseorang yang hidupnya jauh dari kata teratur. Mereka pernah sama-sama kuliah arsitektur, tetapi Baekhyun memilih jalan berbeda setelah lulus, menjalani hidup tanpa banyak aturan.
"Suho! Kamu benar-benar sibuk ya," sapa Baekhyun dengan senyum lebar. Mereka duduk di sebuah kafe kecil di dekat kantor Suho, dan Baekhyun tampak santai dengan pakaian kasualnya yang penuh warna kontras dengan setelan formal Suho.
Suho tersenyum kecil, "Tidak sepertimu yang bisa bekerja sesuka hati."
Baekhyun tertawa, "Well, tapi setidaknya aku bahagia. Tidak ada yang mengikat, dan setiap hari rasanya selalu berbeda. Lain halnya denganmu. Kamu terlihat sukses, tapi entahlah... Aku masih ingat kamu dulu tidak seserius ini."