Mamoritsu Sugaki - 1

3 3 0
                                    

Chapter 1: Mamoritsu Sugaki
Part 1: A Letter in Bad Smelling

****

[Only Yuuta PoV]

Begitu bel istirahat berdentang riang, aku dan Kyouku berniat pergi ke ruang loker sebentar untuk menaruh dan mengambil buku pelajaran selanjutnya. Kami hanya ingin mengisi waktu kosong dengan membaca materi atau mengerjakan soal-soal setelah kami selesai makan siang. Tidak di kantin ataupun di kelas, suasana di ruang loker juga ramai akan gosip murahan mengenai diriku sebagai murid baru.

"Mereka semua pada membicarakan soal aku," gumamku lirih.

Kyouku mengibaskan tangan di wajahnya yang beraut kecut. "Jangan ladeni mereka, Yuuta. Mereka memang suka ngegosip," katanya menenangkan hatiku yang panas.

Namun sepertinya aku menemukan sesuati yang tak terduga.

"Hmph!" Kyouku segera menutup hidungnya, berbalik menjauh dengan terbatuk-batuk. Apa dia terserang ISPA? Atau mungkin dia punya asma, sehingga dia merasa sesak bila mencium bau asap. Ia kembali menghampiriku dengan hidung yang ia pencet rapat-rapat. "Bau rokok! Siapa yang ngerokok sembarangan di sini sih, hah?! Bikin orang sesak napas aja!"

Aku tahu ini bau batang nikotin. Tapi kenapa baunya mengarah pada lokerku? Ish, aku tidak boleh berpikiran buruk! Aku mencoba mengendus asal bau itu layaknya anjing pelacak. Bau bakaran tembakau itu awalnya kian menjauh saat aku mengendus isi loker Kyouku. Ternyata Kyouku juga memiliki dugaan yang sama denganku. Harus ku akui bahwa dugaan kami benar. Bau asap batang tembakau ini mengepul begitu aku membuka lokerku. Banyak orang yang berlalu lalang menutupi alat respirasi mereka dengan telapak tangannya dan berusaha keluar.

"Bagaimana bau ini bisa ..."

"Pasti ada yang sengaja mengepulkan asap rokok ke dalam lokermu, Yuuta. Ish, memang harus dihajar tuh orang!" geramnya dengan tangan yang mengepal dan giginya yang menggertak.

Fokus mataku yang mengarah pada Kyouku beralih ke dalam loker untuk mencari sesuatu yang mencurigakan -menurutku-. Aku segera mengambil buku kamus bahasa Inggris karena memang pelajaran selanjutnya di kelasku. Di sana terdapat sepucuk surai bertampal stiker bentuk hati sebagai segel tutup amplop berwarna merah cerah, dan terdapat puntung rokok yang sudah gepeng di atasnya.

"Surat cinta. Kenapa banyak yang memberiku surat cinta?" gumamku mendesah kasar.

Aku langsung membuang puntung rokok itu asal-asalan dan mulai menelik secarik amplop ini. Kyouku sendiri memujiku begitu lemparan iseng itu tepat masuk ke tong sampah yang letaknya dekat ambang pintu. Saat itu aku hanya terkekeh hambar sembari membenarkan letak kacamataku.

Aku tahu Kyouku melihat amplop yang aku pegang dengan kaki berjingkit dan kepala yang ia dongakkan. "Hm, aku penasaran sama surat itu. Ayo dibaca suratnya, Yuuta!" seru Kyouku antusias.

Ini anak selera ingin tahunya tinggi banget. Aku hanya menghela napas berat lalu melepas stiker itu, mengambil isi dari amplop tadi. Bau rokok tadi menempel di kertas ataupun di tanganku. Isi dari amplop itu hanya secarik kertas yang dilipat. Hei, kalau mau kirimin yang kayak gini, isinys uang kek, tiket kek, apa kek. Ini malah kertas.

Aku mengurai lipatannya lalu membacanya dengan serius. Hanya dalsm hati, takut cewek lain yang tidak sengaja mendengarkan ucapanku jadi pada ngegosip. Aku benci manusia penggosip.

Hai, Kamisaki Yuuta

Aku tak ingin banyak nulis di surat ini. Cuma sedikit. Kalau kau ingin tahu soal diriku, carilah sepuas hatimu sampai superman ganti celana dalam. Aku menyukai kecantikanmu, tapi izinkan aku untuk menyaluri kesenanganku sebagai imbalan bahwa aku akan melindungimu.

Regards,
Mamoritsu Sugaki

Perlahan aku mengepal tanganku hingga kertas berpermukaan halus ini teremas seketika, membuat Kyouku yang kebingungan terus bertanya-tanya. Bahkan sampai melompat-lompat. Gertakan gigi rapi nan putihku mendampingi seringaian lebarku.

Ternyata pria brengsek ini yang sengaja membuat aku dan Kyouku sesak. Aku akan mencarimu sampai dapat, Sugaki!

****

"Hei, Yuuta! Boleh aku minta alamatmu? Kapan-kapan aku akan bermain ke rumahmu."

"Tentu saja boleh, Kyouku. Sekalian aku minta nomor ponselmu ya."

"Oke! Santai saja, Yuuta!"

Aku menulis alamatku di belakang buku tulis milik Kyouku. Dia sendiri mengetik nomor ponselnya di layar smartphone dengan case warna putih. Kami sama-sama menyerahkan barang yang kami pakai, dan pulang bersama. Tidak, Kyouku sendiri yang pulang karena permintaanku yang ingin menyendiri tanpa diganggu. Aku ingin sekali sinar jingga menembusi tebalnya kaca jendela dan menghangatkan wajahku.

Perlahan aku menatap silaunya kaca jendela oleh cahaya mentari senja. Kini semuanya sepi, pikiranku terhanyut begitu saja, mengingat kejadian mengerikan yang tak ingin aku ingati lagi.

Yuuta, baik-baik bersama Kakek. Ibu ... Ibu akan segera kembali untukmu, Nak. Jangan menangis.

Aku tak sadar cairan kristal asin sudah membendung di kantung mataku. Kenapa gigitanku pada bibir bawahku kian sakit? Mau tak mau, isakanku mendampingi bendungan air mata yang membuncah mengalir di kedua pipiku dan menetes di rahang bawahku. Aku hanya bisa menutup mataku penuh kepedihan atas rasa kehilangan yang mendalam, menunduk melampiaskan setiap isi hatiku yang kian menyayat hati, dan membiarkan embun air mata memecah di lensa kacamataku. Sosok yang aku sayangi ...

... kini telah tiada.

Apanya yang kembali, Ibu? Kembali menjadi jiwa yang bergentayangan, melihatku yang jelas-jelas aku tak bisa melihat senyuman Ibu lagi? Begitu kah, Ibu? Aku di sini merasa kesepian, hidup tanpa Ibu bagaikan waktu yang berhenti berputar.

"Oi!"

Brak!

Lamunanku membuncah dan refleks mendongak, mencari seseorang yang menganggu renunganku. Fokus mataku mulau kabur, mendapat sosok bersurai merah pekat dengan jaket hitamnya menghampiriku. Kulihat dia menarik salah satu kursi di depan bangkuku, dan melepaskan kacamataku, menghapus air mataku yang mengalir dengan ibu jarinya.

Aku langsung menepisnya begitu jari yang sedari tadi mengelap pipiku yang basah meluncur mencoba memainkan bibirku. "Kau siapa, hah?"

Pria itu -kulihat- tak menggubris pertanyaanku. Tanpa buang-buang waktu ia segera memajukan tubuhnya, mendekatiku, menangkup wajahku dan mengecup bibirku dengan panas. Aku sudah mencoba memberontak sekuat tenagaku agar lolos dari dekapannya. Namun sepertinya layar hitam mulai menyelimuti pandanganku dan terhuyung di dekapan pria tadi.

Sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri, dia membisikkan sesuatu di dekat telingaku.

"Kita sudah saling bertemu, Kamisaki Yuuta."

Apa dia ... Mamoritsu Sugaki?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IsshoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang