One

5.1K 679 115
                                    

Kadang, tidak semua manusia bisa dipercaya. Bahkan kerabat terdekatpun terkadang bisa menjadi senjata bunuh diri untuk diri kita sendiri. Konyol bukan? Namun memang benar begitulah keadaannya. Dan Seongwoo baru saja di bunuh secara harfiah dengan teman dekatnya sendiri.

Jika saja Seongwoo tau bila Jonghyun memiliki rencana tersembunyi, ia tidak akan menerima ajakannya tadi pagi.

Jika saja Seongwoo tau bila ini hanya tipu daya orang tua nya yang terikat dengan banyaknya hutang, ia tidak akan terjebak disini.

Di balik jeruji besi, tanpa penerangan sama sekali dan tanpa pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. Tubuhnya pun sedari tadi menggigil akibat rendahnya suhu air conditioner di dalam ruangan antah berantah ini.

Ia bisa mendengar kericuhan sedang terjadi diluar sana. Bukan kericuhan, lebih tepatnya, manusia-manusia yang sedari tadi tidak berhenti mengucapkan nominal mata uang.

Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian kurang bahan sedang berjalan menghampiri Seongwoo.

"Ayo, kamu udah ditunggu sama tuan-tuan muda yang lain," ucapnya halus sambil membuka pintu jeruji besi yang mengurung Seongwoo.

"Ayo," ucapnya lagi, namun kali ini ia menarik lengan Seongwoo kasar hingga pemuda cantik itu sedikit tersandung.

Seongwoo yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti wanita itu menuju sebuah sumber cahaya dari satu-satunya pintu di ruangan tersebut.

Matanya memicing ketika bias cahaya mulai menerangi dan langsung terbuka lebar saat melihat banyaknya manusia yang memenuhi aula tempat 'pelelangan manusia' itu di adakan.

Wanita itu kembali menuntun Seongwoo ke tengah panggung dan mulai membuka pelelangan.

"Baik, tanpa basa-basi lagi. Penawaran dibuka dengan harga 200 ribu dollar untuk lelaki cantik ini," ucap wanita itu dengan semangat.

Seongwoo terkejut, ternyata pelelangan ini tidak main-main adanya.

"250 ribu,"

"350 ribu,"

"500 ribu,"

"1 juta,"

Manusia-manusia itu terus menerus memperebutkan Seongwoo dengan menawarkan harga yang lebih tinggi. Dimulai dari 250 ribu dollar hingga yang 10 juta dollar.

Mereka masih menawarkan harga hingga seorang pemuda berbalut jas hitam dengan kacamata berdiri dan mengangkat tangannya.

"1 miliar..."

"Saya mengajukan penawaran 1 miliar dollar untuk dia," lanjutnya.

Semua mata langsung menuju ke arah pemuda itu. Bahkan Seongwoo yang sedari tadi menunduk malu karena tidak memakai baju langsung memusatkan pandangannya ke arah pemuda itu.

"B-baik, apakah ada yang masih ingin mengajukan penawaran? Saya hitung mundur,"

"5"

"4"

"3"

"2"

"Dua!"

"Saya mengajukan penawaran 2 milliar dollar untuk dia!" sahut seorang pemuda yang tak kalah tampan dengan setelan kemeja kotak-kotak yang ia pakai. Membuat semua orang yang ada disana terkejut dengan tawaran yang ia berikan.

"Oke, sesi penawaran beserta acara pelelangan ini kita tutup sampai disini. Dan di menangkan oleh Tuan Daniel. Selamat!"

Acara tersebut segera ditutup dengan hening dan semua orang langsung berdiri dari duduknya, berniat untuk keluar dari aula tersebut. Menyisakan Daniel, —pemuda yang memenangkan Seongwoo, beserta beberapa bodyguardnya dan Seongwoo.

--

"Kalian antar dia ke kamar yang ada di atas, terus jangan lupa kasih dia baju. Saya ada rapat sebentar lagi," ucap Daniel begitu mereka sampai di rumah luas miliknya.

Setelahnya, Seongwoo kembali dituntun ke arah kamar yang akan segera menjadi miliknya oleh bodyguard milik Daniel.

"Ini kamar kamu, semua nya sudah tersedia disini. Jadi, jika ada apa-apa tanyain aja ke pelayan yang lewat," ucap si bodyguard sebelum pergi meninggalkan Seongwoo begitu saja.

Mata Seongwoo melihat sekeliling kamar yang akan ia huni.

Bagus.

Layak.

Dan terlalu elegan untuk seorang budak yang baru saja di beli oleh seorang majikannya.

Ia kembali menelisik ke seluruh ruangan, dan benar saja. Semuanya sudah tersedia untuk dirinya.

Mulai dari satu ruangan berisi pakaian yang akan ia pakai untuk kedepannya, sebuah kotak berisi iPhone XS keluaran terbaru beserta macbook dan dompet berisi sebuah kartu berwarna hitam yang bahkan Seongwoo sendiri tidak tau apa gunanya.

Merasa kedinginan, Seongwoopun segera memakai salah satu baju yang tersedia dan berharap agar semua menjadi lebih baik untuk kedepannya.

--

"Gimana? Dia ngga apa-apakan?" tanya Daniel begitu ia selesai rapat dan pulang ke rumahnya.

"Dia baik-baik saja tuan, malah sepertinya dia senang dengan kamar barunya,"

"Oke bagus, terima kasih atas informasinya,"

Pelayan itu pun segera menunduk lalu pergi sementara Daniel masih berdiri di depan pintu kamar milik Seongwoo.

Cklek

"Permisi, boleh saya masuk?" ujar Daniel setelah memutar kenop pintu.

Tidak ada jawaban. Ia juga tidak melihat Seongwoo, melainkan sebuah gundukan besar di atas kasur.

Daniel terkekeh. Dengan pelan ia berjalan ke arah kasur milik Seongwoo dan menepuknya pelan.

"Hey?"

"Hah!....Ah ma-maaf tu-tuan,"

"Oh iya, ngga apa-apa. Gimana kamar barunya? Kamu suka?"

Anggukan pelan Seongwoo berikan sebagai jawaban. Membuat Daniel harus mati-matian menahan tawanya karena gemas melihat Seongwoo.

"Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Daniel. Kang Daniel. Senang bertemu dengan mu," ujar Daniel sambil tersenyum teduh.

Seongwoo diam tidak menjawab. Takut jika tuan nya akan menghukumnya atau bahkan melakukan hal yang iya-iya terhadapnya.

Ia pun lebih memilih untuk mengintip sedikit dari celah selimut lalu bersembunyi lagi.

"Kamu ngga mau kasih tau nama kamu ya? Okelah kalau gitu, istirahat yang cukup malam ini. Besok saya mau adain tour agar kamu tau ruangan-ruangan yang ada di sini," ujar Daniel dengan nada kecewa yang di buat-buat.

Saat Daniel hendak melangkah menuju pintu, Seongwoo perlahan keluar dari selimutnya.

"Seong-Seongwoo..." gumamnya pelan.

"Apa tadi?"

"Ong Seongwoo, nama saya Seongwoo. Senang berkenalan dengan anda, tuan Daniel,"

Senyuman. Daniel yang awalnya ingin langsung pergi dari kamar Seongwoo malah berjalan kembali ke arah Seongwoo dan berhenti tepat di samping tempat tidur pria manis itu.

"Oke Seongwoo, tidur yang nyenyak. Biar besok tenaga kamu ngga habis. Good night," ucap Daniel sebelum mengusak rambut pria cantik itu dan pergi keluar.

Setelah pintu tertutup, Seongwoo mulai merasa aneh dengan tuannya.

"Dia sebenernya tuan ku atau asistennya ya? Aneh,"

--

Gimana? Lanjut? Or unpub?

-Dev

Master - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang