"Hidup ini pilihan, apa pun yang membuatmu sedih lupakan lah. Dan apa pun yang membuatmu bahagia kenang lah."
°°°°°
"Psttt.. Murid baru tuh.""Siapa itu? Cupu banget ya, lord."
"Ternyata stok anak cupu nambah lagi guys."
"Gak papalah, biar gue dapat babu tambahan."
"Dasar!"
"Zaman sekarang masih ada yang berpakaian kayak dia? Ckck."
Percakapan-percakapan yang tak menyenangkan itu lah yang pertama kali di dengar gadis itu kala sampai di sekolah barunya.
Nadia Cantika Richard, namanya. Menyamar jadi nerd karena tidak ingin kejadian di masa lalu terulang kembali. Masa lalu yang memberikan kenangan-kenangan dan selalu menghantarkannya pada mimpi buruk hingga berujung dengan trauma.
Percakapan yang bersifat hinaan itu tak berhenti di sana. Sejauh kaki melangkah, sebanyak itu lah hinaan terdengar.
Di balik kacamata bulatnya, gadis itu tampak menatap kosong jalan. Entah masih sadar atau tidak di mana dirinya berpijak.
Gadis itu bukan tipe orang yang ambil hati dengan omongan orang lain. Malah yang ia takutkan sekarang adalah tidak berhasil membuat keberadaannya tidak terlihat. Oh ayo lah, dia sudah mengubah dirinya menjadi nerd agar tidak dijadikan pusat perhatian.
Saking sibuknya dengan pemikirannya sendiri, gadis itu menabrak tubuh seseorang hingga hampir terjatuh jika tidak bisa mengendalikan diri dengan cepat.
Tatapannya beralih ke orang yang ditabraknya. Mereka saling menatap dalam diam. Berhenti saling bertatapan ketika orang yang ditabraknya pergi begitu saja tanpa menanyai kondisinya atau pun sekedar memarahinya.
Tak mau ambil pusing, dipercepat langkah kakinya ke ruang kepsek guna menanyakan letak kelasnya.
****
Bara Alexander. Salah satu most wanted boy Global High School. Terkenal akibat ketampanan, kekayaan, ke bad boy-annya, dan sikapnya yang cuek.
Main basket, berkelahi, tawuran, merokok, balapan, bolos, tidur waktu jam pelajaran, merokok, dan clubbing adalah hobinya. Ruang bk adalah tempat tongkrongan favoritnya.
Sosok itu lah yang di tabrak oleh Nadia. Pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun ke Nadia karena tidak nyaman dengan reaksi jantungnya saat mata mereka saling bertatapan.
Jantungnya terasa akan meledak hanya karena tatapan datar gadis itu.
Dengan debaran aneh yang dirasakannya, kakinya melangkah masuk ke dalam kelas 12 IPS 1, dan duduk di samping seorang gadis berambut pendek. Naya, namanya. Kembaran tak identik Bara.
Gadis berambut pendek itu menoleh ketika Bara duduk. Bertanya dan terkekeh sinis, "Tumben nggak bolos?"
Bara menatap kembarannya dengan tak kalah sinis. "Terserah gue dong."
Naya mendelik kesal ke arah Bara. "Lo itu---"
"Selamat pagi, anak-anak!" ucapan pak guru berhasil memotong ucapan Naya.
"Pagi, pak gan." sahut para siswi kompak. Mereka memang memanggil guru tersebut dengan pak gan alias pak ganteng. Nama asli guru itu adalah Abraham Nugrahah. Umur 22 tahun.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru. Perkenalkan dirimu, Nadia!"
"Iya, pak." Nadia tersenyum tipis.
"Perkenalkan nama saya Nadia Cantika. Panggil saja Nadia. Saya pindahan dari London."
Seisi kelas menatap Nadia dengan tatapan tidak percaya dan meremehkan.
"Masa orang semiskin lo bisa pindahan dari London sih? Lo bohong ya?" tanya salah satu siswi yang bermake up menor.
"Saya tidak bohong. Tahun lalu saya mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sana." sahut Nadia menahan kekesalannya.
"Ohhh bea siswa."
"Pasti di sana lo jadi bahan bullying kan." ejek siswi itu lagi.
Rasanya Nadia ingin merobek mulut siswi tersebut karena terlalu kesal. Jadi bahan bullying apanya? Dia saja di sekolahnya yang dulu menjadi siswi terpopuler. Semua cowok berlomba-lomba untuk mendekatinya.
"Sotoy lo, Yam." ujar Naya yang membuat siswi itu menatap Naya sinis.
"Apa lo lihat-lihat? Mau gue colok mata lo? Iya? Sini lo kalau berani." tantang Naya yang membuat nyali siswi itu langsung ciut.
Di sekolah, Naya terkenal sebagai siswi paling galak. Tapi walau pun galak, dia selalu menjadi lemah lembut dan jinak di saat berduaan dengan pacarnya tercinta, Gerral. Wajah gadis itu cantik namun minim ekspresi.
"Nadia, kamu duduk di depan meja guru ya. Hiraukan saja mereka. Mereka memang selalu begitu." kata Pak Abraham dan tersenyum lembut.
Nadia membalas senyuman pak gurunya. "Iya, pak."
Para siswi yang melihat interaksi antara murid dan guru itu langsung cemburu. Begitu pun dengan Bara yang melihat Nadia tersenyum ke Pak Abraham.
Ada apa dengan dirinya?
Kenapa dia harus cemburu?
Kenal Nadia saja tidak!
"Oh ya! Kalau kamu mau tanya sesuatu. Kamu bisa tanyakan kepada saya. Jangan sungkan-sungkan untuk menanyakannya." kata Pak Abraham lagi.
"Iya, pak, makasih. Saya duduk dulu."
"Silahkan."
Waktu jam pelajaran berlangsung, Nadia memperhatikannya dengan baik. Berbeda dengan Bara yang memilih untuk menatap punggung gadis itu dari belakang.
Perasaan apa ini? batinnya seraya menyentuh dadanya yang sejak tadi berdetak cepat.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadia And Possesive Boy
Teen FictionNadia menjadi nerd di sekolah barunya karena kejadian masa lalu yang selalu menghantuinya. Menghantarkan pada mimpi-mimpi buruk yang tak berujung. Kilasan demi kilasan, kenangan demi kenangan. Akibat rasa trauma itu, ia memutuskan untuk menjadi nerd...