1. Nama gue Pinastya Disesa

77 4 4
                                    

“Terettttt tettt ttttet tteret teet“

I want you...... I need you..... I love you...... di dalam benakku keras berbunyi irama myujiku heavy rotation”

“Bangun bocah! itu Selena Gomez ajah udah jemurin baju di loteng”

“Yaelah ganti pose doang, kaya gitu ae sampe spongebob buka krusty krab di sebelah wartegnya bu jum”

“Woi Denok Deblong matiin dulu alarm lu, cape kali nyanyi tapi nggak didengerin, dasar nggak peka!” kok baper sih.

Dea Palmita Adress, 17 tahun, dedek emes pengin diremes bangunnya suka males nggak doyan meses ceres bawaanya bikin ngenes. Dia paling muda diantara kami, dia yang kadang suka lola, kerjaanya nguji kesabaran orang pake banget. Tapi dia anaknya paling diem. Diam-diam suka kamu. Apaan sih.

“Bentaran tujuh menit lagi”
“Kok tujuh sih, biasanya orang-orang bilangnya lima menit?” Ucap Sekar tanpa dosa

“Bodoamat Kar” kata Maya ketus
Sekar masih heran kenapa Dea memilih tujuh menit dari pada lima menit.

Maya masuk ke dalam kamar mandi dengan menenteng handuk kuning favoritnya. Sementara Sekar masih mencoba membangunkan Dea yang masih ngulet-ngulet cantik di kasur.

Sekar Gian Ayu, 17 tahun, keturunan darah biru, cantik semampai seperti tugu, nggak dia nggak anggun dan lugu seperti raden ayu, kadang-kadang lebih mirip ibu-ibu komplek rebutan sayur subuh-subuh. Dia paling care, paling dewasa, iya dewasa yang merupakan akronim dari gedhe, dawa, rosa , suka marah-marah tapi jatohnya marah-marah karena sayang........opo koe krungu

“May lu tidur di kamar mandi apa? lama amat” mulai lagi nih si Sekar

“Baru aja nutup pintu” kata Maya tak terima

“Emang yah kalo perempuan mandi lama, ditinggal umroh ajah bisa kali yah” Sekar dongkol sendiri percis emak-emak komplek yang kalah rebutan sayur.

“Eh putu mayang buru, kacang ijonya  budhe aja udah sampe jadi tauge tuh”
Maya keluar kamar mandi dengan muka asem bukannya seger.

“Apaan sih lo kar rese banget, najisin!”

Maya Putri Hanan, 17 tahun, panutan, teladan, bisa diandalkan, kasihan. Iya kasihan soalnya Maya adalah surga bullying nya Sekar. Matanya minus dua gara-gara suka baca wattpad. Paling waras dan wajar diantara kami berempat.

Sekar masuk kamar mandi dengan terkekeh penuh kemenangan.

“Astaga ini anak masih molor, Dea bangun!!!”  Maya terheran-heran karena Dea masih ngeringkuk macem ikan asin di jemur.

Gue buka pintu kamar habis dari bantuin Budhe dan langsung tau deskripsi keributan di pagi hari ini yang ditimbulkan oleh anak perawan yang jam enam ajah baru pada bangun.

“Biar gue aja May”

Maya liatin gue yang jalan ke arah pantry dengan penuh tanda tanya, gue ambil sesuatu yang akan bisa bangunin Dea dengan manjur.

“Eh seriusan lo?”

“Seriuslah, minggir”

Maya tak bergeming
Gue udah siap-siap masukkin sesuatu ke mulutnya Dea, dan hap goalllll!!!!

“AAAAAAAA TSUNAAAMIIII, JANGAN MATI SEKARANG AKU BELUM NIKAH”

Gue dan Dea saling pandang jijik sambil tahan tawa, kaki Dea udah nendang-nendang bebas, seperti orang berlari sampai akhirnya.....

“Bughhhh....Awwwww”

Dea jatuh dari ranjang. Jadi yang gue masukkin ke mulut Dea tadi adalah garem jadi dia ngiranya air laut yang asin makanya Dea teriak Tsunami.

“Makan tuh garem biar nggak gondokkan!!!!”

Dan ini gue Pinastya Disesa Renaldi, 17 tahun, pemberani, jiwa laki, tapi hati melancholic. Gue akan jadi paling jahil ketika mood gue mode on. Dan gue akan maju paling depan kalau diantara Dea, Sekar, dan Maya ada masalah, gue bukan belain mereka tapi gue pantengin ajah Hehehe nggak-nggak bercanda. Gue nggak suka ngurusin urusan orang lain sebelum gue masuk sekolah SMA dan sekarang setelah kenal mereka semuanya mulai berubah. Dan disini gue akan cerita tentang Dia dan Mereka.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang