Krincing........
Suara lonceng menandakan seseorang memasuki Florist. GreenHouse, namanya. GreenHouse tak berada di tengah kota, ia bersembunyi disudut kota terjauh dari polusi udara. Mungkin karena keberdaannya itu membuat bunga-bunga di tempat ini memiliki kualitas yang baik atau memang karena perawatannya yang bagus. Meski berada disudut kota, florist ini tak mengalami kemunduran, banyak sekali pembeli memesan bunga-bunga disini.
Tapi untuk hari ini, GreenHouse tak ada pengunjung. Sepanjang El berjalan tak ada seorang pun yang melihat-lihat bunga. Ia berjalan lebih dalam menuju tempat pemesanan. Dari kejauhan El melihat dua orang laki-laki yang tengah berbincang.
“Maaf, hari ini GreenHouse sedang tutup.” Ungkap laki-laki yang berada dibalik meja pesanan.
“Tapi saya sudah dijanjikan untuk mengambil bunga pesanan saya hari ini.” Jelas El.
“Pesanan?” Dengan nada seakan meminta penjelasan lebih lanjut dari El.
“Iya, pesanan atas nama Edelweis. Carnation Pink.”
“Ok, tunggu sebentar saya cek dulu!” Titah laki-laki itu dan meninggalkan El dengan seorang laki-laki yang sejak kedatangan El memainkan ponselnya.
Di meja terdapat buket bunga daisy putih. Mungkin itu milik laki-laki yang berada disamping El.
“Carnation Pink?” Tanya laki-laki itu. Suaranya memecahkan kesunyian diantara mereka.
El melirik laki-laki yang sedari tadi memainkan ponselnya. Ia melihat pergerakan laki-laki itu memasukkan ponsel kedalam saku celana miliknya.
El masih terdiam tanpa menjawab pertanyaan laki-laki yang berada disampingnya itu. Pertanyaan yang menurutnya tak perlu mendapat jawaban. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi chat untuk mengabari seseorang yang tengah menunggunya di luar sana.
“Setau gue Carnation Pink melambangkan cinta abadi atau cinta yang tak pernah mati.” Jelas laki-laki itu dengan senyum manisnya.
El mengalihkan pandangannya kearah laki-laki yang kini tengah menatapnya. Senyum dari laki-laki itu seakan menandakan keberhasilan atas ucapannya membuat perhatian El menjadi padanya.
“Tebakan gue sih, tuh bunga buat pacar lo yah? Tapi masa sih cewek ngasih bunga buat cowoknya?” Tanya laki-laki itu, ia memperhatikan raut wajah El. Laki-laki itu seakan menerka dibalik manik mata itu terdapat kesedihan.
“Daisy putih bisa diartikan dengan cinta dan kesabaran. Kakek gue tiap minggu selalu ngasih daisy putih buat nenek gue.” Jelas El dengan senyum yang terlukis di wajahnya.
“Gue tebak, buket daisy itu untuk seorang perempuan yang mungkin berharga buat loe?” Balas El dengan mengedipkan sebelah matanya.
“Ah, ...” laki-laki itu tersenyum canggung mendengar perkataan El.
“Ellllllll!” suara panggilan itu mengintrupsikan percakapan mereka.
Seorang perempuan dewasa sekitar akhir 20-an memasuki greenhouse dengan membawa sebuket bunga Carnation Pink. Senyum bahagia tak lepas dari wajahnya. Perempuan itu meletakkan buket bunga dan langsung bercipika-cipiki dengan El.
Dibelakangnya seorang laki-laki yang tadi berpamitan untuk mengecek pesanan El.
“Astaga, makin cantik aja yah loe. Lama gak ketemu bikin pangling.” Puji perempuan dengan kacamata yang tersangkut di hidung mancungnya.
“Dari dulu emang bisa ngegombal yah. Bye the way, mbak Vio juga jadi cantik setelah ditinggal gue.” Balas El.
“Jadi, dulu gue gak cantik gitu?” Tanya perempuan yang bernama Vio dengan nada sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweis
Novela JuvenilDia kembali pada dunianya. Setelah merasakan kehancuran dalam hidup. Satu tahun mungkin takkan cukup untuk menyembuhkan luka atas kehilangan. Dia harus berpijak kembali pada bumi. Melanjutkan hidup yang sempat tertunda. Panggil ia, El. Perempuan yan...