"Lilliana, bangun. Bukankah semalam kau bilang, kau harus pergi ke universitas pagi-pagi bukan?." Seru Bibi Kelly, sambil mengguncang badan Lilliana.
"Sebentar lagi Bibi, aku masih mengantuk."
"Terserahmu saja, Bibi tidak bertanggung jawab atas keterlambatanmu dan, Bibi hanya ingin katakan bahwa sekarang telah pukul 7 pagi. Kau tidak mau ter__." Ucapan Bibi Kelly terpotong
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Lilliana telah berlari ke arah kamar mandi.🐺🐺🐺
Lilliana menuruni tangga menuju ruang makan dan mengambil roti tawar dengan selai yang telah disiapkan bibinya dengan muka ditekuk.
Lagi-lagi Bibi kesayangannya mengerjai dirinya. Selalu seperti ini, jika dirinya begadang menyelesaikan tugas kuliahnya, sudah terhitung ini yang ke-7 kalinya.
Demi Tuhan, dirinya tidur tidak lebih dari 3 jam. Tolong garis bawahi 3 Jam. Ana rasa, tidak akan ada manusia yang sukarela dirinya terbangun setelah tidur tidak lebih dari 3 jam.,
Ana mengambil tempat duduk didepan bibinya "Bibi, kenapa tadi kau katakan ini sudah pukul 7 pagi. Bahkan sekarang masih pukul 6 lewat. Kau tahu, aku bahkan hanya tidur 3 jam karena tugas dari dosen menumpuk, astaga."
Sang Bibi terkekeh karena kelakuan keponakannya yang sangat mudah untuk dibodohi.
"Sudahlah, dari pada aku terus membiarkanmu tidur, nanti aku akan lupa untuk membangunkanmu. Lalu kau telat, dan jika sudah telat, kau tidak akan datang ke universitasmu itu bukan.?" Sindir sang Bibi, sambil menaikan salah satu alisnya.
"Kau memang bibi terbaik yang aku punya, Bibi Kelly. Kau bahkan menyindirku setelah mengerjai diriku." Jawab Ana, dengan bibir mengerucut.
"Haha, Kau juga keponakan terbaik yang aku punya."
Ana bangkit dari kursinya kemudian mengecup pipi milik bibi kesayangannyanya itu "Memangnya, kau punya keponakan selain diriku? Aku rasa tidak. Sudahlah, aku berangkat dulu. Aku tidak mau bermacet macet ria dengan jalanan New York yang dipadati oleh pekerja yang ingin masuk kantor."
"Bye Bibi Kelly, aku menyayangimu."
"Hati-hati Ana, Aku juga sangat sangat menyayangimu."
Sedangkan Ana, hanya mengangkat jempol, sembari berlari menuju pintu depan.
🐺🐺🐺
Setiba di universitas, Ana langsung menuju ruang kelas yang dimana dosen nya akan mengajar kali ini. Baru saja Ana menginjakan kakinya di depan pintu kelas, tetapi suara jeritan milik sahabatnya sudah terdengar memekakan telinga orang yang berada disana. Untung saja, ini masih terlalu pagi, jadi, hanya sedikit mahasiswa yang berada dikelas
"AAAANNNAAAA, Akhirnya kau akhirnya datang jugaaa, kau tau aku punya banyak cerita untuk ku bagikan padamu, kau ingin mendengarnya bukan?." Ya dia adalah Kenzie, sahabat Ana sejak di Senior High School. Kenzie dengan semua Cerita absurd nya, tetapi tetap Ana sayang padanya dan menganggap Kenzie sebagai keluarganya.
" Ya, ya, terserah mu saja, bahkan tanpa persetujuanku kau tetap menceritakan semua cerita anehmu itu, bukan?."
Kenzie terkekeh, sambil menarik lengan Ana untuk duduk disamping kursi yang ia duduki. "Kau ini, memang yang paling paham akan diriku, melebihi diriku sendiri, mungkin."
"Jadi, kau ingin bercerita apa pagi ini Kenzie?, Kuharap ceritamu ini menarik untuk didengarkan di pagi yang menyebalkan ini."
Kenzie yang mendengar gerutuan Ana memicingkan matanya.
"Jangan katakan kau dikerjai lagi oleh Bibi Kelly, kau itu bodoh atau memang mudah dibodohi, Ana."
"Tapi harus aku katakan, Ya, aku dikerjai lagi oleh Bibi kesayanganku. Dan satu hal yang kau harus tau, aku ini cerdas, hanya saja, saat aku dikerjai oleh Bibi, kesadaranku hanya 0,0001%."
"Ya..ya..ya, terserah katamu Ana. Jadi cerita yang ingin ku sampaikan padamu itu, berkaitan dengan hutan yang tidak jauh dari rumah milik mu i__." Belum selesai Kenzie berucap, Ana mengintrupsi.
"Kau, jangan katakan kau ingin menceritakan tentang vampir, weerewolf, fairy atau semacamnya. Dengar Kenzie, mereka hanya ada dalam novel-novel fantasi kesayanganmu itu. Mereka Tidak Ada!!."
"Memang itu yang ingin ku ceritakan. Tapi ini asli dan nyata, banyak bukti-bukti dan sumber terpercaya, jika kau ingin menyangkalnya. Jadi, kau benar benar mendengarnya atau tidak ?."
Ana yang didorong rasa penasaran akan hutan di dekat tempat tinggalnya, hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Mungkin ini bisa menjawab mengapa bibinya melarang Ana masuk ke hutan itu.
"Konon katanya, di hutan itu dihuni oleh mahkluk makhluk immortal. Kau tau bangsa Werewolf bukan ?, Mereka nyata, beberapa orang yang berniat memasuki hutan itu, pernah melihat wujud mereka, yang berbeda dari wujud serigala biasanya." Tutur Kenzie berapi-api.
"Kau yakin dengan itu?, Aku masih saja tak percaya."
"Anna, kau ingat berita tentang kematian seseorang dipinggir hutan itu? Dia tewas dengan robekan ditubuh seperti bekas cakaran yang memanjang, dan darah yang mengering. Jikalau, dia tewas diterkam oleh binatang buas, pasti ada bagian dari tubuhnya yang hilang. Tapi, bagian tubuhnya utuh, hanya saja luka cakaran itu, dan darah yang mengering. Belum lagi para aparat kepolisian yang belum juga selesai memecahkan kasus ini."
Ana yang mendengarkan cerita Kenzie, bergidik ngeri, dan lagi-lagi rasa penasarannya meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.
"Kenzie, kau tahu apa yang aku pikirkan saat ini?." Tanya Ana dengan senyum mengerikan, bagi Kenzie.
' Ana dengan rasa penasarannya memang mengerikan. Tuhan, semoga saja aku tidak terlibat dalam rencana gilanya lagi' batin Kenzie memohon.
"Tidak Ana, aku tidak mau mati konyol karena rasa penasaranmu akan hutan itu, aku masih ingin menikah dan mempunyai anak-anak yang lucu. Jika kau ingin kesana, aku peringatkan kau lagi untuk jangan kesana, jika kau ingin umurmu masih panjang dan ingin menikmati hidupmu."
Sedangkan Ana, hanya mendengus akan perkataan Kenzie, tapi sungguh rasa penasaranya meminta untuk segera dipuaskan.
"Ah, baiklah Kenzie, jika kau tidak ingin ikut denganku, aku akan pergi dan mencari tahunya sendiri." Ujar Ana keras kepala.
"Terserahmu Ana, setidaknya aku telah memperingatkanmu. Jika nanti terjadi apa-apa padamu, aku tidak tanggung jawab. Hati hati, terkadang rasa penasaranmu akan menjadi boomerang untukmu. Baiklah, kita akhiri pembicaraan ini, dosen kita sudah datang." Ucap Kenzie, membenarkan posisi duduknya dan kemudian beralih memperhatikan dosennya.
Sedangkan Ana, dia tidak mempedulikan omongan dosen yang sedang berbicara di depan kelasnya, ia hanya memikirkan keputusannya untuk pergi atau tidak. Sejujurnya, dirinya bimbang, disatu sisi, dia takut akan mati konyol karena rasa penasarannya. Disisi lain, ia ingin membuktikan ucapan Kenzie. Dan Ya!!. Ana telah memutuskan.
'Aku sudah memutuskan akan pergi memasuki hutan itu, persetan nanti aku akan mati konyol, rasa penasaran ini sungguh menyiksa!'