pada altar senjakala bisu, degap dada seirama lari kuda yang rindu induknya. merengek-rengek. di bawah rimbunan bunga-bunga kamboja dan sekuntum mawar merah yang utuh, juga beberapa kantong melati yang serupa senyummu. aku menjemput kenangan itu untuk aku bawa pulang. memberinya bingkai indah dan aku pasang di dalam kamar, sambil mengingat tawa ikhlas yang kamu laksanakan selepas dzuhur di bawah dedaun gugur.
selebihnya, prakata hanyalah dendang lagu yang mengharubiru, yang dengan pandai membawa kenangan untuk dijadikan sumber ingatan.
sungguh, semuanya telah tiada. pergi melawan luka dan sakitnya sendiri. perihal sederhana yang dilupakan adalah tawamu. yang terpuruk menunggui datangnya bunga-bunga melati yang di bawa untuk di tabur dengan untaian doa-doa panjang. apa kabar? seruan paling nyaring tanpa sambutan salam dan tawa selamat datang. hanya ada gemrisik ingatan yang menjemput kepergian tanpa rasa iba dan kasih sayang.
alangkah dibunuh aku oleh rasa itu. yang mati bersama tubuhmu yang kaku. yang terkubur dan bercerai denganku. yang telah hilang dan menebar seluruh senyuman kenangan di altar sukma aku atau sesiapa yang mecintaimu.
aku rindu.
langkah berat yang gontai terjebak dersik angin senja berisik. menguliti tubuh melompong tanpa penghuni.ohhh Tuhan …
kehilangan itu nyata, kepergian tanpa prakata, kematian tanpa rencana. dan seluruhnya mati tanpa rasa. meninggalkan jeda dalam detak yang tak lagi sama.-Perempuan aksara-
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG BELUM TUNTAS
Randomsaat dulu kau di dekatku, duniaku penuh warna dan bercahaya. dunia ini terasa bagai sebuah surga. di atas pasir waktu. kau tulis sesuatu seperti namaku lalu pergi meninggalkannya. di manakah dirimu? kisah kita belum tuntas kisah kita belum tuntas ki...