Terik mentari tertutup oleh awan kelabu yang menjatuhkan rintikan hujan hingga membasahi kota Shibuya, Tokyo. Lalu lalang orang berlari mencari tempat untuk berteduh. Sebagian orang menggenggam payung sebagai pelindung hujan. Tiap payung dengan warna dan corak yang berbeda menghiasi kota. Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk kulit, jalanan masih tak kunjung sepi, masih ramai seperti biasanya.
Kaki lelaki dengan mahkota navy berlari kecil untuk mencari pelindungan dari sang hujan pun menginjak wilayah salah satu café yang terletak pada kota Shibuya. Air hujan sudah berhasil membuat basah tubuhnya. Jaket dengan bulu di tudungnya sudah basah, tetapi dia enggan untuk melepas dikarenakan hawa dingin yang menusuk. Dia menoleh ke belakang, mendapati café yang tidak begitu ramai, terlihat orang-orang di dalam sana menikmati secangkir kopi hangat untuk menjaga temperatur tubuh.
Helaan napas lolos dari bibirnya. Dia kembali mengalihkan pandangan ke depan, memperhatikan genangan air di tanah serta rintikan hujan yang menetes. Dingin, mendominasi segala rasa yang ada. Jemari bergerak masuk ke dalam saku jaket, mencoba memberi kehangatan pada tangan. Ingin sekali dia beranjak masuk ke dalam café, tetapi sepeser uang pun dia tidak punya. Menikmati secangkir cokelat panas tak terdengar buruk, namun apa dayanya. Uangnya telah habis digunakannya untuk melakukan kegiatan haram; judi. Dapat dia khayalkan, dia duduk di dalam café dengan secangkir cokelat panas, ruangan yang hangat untuk memberikan temperatur nyaman dibandingkan di luar yang dingin ini. Meskipun dia seorang gembel, dia tidak akan memalak orang untuk keperluan pribadi seperti ini.
Tak lama dia mengkhayal akan kehangatan dalam café, dia mendengar suara bel pintu masuk yang berbunyi. Refleks membuatnya menoleh ke samping, mendapati seorang pria dengan mahkota hitam menatapnya. Ekspresi netral itu menatap ke arah lelaki navy tersebut, membuat pria itu sedikit terdiam. Berpikir akan diusir dari tempat ini.
Apa aku akan diusir? Dude, berperasaanlah sedikit! Aku hanya berteduh!
"Masuklah ke dalam." Suara berat dan penuh ketegasan dari pria mahkota hitam membuat pria navy tersebut membelalak matanya. Ekspresi netral tak kunjung sirna dari pria bermahkota hitam, tanpa ingin menunggu lama pria navy bergerak, dia sudah kembali masuk ke dalam ruangan.
Dengan langkah pelan, pria navy itu beranjak dari posisinya dan melangkah masuk ke dalam café. Beberapa pasang mata tertuju padanya, ada yang menatapnya aneh, ada yang menatapnya seolah-olah mendapatkan bahan cuci mata. Langkahnya berhenti di salah satu bangku yang terletak pada ujung ruangan, menjauhi kerumunan. Dia duduk, melihat ke sana kemari untuk mencari sosok pria bermahkota hitam tadi sampai akhirnya dia menemukan pria itu mengantarkan secangkit kopi padanya. Belum pernah dia pesan atau pun coba, dia disajikan secangkir ...
Harumnya tajam, pikirnya.
... kopi Flat White.
.
Hypnosis Mic © Kings Record; Otomate; Idea factory
Story © Swanrovstte_11
Riddle © Veils_
Hypnosis Mic Project: Coffee; Flat White.
Note: Fanfiksi ini ditulis untuk kesenangan semata. Tidak mempunyai hak milik selain penulisan. Disclaimer tertera di atas dengan jelas.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flat White Coffee: Arisugawa Dice
Fanfiction"Segelas impresi seorang Arisugawa Dice berbentuk kemanisan yang berkumpul dalam harmoni kehidupan, akankah engkau terbiasa dengan rasanya?" Tujuh gelas flat white yang kau sajikan dengan rasa yang berbeda-beda. Semakin hari, kopi yang disajikan sem...