WICAK ; 1998

26 2 0
                                    

Des,1998

Senja kini tak dinantikan lagi,sejak sore kemarin aku terus terusan memandang kaca depan rumahku,Sebuah ilusi seperti roh jahat datang terus terusan menghantui kepalaku,siapa sangka,dia yang dulu ditinggalkan kini kembali hadir,aku takut,perasaan aneh pada bulan Mei lalu, terus terngiang saat ku mendengar bahwa dia akan ikut berpartisipasi dalam hal,yang dianggap penting pada saat itu.

Aku takut,ketakutan ini hanya berbuah sia sia,

dilain sisi hatiku terus terusan bergolak seakan tumbuh dalam jiwa yang sepi ini.

Mei 1998 pukul 06.32 aku pergi menyusuri jalanan yang agak sepi,belum ada kerusuhan,belum ada penyerangan,tapi nanti akan,dengan setengah berlari aku mampir sebentar di warung klontong dekat kampus,teman teman dengan wajah ceria menyambutku dengan hangat,dengan Setengah senyum kubicara "Gak usah ikutan yaa"

"udah jauh jauh,masa gak ikut,wicak aja ikut"kata temanku yang bernama Saraswati.

"wajar,diakan anarkis kaya gitu" jawabku seraya mengeluarkan almamater

"tapikan dia,pacarmu loh"

"terserah,sing penting kita aman,dibelakang saja ya"

"Wicak ing ngarep loo"

"lahh,kata siapa?"aku tersontak

"lah iyo,diakan presiden mahasiswa"

"ngendi dheweke wicak,ras"

Mendengar kata itu aku langsung pergi mencari keberadaan Wicaksana sang Presiden Mahasiswa itu dengan membawa atribut demo aku menyusuri lapangan yang sudah cukup ramai dengan orang orang yang terus terusan mengatakan hak dan kewajiban itu.

"hoy,wis siap"kata seseorang memukul pundakku dengan pelan dari belakang,

Aku berbalik

"EHH,WIS SIAP WIS SIAP"kataku memukul Wicak

"Kamu gausah Anarkis,maju maju kedepan nanti"kataku meneruskan

"Yen sampeyan melarang aku ra melu demo pun,aku ra masalah,mulih kita sekarang"

Jawabnya santai

"yaaa,saya gak larang kamu,tapi nanti biasa aja ya,gakusah nyerang?"

"kalau itu ra janji"

"halah,ra ana guna,ngomong sama kamu,dahh saya mau kesana"kataku seraya meninggalkannya

"hoy,aku ra bakal mati,mung tenang,pasukanku akeh banget"

Katanya menjerit,aku menoleh dan terlihat dia sedang melambaikan tangan tanda 'semangat' aku tak menggubris dan terus jalan menuju warung kelontong untuk mengambil barang barang.

"Acacia,gimana?ketemu?"

"males saya,ngurus wong sing ra pengin di urus"

"kalau ini berhasil,kita bakal masuk sejarah ya ci,kamu sebagai pacarnya patut bangga"kata saras dengan antusias

"iya kalau kita berakhir dengan kemenangan,kalau kita diculik,ditembak dsb,gimana?"

"ra wani,aparat njupuk cah wadon ayu kaya kita hahaha"

Mendengar perkataan Saras,tidak sama sekali mengurangi rasa kecemasan ku tentang kerusuhan yang sebentar lagi akan dimulai.

Krisis ekonomi,politik,sosial dan bahkan budaya yang diwarnai protes besar besaran mahasiswa di hampir seluruh kampus di Indonesia.Nilai tukar rupiah terhadap dollar diluar akal sehat,harga kebutuhan pokok melonjak tajam,itulah sebab para mahasiswa berupaya menuntut pemerintah melakukan Reformasi dengan cara mendesak para petinggi Negara.

Kami yang berasal dari kampus lain ikut berkumpul di halaman trisakti,aku dan saras tetap berpegang teguh untuk tetap dibelakang dengan maksud untuk meramaikan saja,berbeda dengan si anarkis Wicak dengan jubah alamater kebanggaannya dia ikut dibarisan terdepan dan bersorak sorak Reformasi.

Dan terjadilah,empat mahasiswa trisakti tewas ditembak oleh Aparat kepolisian,setelah kejadian itu kerusuhan semakin meluas,

pembakaran,

pembunuhan,

penculikan,

penganiayaan

dan intimidasi

berujung kematian,sekitar 1.190 orang termasuk Wicak telah tewas,wicak tewas karena salah tikam dan tertusuk pisau yang dibawa salah seorang perusuh yang ikut mengobrak abrik pertokoan milik etnis Tionghoa, Tangis duka yang mendalam ikut menyelimuti seluruh mahasiswa,jasad Wicak dan 7 lainnya belum ditemukan,sampai sekarang.Ada yang bilang telah dikubur ada yang bilang dia masih hidup dan sebagainya,hatiku terisak melihat nama yang dipasang dan salah satunya tertera nama Wicaksana Suyatno.

"ci kita pulang aja ya,wis 3 hari kita disini"bisik saras yang memopohku

"kata kaisan,wicak durung mati ras,apa mereka gak bisa bedain mana mahasiswa mana bukan,mereka terus terusan membunuh apa yang ada di hadapan mereka"kataku terisak

"mereka ra duwe hati nurani ci,imane ra kuat,mula kabeh sing bisa kelakon,sabar....semua udah suratan takdir,kamu berdoa aja,muga-muga bukan wicak sing di bunuh,kata kaisan kan wicak isih urip"kata saras menenangkan.

Mendengar perkataan itu aku langsung kembali menuju rumahku,sampai sekarang aku taktau apakah Wicak masih hidup atau telah mati.Kuhabiskan sisa sisa tahun 1998 ini dengan menunggu,menunggu wicak yang ntah kapan pulang atau yang tak akan pulang,sampai saatnya aku mendengar bahwa wicak ditemukan,sore itu aku berdiri depan kaca rumahku,aku mengintip apakah dia akan kembali.

Ketakutan dan kecemasan terus terusan mengelabuhi hati dan pikiranku,dan tiba saatnya pada sore itu,Kaisan dengan motor pesvanya memasuki pekarangan rumahku,aku cepat cepat membuka pintu dan bertanya "San,Wicak beneran?"

"Ayok saya antar kerumahnya",dengan raut sumringah aku naik motor menuju rumah sang President Mahasiswa itu,banyak sekali orang-orang yang terus terusan datang memenuhi halaman rumah Wicak,aku menerobos masuk dan ternyata,benar,dia telah ditemukan dan sekarang ia telah terbaring kaku dan diselimuti kain coklat di ruang tamu rumahnya,kupandangi orang orang sekitar terlihat mereka menangis haru,"Akhirnya wicak ditemukan" dan Kata Akhirnya,akhirnya yang lain,aku tersontak kaget dan benar benar kaget,batinku terisak.Ternyata ini yang dia pilih,memilih ending yang menyedihkan.

******

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WICAK ; 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang