SAHABAT NOMOR SATU

6 2 0
                                    

"Selamat Rena!  Kami bangga padamu!" Pak Hendra menyalami Rena dan bertepuk tangan diikuti teman-teman sekelas.
"Yuhuuu, Rena is the best!"
"Bravo Rena!"
"We love you Rena!"
Tepuk tangan meriah menyambut berita gembira yang disampaikan pak Hendra.  Rena adalah murid kesayangan sekolah ini. Prestasinya luar biasa. Kali ini dia memenangkan lomba Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten.

Aku, dengan terpaksa juga ikut bertepuk tangan. Dadaku bergemuruh melihat teman-teman mengelu-elukannya. Rena yang pintar, Rena yang cantik, Rena yang supel, tidak sombong. Semua predikat yang baik sepertinya melekat padanya.

"Selamat ya Ren," aku menyalami Rena saat ia menuju kursinya, di sebelahku.
"Semua karena bantuanmu Lus.  Makasih ya," ia memelukku dengan hangat. Hatiku berdebar. Ya, beberapa hari menjelang lomba Rena memang rajin belajar di rumahku. Ia memintaku untuk mengajarinya beberapa materi yang ia tidak paham.

Aku merasa ada yang hilang di hatiku. Sisi lain hatiku berkata, "harusnya aku yang berangkat mengikuti olimpiade!" Aku merasa lebih mampu dari Rena. Buktinya ia masih memintaku untuk mengajarinya.

Tapi aku hanya nomor dua. Selalu nomor dua. Dalam hal apapun posisiku selalu berada di bawah Rena. Seperti olimpiade ini. Saat dilakukan tes di tiap kelas, nilaiku berbeda tipis dengan Rena. Akhirnya Rena dengan beberapa teman dari kelas lain mengikuti seleksi tingkat kabupaten. Dan Rena telah membuktikan bahwa ia memang layak menjadi nomor satu.
~~~~~~~
Hari ini aku berangkat dengan tidak semangat. Apalagi jika bukan karena akan bertemu dengan Rena. Entah kenapa aku masih malas. Sampai di sekolah kulihat Rena sudah duduk di kursinya. Hhhh, aku hanya bisa menarik napas panjang. Aku malas berbasa basi dengannya.

"Hai Lusi," sapanya riang.
"Hai juga Ren," agak malas aku menjawab sapanya.
"Kamu kenapa kelihatan tidak semangat? Sakit kah?" tanya Rena sambil memegang dahiku.
"Enggak Ren.  Lagi malas aja nih."
"Semangat donk Lus." Tiba-tiba Rena memelukku.
"Happy Birthday sayang. Semoga tercapai yang dicita-citakan. Trus cepet jadian sama Yoga. Aamiin. Ciee ciee ciee," kata Rena.

Tiba-tiba mataku membasah. Ah Rena, kamu begitu baik. Apa kau tak merasa kalau aku sedang bete denganmu? Kuterima kado dari Rena dengan tersipu-sipu. Apalagi dia menyebut nama Yoga yang memang saat ini sedang pdkt denganku. Rena, kamu memang sahabat terbaikku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAHABAT NOMOR SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang