W.1

126K 7.6K 345
                                    

Holaaa! Temu kangen dulu sama pasangan ini yuk wkwkkw. Cerita tahun 2018. Tersedia di Playstore aja dan akan aku taruh di Karyakarsa juga. Tidak ada tambahan part ya. Tapi nggak tahu kalau nnti khilaf 🤣 happy reading 😘

🌷🌷🌷

Nitya, perempuan dengan tinggi badan 160 senti menghela napasnya lalu mengembuskan dengan kuat untuk menenangkan debaran jantungnya, kala pesawat yang membawa dirinya dari Jakarta mendarat mulus di Bandara Internasional Minangkabau.

Menghirup udara kota Padang sungguh tidak baik baginya, karena memicu jatungnya untuk berdetak lebih kencang dari ritme biasanya. Andai saja organ pemacu darah ini buatan pabrik sudah bisa dipastikan dalam waktu kurang dari satu jam ambrol dari tempatnya menempel. 

Lima tahun, akhirnya dia kembali menjejakkan kaki di kota ini. Andai bisa memilih, Nitya tidak akan menapakkan kakinya di kota ini. Kota yang mengenalkan cinta sekaligus luka padanya. Kota yang berhasil menghancurkan hatinya menjadi butiran pasir yang dihempas ombak.

Sayangnya saat ini Nitya tidak punya pilihan, ketika saudara sekaligus sahabatnya meminta dirinya datang secara paksa ke acara pernikahannya. Ia tak ingin membuatnya sedih, lagipula Nitya juga harus acara reuni SMA diadakan selang dua hari dari pernikahan Mega.

Setelah menimbang-nimbang, Nitya memutuskan masuk ke salah satu stand makanan yang tersedia di bandara itu, untuk mengisi perutnya. Memang terlalu awal untuk makan malam, tapi itu lebih baik daripada telat yang berdampak tidak baik untuk lambungnya. Nitya membawa nampan berisi makanan ke meja kosong dekat dinding kaca, hingga dirinya bisa melihat orang-orang berlalu-lalang.

Nitya makan dengan tenang sampai suara ponselnya menginterupsi makannya. Segera ia mengambil benda itu dengan tangan kirinya. Menggeser ke bawah lingkaran hijau lalu mendekatkan ke telinganya.

"Halo."

"...."

"Iya sudah sampai. Masih makan, bentar lagi kelar. Yang jemput sudah jalan?"

"...."

"Oke."

Setelah menutup sambungan telepon, Nitya melanjutkan makannya. Sekitar lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari stand makanan siap saji tersebut. Melenggang santai ke pintu keluar, sampai di luar mata Nitya disuguhi keangkuhan Bukit Barisan yang menjulang tinggi, rimbun pohon hijau, juga banguna dan ornamen-ornamen khas kota Minang.

Iris wanita berusia 28 tahun itu mencari-cari keberadaan Mega yang akan menjemput dirinya tapi tidak tampak juga. Sebetulnya bisa saja Nitya naik kendaraan yang tersedia di bandara itu, hanya saja Mega bersikeras menyusulnya. Ia coba menghubungi Mega sampai bahunya ditepuk dari samping. Refleks Nitya menoleh, netranya bertemu dengan mata orang yang dikenalnya.

"Mega tidak bisa menjemputmu jadi dia menyuruhku," ucap pria itu dengan wajah tanpa ekspresi. Setelahnya laki-laki itu berbalik badan berjalan ke arah parkiran mobilnya.

Mau tidak mau Nitya mengikuti pria itu di belakangnya. Langkah kecilnya tidak mampu mengimbangi langkah lebar lelaki di depannya, beruntung Nitya hanya membawa tas ransel berisi pakaiannya, hingga tak menyulitkan dirinya untuk berlari kecil.

Matanya menatap lurus punggung lebar berbalut kemeja pas biru, dengan celana bahan hitam menbuat laki-laki itu mempesona. Bukan sekedar pikirannya saja, tapi reaksi wanita-wanita yang dilewatinya cukup ketara.

🌷🌷🌷

Nitya membuang pandangan ke luar jendela memperhatikan jalanan yang mereka lewati. Memaki dalam hati pada Mega yang memaksa untuk menjemputnya dan berakhir dengan pria di sisinya, tahu begitu dirinya tadi naik kendaraan umum saja.

Nitya semakin gelisah, saat keheningan menyelimuti mobil berkapasitas empat orang ini. Tak ada yang memulai obrolan, baik dirinya atau lelaki tersebut. Alunan musik pun tak terdengar, masing-masing larut dalam pikirannya sendiri.

Tanpa sadar Nitya mengembuskan napas yang dia tahan sedari tadi. Berdekatan dengan pria di sampingnya tidak bagus untuk tubuhnya, yang secara otomatis menanggapi tarikan magnetis dari laki-laki itu. Sungguh sial alam bawah sadar Nitya seolah bangkit dari tidurnya hanya berdekatan dengan penguasanya. Raganya masih saja mengenali aroma khas yang terpancar dari tuannya.

Nitya memejamkan matanya, menahan laju kegilaannya untuk menyerah pada daya pikat Auriga. Ya, pria di sampingnya adalah mantan pacarnya. Auriga Narotama Dinendra. Sama seperti dirinya, keluarga Riga panggilan untuk pria itu adalah perantauan dari pulau Jawa yang akhirnya memutuskan menetap di kota ini.

Wajah Nitya bergerak ke arah Auriga saat mobil yang ditumpanginya masuk ke area parkir ke sebuah butik ternama di kota Padang ini.

"Mega memintaku mengambil baju untuk akad nikahnya," tutur Auriga seakan tahu apa yang akan Nitya tanyakan. Auriga melepas seatbelt yang menahan tubuhnya lalu keluar dari mobil.

Anggukan kecil Nitya tidak berdampak apa pun sebab Auriga sudah keluar lebih dulu. Lagi, perempuan itu mengembuskan napas lega saat dirinya terbebas dari lelaki itu walaupun sejenak. Aroma memabukkan dari parfum milik Auriga memenuhi mobil dan meninggalkan jejak sang pemilik.

"Masih sama," monolog Nitya pelan.

🌷🌷🌷

Mobil suv hitam Auriga berhenti di rumah lantai dua berukuran sedang dengan tenda terpasang di halaman rumah. Tampak perempuan bertubuh semampai menunggu mereka.

"Terima kasih." Nitya segera membuka pintu mobil tanpa menunggu jawaban Auriga.

Auriga mengikuti Nitya turun dari mobil, kemudian menghampiri Mega dan memberikan paper bag di tangannya. Calon istri dari sepupunya itu tersenyum lebar membuat lesung pipi Mega terlihat.

"Makasih, Ga,"

"Oke. Aku balik dulu," pamit Auriga.

Mega mencekal tangan Auriga lalu melepasnya saat pria itu berhenti melangkah. "Masuk dulu, Ga. Udah ditunggu Mama di dalam."

Auriga tidak langsung menjawab, matanya menatap lekat pada wanita di samping Mega. Nitya yang merasa diperhatikan jadi tidak nyaman.

"Me, aku masuk dulu. Gerah mau mandi," ucapnya yang dijawab anggukan Mega.

Auriga masih menatap lurus pada tubuh Nitya yang mulai hilang dibalik tembok.

"Masih cinta?" Mega melemparkan pertanyaan yang dari tadi ditahannya.

"Aku balik dulu. Nitip salam aja sama tante."

"Kejar selagi ada kesempatan, Ga." Mega menyuarakan pikirannya.

Auriga menatap tajam Mega. Rahangnya mengetat, tatapannya semakin berkilat. "Aku pergi." Laki-laki itu melangkahkan kakinya menjauh dari Mega.

"Ini kesempatanmu, Ga!" Teriak Mega keras.

Pria dengan tinggi 185 itu terus berjalan menghiraukan teriakan Mega. Auriga tidak ingin berpikir apa-apa. Bertemu dengan Nitya cukup untuk membuka kebenciannya.

🌷🌷🌷

(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥

🎉 Kamu telah selesai membaca When I Met You REPOST (TERBIT DAN TERSEDIA DI PLAYSTORE, Karyakarsa) 🎉
When I Met You REPOST (TERBIT DAN TERSEDIA DI PLAYSTORE, Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang