Anna suka sunyi.
Baginya saat-saat hening membelenggu, adalah detik terbaik yang pernah Anna temui di semesta ini.
Ketika seluruh alam seolah di bungkam rapat, derit-derit bunyi di kunci kuat, pun orang-orang menghilang dari muka bumi. Menyisakan dirinya di sana sendiri.
Bagi Anna rasanya menyenangkan, ketika tidak perlu susah-susah mempelajari seseorang hanya agar Anna tahu bagaimana cara bersikap yang benar di hadapan orang itu. Ketika tidak perlu menjadi palsu hanya untuk menjadikan Anna layaknya manusia sempurna. Ketika tidak perlu cemas perihal etika duduk dan memegang sendok garpu adalah suatu yang krusial. Ketika tidak perlu menahan nyeri pada tungkai kaki sebab stiletto yang kelewat tinggi. Ketika tidak perlu merasai pegal pada tulang pipi karena senyum yang terlalu lama.
Bagi Anna detik ketika ia tidak berinteraksi dengan orang lain adalah satu-satunya hal terbaik di muka bumi yang sempat ia temui.
Maka, begitu pintu tertutup menjadikan sekat pemisah antara dirinya dan orang-orang mewah di dalam sana, segera topeng itu di hempas mengenaskan.
Lengkung kurva cantik mengendur kilat. Sorot netra halus meredup. Sepatu berkaki tinggi di lempar. Jari lentik menyelipkan batang tembakau yang tersembunyi di balik gaun glamournya pada bibir yang berpulas lipstick merah mahalnya.
Beberapa detik bergeming, seketika satu suara tepukan pada dahi sendiri memecah sunyi. Anna berdecak.
Bagaimana mungkin ia bisa lupa jika sebatang rokok pun membutuhkan pematik untuk hidup.
Maka yang hanya Anna butuhkan adalah waktu sendiri untuk memastikan bahwa ia masih tidak kehilangan diri.
Anna menyandar punggung pada tembok dingin di belakangnya. Matanya naik menjelajah angkasa kelam yang kosong. Hanya ada warna sepekat arang sejauh ia memandang. Hela napasnya yang teratur menjadi satu-satunya gema yang ada. Semilir angin, sentuhan malam. Hening. Sunyi. Tenang.
Anna suka.
Teramat suka.
Ini adalah apa yang ia butuhkan untuk tidak menjadi gila. Sebab dunianya sudah terlalu bising dengan kemewahan omong kosong serta puja puji palsu atas dirinya. Juga—
Klik
Suara menginterupsi. Pelan, akan tetapi keadaan yang hening membuatnya terasa menyeruak masuk memenuhi rungu.
Antesi di tarik seperti magnet. Api kebiruan menyala-nyala memenuhi pandangannya. Sebuah pematik yang genggam tepat di hadapan.
Maka Anna mengernyit, menemukan pemuda yang tersenyum tipis. Merusak kesendiriannya. Menghancurkan hening yang tengah ia nikmati.
"Mau menikmati rokok bersama-sama?"
Anna baru saja tahu bahwa ada yang lebih dalam dari lautan biru di tengah samudera.
—KimyPurple—
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL (Taehyung)
FanfictionEthereal; bagaikan sebuah cahaya halus yang bukan bagian dari dunia ini (surga). Anna memuja sunyi lebih dari yang siapapun dapat, akan tetapi Kim Taehyung membuat dunia Anna berantakan. "Jujur pada ku, Kim." "Apa?" "Kau malaikat 'kan? Mengaku saja...