Beach

1 1 0
                                    

Yeza mahreinza

Angin laut menerpa tubuhku,  hijab yang ku kenakan ikut bergerak mengikuti angin.

Ombak kecil sesekali menyentuh kakiku yang telanjang tanpa alas kaki.

"Yeza! Siniii deh." Tiara memanggilku.

"Apa?" Tanyaku sambil berjalan kearahnya.

"Foto bareng yuuu."

"Dikira mau apa. Ajak yang lain dong."

Tiara mulai memanggil teman-temanku dan kamipun foto bersama.

Selama tiga hari aku menginap di sebuah villa dekat pantai bersama beberapa teman sesekolah dalam rangka mengikuti lomba OSN tingkat provinsi, tepatnya di pantai Geopark-Ciletuh, Pelabuhan Ratu.

Aku dipilih untuk mengikuti OSN Biologi sebagai perwakilan sekolah di tingkat provinsi.

Olimpiade Biologi tingkat provinsi telah selesai. waktu kami menginap di villa tinggal satu hari lagi. semua temanku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk berlibur bersama.

Kami terdiri dari 8 siswa, 3 orang perempuan dan 5 orang laki-laki yang   mewakili setiap mata pelajaran.

Hamparan pasir putih membentang sepanjang pantai. air laut yang biru tak hentinya menghampiriku yang tengah asyik berdiri memandangi pantai, cuaca amat cerah, matahari bersinar terik dan langit berwarna biru.

Semua temanku menyelam ke dalam sedangkan aku hanya berselonjor di kursi pantai  sambil menikmati air kelapa muda yang segar.

Sesekali aku membenarkan letak topi bundar yang ku pakai setengah memejamkan mata karena silau oleh terpaan sinar mentari.

Seseorang menyodorkan kacamata hitam padaku. Aku kaget sejak kapan dia ada di sini.

"Terima kasih Amran, kamu gak nyelam bareng yang lain? " Tanyaku.

"Enggak lagi males. " jawabnya.

"kamu sendiri?"

"Eeee aku gak bisa nyelam. "

Jawab ku jujur karena aku emang gak bisa nyelam dengan balutan hijabku.

Amran Parkers, peserta olimpiade komputer  yang mewakili sekolah.

Dia laki-laki miskin ekspresi yang jarang bersosial. Wajahnya datar dengan kulit putih khas darah campuran antara Asia dan Eropa.

Dia ikut duduk di kursi sebelah ku dan mulai memainkan kameranya.

"Boleh tuh." Kataku.

"Apa?"

"Fotoin aku sama kameramu dari pada gak ada kegiatan." Usulku.

"Mulai dari mana." Tanyanya.

Aku bangkit menuju tepian pantai dan mulai memasang gaya. Gaya yang kalem gak jingkrak-jingkrak kaya Tiara atau Elsa.

"Oke siap." Dia mulai memotretku.

Aku beberapa kali berganti gaya dan posisi.

"Gimana hasilnya?" Tanyaku.

"Bagus."

Aku langsung meraih kameranya. 

"Nanti kirim ke aku yaa. " kataku sambil tersenyum.

***

Panorama sore di pantai Geopark Ciletuh memang sangat indah, semburat jingga membentang diangkasa di iringi sekelebat kumpulan burung camar dan buritan yang  menembus ombak malam.

Sungguh fenomena sunset yang sangat luar biasa.

Selesai menikmati sunset kamipun kembali menuju Villa. Di perjalanan pulang Handphone ku tertinggal di kursi pantai.

Perlahan mentari mulai lenyap menyisakan malam yang gelap.

"Tiara Handphone ku ketinggalan, antar aku mengambilnya ya. "

"Ya ampun kamu nyimpennya dimana jangan sampai hilang."

Aku dan Tiara kembali ke tempat semula. tapi ponsel ku tak ada di atas kursi, kamipun mencarinya.

Tiara beberapa kali memiscall nomorku. Di tengah pencarian aku menemukan sesuatu yang berpendar di atas pasir.

Berwarna biru memantulkan cahaya bulan. akupun memungutnya.

Apa ini seperti batu mulia?

Ketika ku pegang batu mulia itu mengeluarkan seberkas sinar redup, aku takjub melihatnya.

"Yez aku nemuin ponsel kamu."

"Alhamdulillah, kamu nemuinnya dimana?"

"Pas di miscall  dan aku cari ternyata ada di bawah kursi, kamu ceroboh sih."

"Yaya Makasih ya. "

.
.
.
.
.

☆☆Maaf ya kalo masih banyak yang salah baik dari penulisannya maupun jalan ceritanya yang kurang menarik. karena saya dalam tahap belajar...☆☆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 BRAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang