"Tae hyung, tolong katakan pada Jin hyung untuk menemuiku di Golden Closet. Dia harus melihat preview video yang ia request kemarin." Jungkook masih sibuk dengan monitor di depannya. Taehyung memeluknya dari belakang menghirup aroma Jungkook di ceruk lehernya dan menggigit telinganya sebelum keluar.
"Oke, jangan memaksakan diri, istirahatlah, hubungi aku jika kau memerlukan sesuatu." Taehyung mengecup lehernya singkat, membuat lelaki itu terpaksa menunjukkan bunny teeth nya karena tak tahan atas perlakukan Taehyung.
"Aku tahu. Justru kau yang jangan memaksakan diri, matamu merah, kau mengantuk berat. Setelah dari sini segeralah tidur, akan kukatakan pada Namjoon hyung agar memarahimu jika kau malah bermain game di kamar." Ia memutar kursinya dan menarik Taehyung agar duduk di pangkuannya.
"Wae?" Taehyung menyamankan duduknya diatas paha berotot milik Jungkook.
"Ingat sudah berapa kali kau mengingkari janjimu, hyung?" Jungkook meletakkan tangannya di pinggang Taehyung, menatapnya lurus di mata coklatnya. Taehyung hanya mengernyit.
"Janji?"
Jungkook mengangguk.
"Yang mana?"
"Haruskah kuceritakan dari awal?" Jungkook menyandarkan punggungnya, tangannya sedikit meremas pinggang hyung nya karena gemas yang dibalas pukulan dada oleh Taehyung.
"Baiklah," yang lebih muda menghela nafas dalam dan melanjutkan omongannya "2013, setelah kita rapat dengan Bang PD nim, aku mengatakan bahwa aku menyukaimu, dalam artian yang lebih privat. Lalu kau mengatakan bahwa aku masih bocah, aku bahkan belum SMA. Kau menertawakanku," Jungkook tersenyum, salah satu tangannya mengelus pipi Taehyung yang memerah "Lalu aku mengatakan padamu bahwa aku akan belajar dengan giat, kecuali pada matematika. Aku akan lulus SMA, dan kembali menagih janjimu."
"Tunggu, Kook.. " belum selesai berbicara, telunjuk Jungkook sudah berada didepan bibir Taehyung. Ia memutuskan untuk diam dan kembali mendengarkan.
"Lalu saat hari kelulusanku, aku kembali menyatakan perasaanku padamu sebelum menemui orangtuaku. Kau diam, tidak berkomentar apapun dan membuatku hancur. Bahkan kau tidak mau menatap mataku setelah wisuda ku selesai. Setelah hyung lain berpisah, aku kau dan Jimin hyung menuju restoran dengan mobil yang sama. Saat itu masih awkward sekali hingga kau memutuskan untuk duduk seorang diri di kursi belakang. Dan saat Jimin hyung merekam dirinya sendiri, kau tiba-tiba maju dan mencium keningku," Jungkook terkekeh masih sambil menatap mata Taehyung dalam "sebelum kesempatan itu lewat, aku menarik tengkukmu dan mengecupmu tepat di bibir. Kau membeku waktu itu, lucu sekali haha." Ia tertawa lebar, sementara Taehyung semakin merona mengingat moment itu.
"Lalu?" Cicitan Taehyung lirih, namun Jungkook mendengarnya dengan jelas.
"Tapi saat itu aku tidak memaksamu. Aku mulai mengerti, bahwa kau juga mencintaiku walau kau sendiri susah untuk mengatakannya. Kau lebih pemalu dariku hyung dalam urusan ini."
Taehyung menunduk, menyembunyikan wajahnya yang panas. Jungkook meraih wajahnya, kembali menatap matanya.
"Hyung, aku bahkan sudah bukan murid SMA sejak bertahun-tahun lalu. Bukankah seharusnya aku mendapatkan hak ku? Menagih janjimu? Aku sekarang bahkan dengan mudah menggendongmu, menjadi sandaranmu, mendengarkan keluh kesahmu.." ucapan Jungkook belum selesai saat Taehyung mengecupnya tepat di bibir. Matanya terpejam, seolah menikmati sentuhan hangat itu, secara reflek mengalungkan tangan dileher yang lebih muda. Ah, mana mungkin Jungkook sia-siakan. Ia juga menutup matanya, meletakkan tangan di pinggang Taehyung lalu naik untuk mengelus punggungnya. Lidahnya menerobos bibir Taehyung, membuat hyungnya melenguh dan membukanya semakin lebar. Memberikan akses untuk mengeksplorasi lebih dalam. Taehyung meremas rambut Jungkook, membuat rambut merahnya berantakan.
"Mmmh..." Taehyung memukul dada Jungkook dan sedikit mendorongnya. Oksigennya menipis,dadanya kembang kempis. Setelah ciuman itu terlepas, Taehyung bernapas dengan rakus. Jungkook mengusap keringat di pelipisnya lalu menyisipkan tangannya di area rambut merah jambu Taehyung. Ia tersenyum.
"Apa kau bodoh?" tanya Taehyung dengan raut kecewa.
"Ha?"
"Apakah kau berpikir bahwa aku bersedia dicium orang sembarangan?"
Jungkook menggeleng "bukan itu maksudku."
"Aku bahkan tersenyum setelah kau menciumku di hari kelulusanmu. Aku memang tidak mengatakan apapun dan malah kau yang menasehati ku masalah makan." Taehyung menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
"Hyung.. "
"Diam, sekarang giliranku Jeon."
Jungkook hanya menghela nafas kasar dan mengusap air mata di pipi hyung nya.
"Aku hanya.. tidak tau bagaimana harus mengatakannya. Semua simulasi yang sudah ada dikepalaku mendadak hilang. Aku hanya terlalu malu mengucapkannya.. " air matanya semakin deras. Membuat Jungkook tak tega dan menariknya kedalam sebuah pelukan hangat.
"Jadi, apakah kau mau mendengarkanku sekarang? "
Taehyung mengangguk dan menetapkan posisi duduknya agar bisa manatap mata Jungkook.
"Aku mencintaimu hyung, maukah kau jadi pacarku?" ia tersenyum "ah lebih tepatnya, menepati janjimu?"
Taehyung tersenyum, pipinya naik hingga matanya yang basah itu menyipit. Senyum kotaknya seolah membawa angin segar bagi Jungkook. Namun selanjutnya malah membuatnya tersenyum kecut dan menelan ludah. Taehyungnya menggeleng, masih dengan senyumannya.
"Tidak Jungkook.. " ia masih tersenyum, "tidak mungkin aku bisa menolaknya."
Seketika hati Jungkook serasa berlubang, angin di dadanya terasa dingin sekali. Seolah berhasil melewati ujian dadakan dengan selamat. Ia memeluk hyungnya erat, Taehyung terkekeh.
"Aku juga cinta, Jeon. Cinta sekali."
"Lalu... "
"Hm?"
"Apakah sekarang kau masih mengantuk, hyung?"
"Yak Jeon Jungkook! Gara-gara siapa hah?" Taehyung memukul dada Jungkook main-main yang hanya dibalas tawa.
FIN