Prolog

96 9 1
                                    

"Ngapain kamu kesini? Pergi kamu, manusia aneh!"

"Iya, untuk apa kamu kesini? Kamu itu, manusia aneh!"

"Pergi kamu, manusia aneh!"

"Pergi! Kalau perlu pindah dari perumahan ini!"

Seorang anak kecil perempuan yang memiliki rambut panjang coklat yang bergelombang indah, dan berwajah cantik yang seperi barbie berdiri di tengah-tengah kerumunan anak kecil seumurannya yang sedang memaki dirinya sedang memeluk boneka kucing kesayangannya. Matanya menatap bingung pada teman-temannya, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan teman-temannya itu.

"Kami tidak mau berteman dengan manusia aneh sepertimu!" salah satu dari kerumunan itu mendorong anak kecil itu hingga terjatuh.

"Ta..tapi kenapa? Apa salahku?" tanya anak kecil itu menunduk sedih. Tangannya semakin erat memeluk bonekanya.

"Kami tidak ingin ikut aneh sepertimu, berbicara sendirian, dan selalu saja membaca pikiran kami. Tingkahmu itu sangat aneh! Salahmu itu hidup didunia ini! Tidak akan ada orang yang mau berteman denganmu, kujamin itu! Dasar manusia aneh!" balas salah satu dari kerumunan itu dengan matanya yang menatap penuh benci pada anak kecil tersebut.

Anak kecil itu—Juliet—tersentak mendengar tiga kalimat terakhir anak itu, sontak mendongak menatap temannya tersebut, "Apakah aku tidak dibolehkan hidup di dunia ini? Tidak ada yang mau berteman denganku? Aku manusia aneh? Benarkah itu?" tanyanya polos.

Mereka semua mengangguk meng-iyakan. "Itu benar!"

"Kamu tidak pantas hidup didunia ini!"

"Tidak akan ada yang mau berteman denganmu, manusia aneh!"

"Kamu memang manusia aneh! Pergi sana!"

"Iya, pergi sana! Kami tidak mau berteman denganmu! Tidak akan pernah!!"

Juliet kembali tersentak mendengar semua jeritan mereka, dia bangkit dari duduknya dan menutup telinganya rapat-rapat.

"Aku pantas hidup! Aku akan mendapat teman! Aku tidak aneh!" air matanya menorobos bebas di kedua pipinya yang kemerah-merahan. Isak tangisnya terdengar membuat teman-temannya terdiam, namun setelah itu semakin mengolok-olok dirinya.

"Tidak! Kamu tidak pantas hidup!"

"Kamu tidak akan mendapatkan teman!"

"Kamu manusia aneh! Dasar aneh!"

"Aneh! Aneh!"

"Aneh! Aneh!"

"Aneh!"

"Aneh!"

Juliet semakin tak kuat mendengar semua olokkan teman-temannya, dan memilih berlari kencang menuju rumahnya. Dia pikir dengan dia yang menangis, teman-temannya akan berhenti memarahinya seperti ayahnya, tetapi ternyata tidak sama. Mereka semakin mengolok dirinya. Sekarang ia mengerti menangis itu tidak berguna! Menangis itu semakin membuat semua orang semakkin bersemangat mengoloknya!

Aneh! Aneh! Aneh! Aneh!

"Aku tidak aneh! Aku tidak aneh!!" Juliet lebih mengencangkan larinya sembari air mata yang mengalir deras.

Aku tidak aneh! Aku tidak aneh!

Juliet membuka gerbang rumahnya dengan kasar, lalu kembali menutupnya dengan susah payah, karena tangannya yang masih mungil. Kemudian, membuka pintu rumahnya dengan kasar.

"IBU! IBU!!"

Dina—Ibu Juliet—yang sedang memasak makan siang di dapur menjadi tersentak, sontak berlari panik ketika mendengar panggilan anak semata wayangnya, dan terkejut melihat penampilan Juliet yang kucel dan kotor.

Temanku itu HANTU[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang