This,

26 0 0
                                    

Apa kau pernah merasakan hal yang disebut 'jatuh cinta'?

Ah tidak, pertanyaan itu terlalu mainstream untuk diucapkan kepada orang sepertiku. Mungkin pertanyaan yang lebih tepat dan jelasnya adalah.

Apa kau pernah menyukai seseorang namun hanya dapat menatapnya dari belakang?

Ya, saat ini pandanganku hanya terpusat pada satu kisaran pasti. Tampak belakang pria itu benar-benar membuatku terpikat. Entah 10 detik atau lebih, aku bahkan tak bisa mengalihkan pandanganku terhadap pria itu. Bidang. Ya, laki-laki yang sedang menuju kedewasaannya itu benar-benar pesat sekali perubahannya. Aku bisa saja terus menatap punggung indah itu selama 10 menit. Hanya saja, yang kutahu untuk pastinya, ia tak akan pernah menoleh kepadaku. Menatap wajahku walau hanya untuk 2 detik saja.

Seperti itu kehidupanku, hanya menatapnya dari belakang. Seperti berlari dalam suatu track dan lagi, aku menjadi nomor 2, dan ia sendiri sudah menduduki posisi pertama. Kemudian terus berlari dan terus mencoba untuk mendahuluinya atau bahkan menduduki posisi yang sama dengannya. Namun, aku terjebak dalam posisi dan jarak yang sama seperti biasanya. Tak henti-hentinya mengelilingi arena kosong itu. Hanya aku dan dia.

Mungkin begini rasanya bila jatuh cinta. Tapi aku merasa kesepian. Entahlah, mungkin karena dunia milikku saat ini hanya terisi olehku dan dia. Hanya dia seorang di dunia milkku. Bukan yang lain.

Bahkan suasana ramai pun dapat terdengar begitu halus dan tenang di telingaku. Selama aku menatapnya walau hanya bagian belakang saja, aku merasa seperti angin kecil itu bahkan berhenti sejenak untuk mengunjungiku. Seperti ada lahan luas yang membuatku tersenyum karena dunia itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Jernih. Seperti air yang belum tercemar oleh kotoran-kotoran asing. Sejuk, sangat sejuk. Indah, juga memukau.

Aku sudah memperhatikannya sejak 5 tahun lalu. Saat itu aku masih kecil, bahkan aku belum mengenal dunia luar yang selalu terbilang 'kejam' itu. Ia yang sudah memikat mataku dengan segala tingkahnya yang heboh dan sikapnya yang ramah itu, sama sekali tak samar dari pikiranku. Aku tahu, sejak saat itu, mimpi-mimpi di setiap malamku hanya bercerita tentangnya. Tentang khayalanku, tentang dirinya yang selalu tersenyum itu.

Dan seperti hari-hari biasanya, hari ini pun aku masih tersenyum menatap punggungnya yang tajam akan lengkungan itu, ia menumpu kepalanya ke tangan besarnya. Manis sekali gayanya. Aku bahkan sepertinya akan terus menatapnya dengan senyum sampai akhir pelajaran ini.

Sudah sirna harapanku untuknya menatapku dengan matanya sendiri. Menggenggam tanganku seperti bagian dari cerita dalam mimpi-omong-kosongku itu. Laki-laki itu, sampai saat ini pun aku tak pernah bosan untuk menatapnya. Menunggunya untuk berhenti berlari, dan menatapku. Tidak lagi meninggalkanku.

Sesekali nafas panjang keluar dari mulutku. Rasanya melelahkan, menunggunya untuk berbalik, itu saja. Andai saja mimpi-mimpiku itu adalah kenyataan, dan kenyataan ini hanya mimpi belaka. Jika begitu, apa artinya aku memang menyukainya? Bahkan ketika dunia berputar, namun terbalik, aku masih dapat merasakan getaran itu di dadaku. Seperti ada guncangan dari dalam diri yang menuntutku untuk berteriak. Untuk mengingatnya di setiap gerakanku.

Aku masih menatap rambut kecoklatan yang tersinari matahaari pagi itu. Bayangannya indah. Segala bentuk dan rupa pria ini terlihat begitu sempurna. Ah, kini kepala itu menoleh. Entah kanan atau kiri, aku tak dapat lagi berpikir. Selain menatap makhluk sempurna itu, aku tak dapat melakukan apapun. Ia menoleh.

Kepadaku.

"Hei," suara berat itu memenuhi telingaku. Bagaikan harpa yang sedang dimainkan lembut oleh jari-jari lentik milik seorang gadis. Mulutnya bergerak pelan. Ini pertama kalinya aku melihatnya dalam jarak yang begitu dekat. Kepada siapa ia berbicara sebenarnya?

Aku menoleh ke belakang untuk mencari-cari orang yang sedang ditatapnya. Dibelakangku, aku ingat ia adalah seorang teman baik dari pria di depanku ini. Mungkin, ia sudah bosan akan pelajaran dan ingin mengajaknya bicara.

"Hei, aku bicara kepadamu!" ia menangkap salah satu tanganku yang tergeletak begitu saja di atas meja. Ia menyentuh tanganku begitu saja. Tanpa sedikitpun rasa risih. Hanya untuk tujuan membangunkanku dari khayalan milikku sendiri.

"E..Eh? Eh? Eh? A.. A.. Aku? Un.. Untuk apa? Eh ? Eh kenapa tiba-tiba?" tidak bisa dipungkiri lagi, aku begitu gugup untuk menghadapinya. Setelah 5 tahun aku memandangnya begitu saja, ini pertama kalinya ia berbicara kepadaku. Ia tersenyum kecil. Senyum yang biasanya hanya dapat kulihat dari jarak tertentu itu, kini aku dapat melihatnya sangat dekat dari tatapanku.

"Dari tadi guru itu terus memanggilmu." ia mengangkat tangannya utuk menunjuk seorang guru yang sudah menatapku. Begitu aku mengangkat kepalaku, aku sadar, seisi kelas sudah memasang matanya padaku. Aku sama sekali tak terusik oleh tatapan mereka. Karena sedari tadi, yang kulihat hanyalah punggung indah milik pria yang sedang berbicara padaku ini.

Aku menunduk pelan. Jantungku berdegup lebih cepat daripada sebelumnya. Tampaknya aliran darah terus saja mengalir ke atas. Bagaimana hal itu tidak membuat badanku panas? Terutama wajahku ini. Aku sama sekali tak dapat berkata apa-apa lagi. Walaupun awalnya aku berharap untuknya berkata hal selain hal ini, namun kenyataan memang tak seindah pikiran ini. Aku merasakkan seluruh pikiraku sudah mencapai puncak-puncak tertentu di benakku. Ah, lelah sekali. Aku merasa pusing.

"Haha, dasar bodoh." pria itu memukul pelan kepalaku. Walaupun hal ini bisa dikatakan pukulan, namun lembut tangannya itu terasa seperti ia sedang mengelus kepalaku. Lagi-lagi aku hanya dapat terdiam sendiri. Begitu kuimpikan hal seperti ini untuk terjadi. Selama 5 tahun ini aku terus menatap punggungnya. Berada dalam posisi yang sama untuk menunggunya berhenti dan berbalik. Jika inilah waktunya, maka tak sia sia aku menatap punggungnya selama ini.

Jika ini waktunya, kumohon berikanlah aku kesempatan untuk menatapmu lebih dalam lagi. Kumohon, berikan aku keberanian untuk berbicara padamu. Untuk menjadikan mimpi-mimpiku itu sebuah kenyataan.

Lalu, apakah ini waktumu untuk berbalik padaku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang