Ketukan di jendela

134 13 7
                                    

- Tok ... tok ... tok, aku menunggumu untuk bermain bersamaku! -

Jam 12.00

"Dingin banget ya kak malem ini." Ucap adikku Lina, tadi malam dia mengetuk pintu kamarku, dengan alasan ingin tidur bersama.

"Kamu gak tidur?" tanya ku.

"Aku takut, rumahnya serem." Ucapnya sedikit cadel. Lina menutup wajahnya dengan bantal.

"Kamu kenapa? Mengapa menutup wajahmu?"

"Di sana! Ada gadis kecil kak, wajahnya seram kak. Matanya yang satu keluar ... aku takut!"

Aku meneguk salivaku, adikku ternyata juga melihatnya. Melihat seorang gadis kecil yang tengah berdiri menghadap ke arah kami.

"Nggak ada apa-apa kok. Kamu cuman berhalusinasi." Aku mencoba untuk membuat adikku tidak takut dengannya. "Lebih baik kamu tidur ya! Tutup matamu, dan besok pagi kau tidak akan melihatnya lagi."

Setelah melihat adikku terlelap, aku mencoba untuk menutup mataku, membolak-balikan badanku diatas ranjang dan mencoba mencari posisi yang enak untuk tertidur.

Tubuhku sudah sangat lelah, sedari tadi pagi aku harus membantu ibuku membereskan barang-barang apa saja yang harus dibawa untuk pindahan hari ini. Namun, entah mengapa sulit sekali untuk tertidur malam ini. Kamar ini terlalu gelap, tak ada pencahayaan apapun. Dan aku, Alissa anak indigo yang tak terbiasa tidur dalam kegelapan.

Detik demi detik berlalu, akhirnya tubuhku bisa terlelap. Sama seperti malam lainnya, aku hanya perlu memejamkan mata dan menunggu pagi datang. Namun, seketika semuanya lenyap setelah aku mendengar bunyi itu dalam kesunyian malam. Bunyi yang selalu bisa membuatku terbangun di malam hari.

Tok ... tok ... tok

Jelas, sangat jelas bunyi itu datang dari arah jendela. Siapa yang malam-malam begini bertamu, dan mengapa harus lewat jendela? Mungkinkah hanya orang iseng ... fokus Alissa, berpikirlah positif! Mungkin itu adalah bunyi ranting yang tertiup angin dan mengenai jendela kamar.

Aku mencoba kembali tertidur, memejamkan kedua mataku. Namun, bunyi itu kembali terdengar. Aku mencoba fokus dan mencoba berpikir logis "mereka di luar, aku di dalam. Selama mereka tak mengeluarkan suara aneh lainnya. Aku aman! Aku aman!"

Tok ... tok ... tok

PRAK.

Tiba-tiba saja, lampu meja yang ku letakan diatas meja jatuh. Mungkinkah angin, argghhh. Aku sudah terlalu banyak menerima gangguan seperti ini sejak diriku kecil. Aku bisa gila jika tidak melihatnya, dia akan tetap menggangguku jika aku tak berusaha menoleh ke arahnya.

Aku menarik napasku dalam-dalam, mencoba menoleh dengan perlahan ke arah jendela.

Jantungku terasa berhenti berdetak dan aku terlalu takut untuk berteriak. Aku tak bisa tidur hanya karena dia, sosok pucat dan mata hitam kelam yang tersenyum menyeringai ke arahku.

========

Tak seharusnya dia hadir dalam setiap mimpi-mimpiku!

RizalIjank

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NILAM, 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang