NASIHAT UNTUK MIKHA

0 1 0
                                    


Chika dan Mikha sedang bersiap untuk pergi ke sekolah masing-masing. Mikha masuk ke kamar dengan membawa sesuatu berwarna merah muda di tangannya, sedangkan Chika terlihat kebingungan dari teras rumah mereka.

“Bun, kaos kaki Kakak yang di kursi depan mana ya?” tanya Chika pada Bunda.

“Bunda belum ke depan sayang, coba cari dulu. Mungkin kamu lupa menaruhnya,” kata Bunda.

“Tadi Kakak mau pakai terus perut Kakak berasa mulas, jadi kaos kaki merah mudanya Kakak taruh di kursi depan. Eh pas balik dari toilet sudah nggak ada.” Chika menjelaskan. Matanya mengelilingi ruang tengah sampai tertuju pada sepasang kaki yang sudah mengenakan apa yang dicarinya.

“Ade, itu kan kaos kaki yang mau Kakak pakai,” kata Chika pada Mikha.

“Aku mau pakai yang ini,” ucap Mikha.

“Tapi kan itu kaos kaki Kakak, De,” jelas Chika. Namun sang adik tetap menolak untuk melepas kaos kaki yang telah dipakainya. Malah dia marah ketika Chika mengatakan kalau kaos kaki itu kebesaran untuknya.

“Sudah, sudah. Kakak kan bisa pakai kaos kaki yang lain,” saran Bunda pada Chika.

Rupanya sejak bangun tidur, Mikha memang sudah tidak enak hati. Hal kecil apapun dijadikan alasan untuk marah. Bunda pun mengingatkan agar Mikha lebih sabar dan mau untuk tersenyum.

***

Di sekolah, Mikha yang masih belajar di Taman Kanak-Kanak menghabiskan waktu istirahatnya untuk bermain bersama teman-temannya. Namun belum lama mereka bermain, terjadi keributan karena salah satu temannya yang sedang berlari menabrak tubuh Mikha yang berdiri di pintu kelas. Bu guru yang memperhatikan sejak keluar kelas akhirnya menghampiri mereka.

“Mikha,” panggil Bu Melati sambil menyentuh pundaknya. Kemudian bertanya, “maukah Mikha mendengar sebuah nasihat dari Rasulullah?”

Meski tetap cemberut Mikha pun mengangguk dan teman-temannya juga turut memperhatikan guru mereka.  

“Laa taghdob walakal jannah. Janganlah kamu marah, maka pahala bagimu surga.” Bu Melati mengucapkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dan meminta murid-muridnya mengulang kalimat tersebut.

“Mikha mengerti kan, Sayang?” tanya Bu Melati. Kemudian meminta kedua muridnya untuk saling memaafkan, “ayo, sekarang kalian berbaikan ya!”

Setelah anak-anak tenang dan kembali bermain bersama, Bu Melati pun mengajak mereka untuk masuk kelas dan bersiap pulang ke rumah masing-masing. Hati Mikha pun kembali ceria.

SELESAI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nasihat Untuk MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang