"DUNCAN..."
Duncan mencelikkan matanya. Dia segera duduk sambil mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Setahun sudah berlalu dan kini tiba-tiba suara itu kembali menerjah di ruang benaknya. Duncan menghela nafas panjang sebelum memejamkan mata untuk berhubung dengan suara tersebut.
"Saya gembira kau masih ingat saya, Duncan..."
"Ya, Aurora. Mana mungkin saya boleh lupa apa yang sudah berlaku sebelum ini. Kau juga sebahagian dari keluarga kami, Aurora."
"Saya datang untuk bagi amaran..."
"Amaran... kenapa?"
"Ada waris yang akan datang untuk membalas dendam..."
"Siapa?"
"Kamu kena hati-hati, Duncan. Apa yang pasti, akan ada nyawa yang terkorban..."
"Siapa, Aurora?"
"Hati-hati..."
Sayup-sayup suara Aurora menghilang. Duncan mencelikkan mata. Dadanya berombak, nafasnya kencang. Aurora tidak pernah menyampaikan sesuatu yang tidak benar. Duncan kini dilanda kegelisahan.
"Mustahil! Saya ingatkan semua sudah selesai. Siapa yang Aurora maksudkan ni? Saya mesti buat sesuatu!"
Duncan bangun lalu segera mempersiapkan diri untuk ke tempat kerja. Dia harus merungkai persoalan yang mengelirukan itu sebelum terlambat.
¤¤¤¤¤¤
Seorang gadis berselubung kain hitam sedang menggenggam sebilah keris yang siap diasap. Peralatan pemujaan tersusun rapi di hadapan tempat duduknya.
"Saya akan menuntut balas! Kali ini, tiada siapa yang akan terlepas! Duncan... kau tunggu ajalmu!"
END OF TEASER
YOU ARE READING
THE PHONE OPERATOR (THE SEQUEL) - DENDAM BERANTAI
Random(MIXED SABAHAN DIALOGUE) Waris korban Aurora. Dendam yang terpendam akhirnya membuak mencari sasarannya. Mampukah Duncan melindungi keluarganya? Adakah Aurora dapat membantu mereka pada kali ini? Siapakah waris itu? Segalanya bakal terungkai, darah...