Jika berharap adalah perbuatan dosa, maka aku adalah perempuan paling berdosa di muka bumi ini. Karena aku tetap berharap, lama mengharapkan bisa memilikimu seutuhnya. Selamanya.
@
Athala Pov
Shit, terburu-buru itu memang tidak baik. Aku terus mengaduk isi tasku, entah dimana dia bersembunyi. Sangat jelas, sebelum memasuki ruang dosen, aku sudah menaruh benda kecil itu di dalam tas. Hari sudah semakin gelap, di parkiran kampus ini aku hanya sendiri. Horor, aku takut gelap. Lihat saja, dihalaman kampus hanya ada beberapa kelompok kecil, anggota organisasi. Bagaimana, jika tiba-tiba mereka berubah jadi zombie atau undead seperti yang aku baca di komik online. Omong-kosong, dimana benda imut menyebalkan itu.
"Ah, ini dia!" akhirnya aku menemukannya. Kunci motor dengan gantungan boneka salju.
Ya, rinduku akan terbayar tuntas beberapa menit lagi, pada kasur, bantal dan boneka iron man ku. Tubuhku perlu bermanja-manja ria setelah mendengar ocehan ibu dosen karena judul skripsku, yang katanya absurd. Itu yang aku pikiran beberapa detik yang lalu, sebelum...
Tring
Handphoneku berbunyi. Segara aku geser panel hijau untuk menjawab telepon.
"Iya Mahes?" sahabatku.
"Atha, dimana kamu?"
"Halaman kampus, di atas motor. Segera pulang ke rumah. What's up?"
"Kamu lapar?"
Aku memutar bola mataku, sebelum menjawab,
"Mahes, Please. Kamu telfon aku, menghambat perjalanan pulangku, mengulur waktuku untuk bermanja ria dengan kasur, dan kamu.."
"Tha, datang ke Historia Café. Sekarang!"
"What? Tapi Mahes.."
Tut, Shit dia matikan sambungan telponnya. Kalau begini aku tidak bisa menolak, tidak mungkin aku membiarkan dia menunggu sendirian. Ah, betapa baiknya diriku.
"Awas saja, aku bakal jitak hidung mancungmu," umpatku sambil melotot pada layar handphoneku. Aku segera menyalakan motor.
Tunggu. Historia Café. Tempat itu adalah kenangan.
@
"Aku datang!" segera aku hempaskan tubuhku di kursi rotan tepat di depan Mahes.
"Dan plis, jangan karena kamu anak fisika, kamu jangan menghitung waktu dengan rumus-rumus itu karena aku lama. Kau tau, aku baru bertemu dosen pembimbing dan mendengar mulut pedasnya bilang judul skripsiku absurd.." Sambungku.
Ekspresi Mahes, sahabatku yang tidak tau diri ini, malah tersenyum dengan sebelah alis yang terangkat. Tatapannya aneh.
"Oh God. Kenapa aku harus kenal dia yang begitu mempesona ini."
Ya, selama ini aku selalu terpesona dengan senyum lelaki dengan sebelah alis yang terangkat. Dan kenangan itu, dia sama sekali tidak tahu cara tersenyum yang membuatku terpesona. Namun tanpa tersenyum begitupun, aku sudah terpesona meski hanya melihatnya dari jarak jauh.
"Athala, jangan drama di depanku. Aku bukan yang lain yang tidak bisa membaca wajahmu. Historia Café, I know about your history in this place"
"Please Mahes, jangan mulai" aku memandang meja,
"Wow surprice for me. Affogato dan Cake Tiramisu. Kau selalu tahu membuat hatiku bahagia, Mahes!" aku berdoa, semoga Mahes tidak mengungkit lebih jauh. Dia hanya mengangkat bahu menanggapi perkataanku.
YOU ARE READING
Me and Time
Short StoryJika berharap adalah perbuatan dosa, maka aku adalah perempuan paling berdosa di muka bumi ini. Karena aku tetap berharap, lama mengharapkan bisa memilikimu seutuhnya. Selamanya.