Cowok Somplak Nembak Cewek

118 15 12
                                    

Seorang remaja berparas tampan sedang mengendarai sepedanya yang selama dua hari ini ia pakai, tak lupa dirinya bernyanyi.

Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning kelabu, merah muda dan biru
Meletus balon hijau, dorr!

Sebelum lelaki itu menyelesaikan lagunya, terdengar suara ban meletus, mengagetkannya yang sedang bernyanyi sedari tadi.

"Kambing Copot," ucapnya spontan sambil mengusap dadanya yang berdegup kencang.

"Tempe, tahu, terong, oncom, suara apaan tuh," cetuknya pada diri sendiri sembari menukikan alis serta tidak lupa menoleh kanan kiri.

"Bangsat! Itu suara ban motor gue yang meledak," seru seseorang yang ada di belakang dirinya.

Ia menoleh. "Ehh, Tengil, ban motor lo kenapa?" tanyanya sembari memutarkan tubuhnya kebelakang.

"Lo tuh budeg, ya? gue bilang dari tadi, ban motor gue meledak!" teriak gadis itu frustasi. "Lagian nama gue Tania, bukan tengil, bangsat!" sambungnya tak kalah keras.

"Eh, eh slow aelah, Neng," katanya, "Dan lo mau nebeng gak ama gue, mumpung lagi bae nih," sambungnya.

"Gak mau ah, pegel-pegel nanti kalau gue naik sepeda," tolaknya mentah-mentah.

"Ya udah sih, gue kan cuma nawarin. Ya udah bye, gue mau pergi dulu, nanti telat lagi gara-gara lo," ucapnya dan mulai melajukan sepedanya lalu berhenti ketika mendengar teriakan Tania.

"Eh, tunggu! Gue terima deh tawaran lo, takut nanti lo mewek pas di sekolah kan ribet, cuma gara-gara tawaran lo gak gue terima," ujarnya sembari turun dari motornya.

"Yeh, gue kan gak maksa, bilang aja mau nebeng apa susahnya sih! Buang gengsi lo kalau lagi kek gini, buruan naik!" ujar pria itu. Tania berjalan mendekat.

"Lo tuh udah tengil, gengsian, bego lagi! Ambil kunci motor lo ogeb, emang mau motor lo dicuri!" seru pria itu.

Tania mengerucutkan bibir, lalu berjalan ke arah motornya dan mengambil kunci, tak lupa dia menelepon seseorang untuk mengurus motor itu , setelah itu dia naik sepeda. "Demian, buruan ... udah jam segini nih!" teriak Tania di telinga Demian, sampai-sampai Demian mengusap-usap telinganya.

"Bangsat lo Tengil, udah gue tolongin malah jahat," pekik demian dan mengayuh sepedanya dengan cepat.

"Bangsad, pelan-pelan nanti gue jatoh!" bentak Tania seraya berpegangan ke seragam yang dipakai Demian.

Demian semakin cepat menggayuh sepedanya dan ....

Bruk!!!

Demian dan Tania terlempar dari sepeda sampai-sampai Tania nyangkut di pohon mangga, sedangkan Demian terbentur pohon.

"DEMIAN ... !" teriak Tania, "bantuin gue turun dari pohon ini!"

Demian mengusap-usap keningnya yang sakit karena terbentur pohon dan mendongak ke atas, lalu tertawa terbahak-bahak melihat Tania nyangkut di atas pohon.

"Lo!" tunjuk Tania, "bukannya bantuin gue turun dari nih pohon, malah ketawain! Yang kau lakukan itu," belum selesai Tania mengomel Demian sudah menyambungnya.

"JAHAT!" lanjut Demian yang membuat mata Tania mulai memerah dan berkaca-kaca, Demian yang melihatnya langsung panik.

"Tania eh, eh lo jangan nangis, sini gue bantuin lo turun, sekarang lo loncat nanti gue tangkep," ucap Demian mencoba menenangkan Tania, Tania mengangguk dan mulai ancang-ancang ingin melompat.

Bruk!!!

Tubuh mungil Tania menabrak tubuh kekar Demian, mereka pun saling bertatapan.

Empat menit kemudian.

Demian tersenyum jahil dan menyadarkan Tania yang sedari tadi menatap manik mata Demian. Tania pun beranjak berdiri dan memukul paha Demian dan tak sengaja sedikit memukul juniornya Demian. Demian kaget, ia memekik dan memegang junior-nya juga mengelus-elusnya.

"Bangsat lo, bukannya bilang makasih, malahan mukul adek gue!" hardik Demian menatap tajam Tania yang syok karena memukul junior-nya Demian.

Tania tersadar lalu menunduk. "Sorry, gue gak sengaja," ucap Tania lirih.

"Lo harus tanggung jawab," celetuk Demian dan mulai berdiri.

Tania mengangguk lemas.

"Ya udah, buruan! Kita nanti telat," ucap Demian yang sudah duduk di sepeda, dan diikuti oleh Tania.

Demian melajukan sepedanya dengan cepat.

Tujuh menit kemudian.

Akhirnya sampai di sekolah, Demian menaruh sepedanya.

"Udeh sampe nih," ucap Demian, tapi tak ada respon. Ia pun menoleh dan mendapati Tania sedang tertidur pulas.

"Astogeh, nih orang udah nebeng, molor lagi," pekik Demian, ia pun berpikir dan mendapatkan ide untuk menjahili Tania.

"Satu, dua, tiga, kebakaran ... kebakaran ... tiarap-tiarap!" teriak Demian yang membuat Tania melompat dan langsung tiarap.

Demian yang melihat langsung tertawa terpingkal-pingkal dan seluruh siswa siswi yang melihat adegan itupun ikut tertawa.

Tania yang tadi tiarap, mendongak dan melirik Demian dan seluruh siswa, ia pun berdiri dan menunjuk Demian.

"Bener-bener lo!" hardik Tania yang mulai meneteskan air mata dan langsung berlari.
Demian syok karena melihat Tania marah, padahal ia hanya bercanda. Ia pun mengejar Tania dan memegang tangannya.

"Tan, tunggu!" ucap Demian, Tania menoleh dan menatap sinis.

"Lo belum puas, ha!" bentak Tania sembari memukul dada bidang Demian.

"Pukul, terus pukul! Gue emang pantes lo pukul, padahal gue cuma pengen deket lo, karena gue suka sama lo, tapi gue malah buat lo nangis," ungkap Demian.

Tania tertegun mendengar pernyataan Demian yang sudah lama ia tunggu, Tania menatap mata Demian dan di mata Demian terpancar kejujuran.

"Lo bener-bener suka ama gue?" tanya Tania.

Demian mengangguk. "Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Demian the to point.

Tania menganggukkan kepalanya.
"Iya gue mau jadi pacar lo," jawab Tania antusias.

Demian yang mendengar jawaban Tania langsung berjingkrak ria sambil bergoyang dan bernyanyi dangdut.

Tak lupa dia membopong Tania dan diajaknya berputar-putar.

" I love you Tania," teriak Demian.

End

Garing³ gak lucu kayanya ya, gak lucu gue gelitikin ya biar ketawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEMBAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang