1

148 23 65
                                    

Sudah lebih dari 10 menit (Name) harus menunggu bus di halte dengan kebisingan seorang kakek yang sedari tadi memutar musik dangdut koplo lewat handphonenya.

Si kakek yang duduk tepat di sebelah (Name) itu tampak begitu menikmati lagu tersebut, kepalanya terangguk-anguk ke atas bawah bahkan kiri kanan juga. (Name) sampai tergoda ingin menyeletuk "Woyo woyo jozz" kalau saja ia tidak sedang jaga image.

"Hei kenapa kamu kalo nonton dangdut sukanya bilang—"

"BUKAK SITHIK JOZZ!"

Bahu (Name) berjengit, lantas dia dan si kakek tolehkan kepala bersamaan ke sumber suara. Terlihat seorang lelaki yang berseragam sama seperti milik (Name) nyengir dua jari selagi dirinya berjalan menuju halte.

"Weh, ada lo juga, (Name)? Kuy nyanyi lagi!" serunya santai. "Kek, kerasin volumenya, Kek!"

"Oh, SIAPP!"

(Name) cengo di tempat. Baru juga ketemu, lelaki itu sudah sksd dengan si kakek pecinta dangdut.







Dan sekarang mereka berdua duet menyanyikan lagu Bojoku Ketikung.

"Kak, udah napa, Kak. Busnya udah datang, tuh." (Name) mencolek-colek pinggang sang kakak kelas yang tengah berjoget ria.

Setelah colekan kesekian kali, akhirnya dia menoleh. "Eh, iya? Kampret, lagi seru-seru juga."

"Ya gausah nyalahin gue, dong, Kak."

"Gue nyalahin busnya, dodol."

(Name) mendecakkan lidah, pilih ngeloyor meninggalkan kakak itu duluan setelah sedikit membungkukkan badan di depan kakek tadi.

"Woi, tunggu, woi! Eh, Kek, duluan, yak! Samlekoomm!" Lelaki bermata sipit itu buru-buru mengekori langkah (Name).

"Wa'alaikumsalam. Titi dj, yo!"

Di dalam bus, si lelaki celingak-celinguk mencari keberadaan (Name). Begitu penglihatannya menangkap rambut (Hair Colour) milik adik kelasnya tersebut di bangku belakang, dia segera tancap gas menghampiri.

"Hari pertama jadi anak kelas dua, lo masih waras aja, (Name)," celetuknya asal, mengambil tempat di samping (Name) yang duduk dekat jendela.

(Name) mengernyit. "Maksud lo, Kak? Gue bakal jadi nggak waras kayak elo kalo udah kelas tiga?"

"Yah. Lo pasti jadi nggak waras, (Name)." Ia menekan kata 'pasti' dalam kalimatnya lalu terkekeh; setengah geli setengah miris.

Tuh, kan. Udah gila dia.

"Diem, Kak. Gue jadi takut sama lo," desis (Name) bergidik. Padangannya teralih ke luar jendela. Langit masih sedikit gelap.

Konoha Akinori—sang kakak kelas yang dimaksud, mengedikkan bahu. Handphone yang tersimpan dalam tas  pun dia keluarkan. Niat hati ingin membuka aplikasi Instagram dan ngestalk akun mantannya, si Raisa, apa daya sebuah pesan chat yang masuk malah lebih menarik perhatian.

"Wuih, apa-apaan si Bokuto. Pagi-pagi udah galau aja."







DEG.

"Oi, (Name). Mantanmu ngegalau di GC. Asli jijik banget."

Saat ini juga, (Name) sekuat tenaga menahan hasrat untuk menendang selangkangan Konoha kemudian membanting gawainya. "Apa hubungannya sama gue coba?" tanya gadis itu sewot.

"Yaaa, kan lo mantannya dia."

"Bodo."

Konoha geleng-geleng kepala melihat tanggapan acuh tak acuh (Name). Menyengir lebar, dia berucap, "Mau gue bacain chatnya?"

Kita || Bokuto KoutarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang